Breaking News
SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI
ASSALAMU'ALAIKUM Wr.Wb

my blog

enamberita.blogspot.com

Tuesday, 24 February 2015

AKIDAH ISLAM

      .    


PENGERTIAN AKIDAH ISLAM
Pengertian Aqidah Secara Bahasa (Etimologi) :
 
Kata "‘aqidah" diambil dari kata dasar "al-‘aqdu" yaitu ar-rabth (ikatan), al-Ibraam (pengesahan), al-ihkam (penguatan), at-tawatstsuq (menjadi kokoh, kuat), asy-syaddu biquwwah (pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk (pengokohan) dan al-itsbaatu (penetapan).
   
Di antaranya juga mempunyai arti al-yaqiin (keyakinan) dan al-jazmu (penetapan). "Al-‘Aqdu" (ikatan) lawan kata dari al-hallu (penguraian, pelepasan). Dan kata tersebut diambil dari kata kerja: "‘Aqadahu" "Ya'qiduhu" (mengikatnya), " ‘Aqdan" (ikatan sumpah), dan " ‘Uqdatun Nikah" (ikatan menikah).
   Allah Ta'ala berfirman, "Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja ..." (Al-Maa-idah : 89).
     Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul. Bentuk jamak dari aqidah adalah aqa-id. (Lihat kamus bahasa: Lisaanul ‘Arab, al- Qaamuusul Muhiith dan al-Mu'jamul Wasiith: (bab: ‘Aqada).

     Jadi kesimpulannya, apa yang telah menjadi ketetapan hati seorang secara pasti adalah aqidah; baik itu benar ataupun salah.
Pengertian Aqidah Secara Istilah (Terminologi):
     Yaitu perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.

    Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung suatu keraguan apapun pada orang yang menyakininya. Dan harus sesuai dengan kenyataannya; yang tidak menerima keraguan atau prasangka. Jika hal tersebut tidak sampai pada singkat keyakinan yang kokoh, maka tidak dinamakan aqidah. Dinamakan aqidah, karena orang itu mengikat hatinya diatas hal tersebut.
B. DASAR-DASAR HUKUM AKIDAH ISLAM 
1. Al-Qur’an 
Al-Qur’an adalah firman Allah swt. Yang diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW. Dengan perantara malaikat Jibril. Di dalam kitab suci Al-Qur’an diterangkan akidah islam yang sesuai kehendak Allah swt. Akidah islam termuat didalam kedua kalimah syahadat yang artinya sebagai berikut. 
“Aku bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah”. 
2. Hadist 
Hadist ialah segala ucapan, perbuatan dan takrir (sikap diam) nabi Muhammad saw. Hadist dijadikan sebagai dasar hukum kedua dengan beberapa alasan, antara lain sebagai berikut. 
a. Segala yang diucapkan rasulullah saw berdasarkan petunjuk wahyu dari Allah swt sebagai berikut firman-Nya dalam Q.S. al-Haqqah/69:44-46
 Seandainya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atas (nama) kami. Niscaya benar-benar kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar kami potong urat tali jantungnya”.
 (QS. 69: 44-46)
b. Allah SWT telah member petunjuk kepada manusia agar menguti kebenaran yang disampaikan Rasulullah SAW sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. al-Hasyr/59:7 
Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.
(QS: Al-Hasyr Ayat: 7)
c. Banyak hadist yang menjelaskan maksud beberapa Al-Qur’an yang masih bersifat global, termasuk masalah akida Islam. Contohnya Allah SWT berfiman dalam Q.S. an-Nisa’/4:36 
وَ اعْبُدُوا اللَّهَ وَ لا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئاً وَ بِالْوالِدَيْنِ إِحْساناً وَ بِذِي الْقُرْبى‏ وَ الْيَتامى‏ وَ الْمَساكينِ وَ الْجارِ ذِي الْقُرْبى‏ وَ الْجارِ الْجُنُبِ وَ الصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَ ابْنِ السَّبيلِ وَ ما مَلَكَتْ أَيْمانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ مَنْ كانَ مُخْتالاً فَخُوراً (36)
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan- Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu- bapa, karib- kerabat, anak- anak yatim, orang- orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang- orang yang sombong dan membangga- banggakan diri,( 36 )
C.     TUJUAN MEMPELAJARI AKIDAH ISLAM
1. Untuk mengetahui petunjuk hidup yang benar dan dapat membedakan mana yang benar dan yang salah sehingga hidupnya diridhoi AllahSWT. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al-Baqarah/2:185. 

   (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu maka hendaklah ia berpuasa, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajib-lah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak meng-hendaki kesukaran bagi-mu. Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (QS. 2:185)
2. Untuk menghindarkan diri dari pengaruh kehidupan yang sesat atau jauh dari petunjuk hidup yang benar. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S. al-An’am/6:153.
   dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.
(QS: Al-An'am Ayat: 153)
D. MANFAAT MEMPELAJARI AKIDAH ISLAM 
1. Dapat memperoleh petunjuk hidup yang benar, yang sesuai kehendak Allah SWT yang telah mencipta alam semesta, termasuk diri kita sendiri. 
2. Selamat dari pengaruh kepercayaan lain yang hanya akan membawa kerusakan dan hidup yang jauh dari kebenaran. 
3. Memperileh ketentraman dan kebahagiaan hidup yang hakiki karena mempunyai hubungan batin yang dekat dengan Allah SWT
E. HUBUNGAN IMAN, ISLAM, DAN IHSAN 
1. Pengertian Iman, Islam, dan Ihsan 
a. Iman 
Pengertian iman terungkap dalam percakapan antara rasulullah SAW dan malaikat Jibril sebagai berikut. 
“ Jibril bertanya, “Apakah iman itu?” Beliau menjawab, “Engkau beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat, kitab, nabi-nabi, kematian dan hisup sesudah mati, surge dan neraka, hisab dan mizan, serta takdir yangbaik maupun yang buruk….” (H.R.Ahmad nomor 16851dari Abi Malik) 
Menurut hadist diatas, iman meliputi enam perkara, yaitu 
1) Iman kepada Allah SWT 
2) Iman kepada hari akhir (termasuk kematian dan hidup sesudah mati, surga dan neraka, hisab dan mizan) 
3) Iman kepada malaikat 
4) Iman kepada kitab-kitab Allah 
5) Iman kepada rasu-rasul Allah 
6) Iman kepada takdir 
b. Islam 
Pengertin islam terungkap dalam hadist berikut ini 
“ Islam dibangun (ditegakkan) di atas lima pekara, yaitu persaksian bahwa tiada Ilah selain Allah dan Muhammad utusan Allah, menegakkan shalat, membayar zakat, melaksanakan haji, dan puasa Ramadan.” (H.R. al-Bukhari nomor 8dan dari ibnu Umar) 

c. Ihsan 

Ihsan ada dua macam, yakni Ihsan kepada Allah dan Ihsan kepada sesame manusia. Pengertia Ihsan kepada Allah terungkap dalam hadist berikut. 
“ Apakah Ihsan? Ihsan adalah bahwasannya engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya (di depanmu) . Apabila engkau tidak dapat melihat-Nya, maka yakinlah bahwa Dia melihatmu.” (H.R. al-Bukhari nomor 48 dari Abu Hurairah) 
2. Hubungan Islam, Iman, Ihsan 
Untuk mengetahui hubungan iman, islam, dan ihsan, kita perlu memerhatikan sunnah (praktik) Rasulullah SAW sebagai pengemban amanah dari Allah SWT. Dalam praktiknya, Rasulullah SAW menyatukan ketiga hal tersebut. Iman sebagai landasan keyakinannya, sedangkan islam dan ihsan sebagai bukti nyata adanya keimanan tersebut. Islam dan ihsan berupa perbuatan nyata dalam kehidupan sehari-hari. 
Pengakuan iman seseorang tidak ada artinya sama sekali apabila tidak dibuktikan dengan amal nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, islam dan ihsan (perbuatan nyata) dalam kehidupan sehari-hari tidak diterima Allah apabila tidak dilandasi dengan iman yang benar. Dengan demikian, jelaslah kiranya bahwa iman, islam, dan ihsan merupakan satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan. 

F. PERILAKU YANG SESUAI DENGAN NILAI-NILAI AKIDAH ISLAM 
1.Beribadah kepada Allah dengan penuh keikhlasan dan rasa butuh yang sangat dalam, sehingga tidak merasa terpaksa dan terbebani.
2.Berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memurnikan niat beribadah kepada Allah, karena Allah akan menjanjikan syurga.
3.Menghindarkan diri dari kemusyrikan, yaitu dengan tidak memercayai adanya kekuatan lain selain dari Allah. Misalnya menghindari percaya kepada roh nenek moyang/makhluk halus, benda-benda pusaka (punden, jimat, keris, pusaka dan sebagainya). Benda-benda tersebut tidaklah mampu melindungi dan memberikan apapun bagi manusia.
4.Meningkatkan ketaatan kepada Allah dengan berbakti kepada kedua orang  tua serta berbuat baik kepada manusia.




No comments:

Post a Comment

Designed By