Mengekspresikan
Diri
Melalui Karya Seni Rupa Terapan
BAB
1
A.
APRESIASI
Pengertian
Apresiasi
Pada dasarnya, apresiasi
seni adalah suatu proses penghayatan pada seni yang berkembang pada penghargaan
untuk karya seni dan pembuatnya. Proses penglihatan pada karya seni melalui
proses beberapa tahapan penghayatan. Setelah menghayati, proses apresiasi telah
mencapai penghargaan suatu karya seni.
Apresiasi
dilihat dari sudut bahasa berasal dari bahasa Inggris dari kata
“apreciation” dengan kata
kerja to appreciate yang berarti
menentukan nilai (menilai), menilai mutu/bobot karya, menikmati, menyadari
(keobjektifan) kepekaan rasa, dan menghayati sehingga secara
umum diartikan “kesadaran
menentukan mutu melalui penghayatan pada suatu karya seni”.
Kegiatan
berapresiasi atau proses penghayatan dilakukan oleh seseorang dengan sadar
tanpa prasangka (objektif). Jika dalam proses apresiasi timbul prasangka,
pengamat tidak akan dapat bekerja secara objektif. Akibat
yang terjadi bukan penghayatan yang sebenarnya, melainkan penolakan-penolakan
secara emosional terhadap suatu karya seni. Proses apresiasi dapat dikatakan
terjadi suatu proses “wawancara” antara pengamat dan
seniman, melalui suatu karya seni, karena karya seni merupakan bahasa simbol
sesuai dengan bentuk, warna, dan isi
berdasarkan ide pencipta karya yang bersangkutan.
Kadang-kadang
antara pengamatan seniman dalam menerjemahkan makna suatu karya tidak selalu
lancar dan sering terjadi selisih pendapat/tanggapan.
Permasalahan
tersebut menunjukkan seseorang yang berapresiasi seni seharusnya bersikap
objektif. Akan tetapi, kadang juga sulit melepaskan sikap subjektif. Akibatnya,
sebuah hasil karya seni akan mendapat penilaian yang berbeda-beda bagi setiap
orang. Hal tersebut disebabkan kemampuan apresiator dan tanggapan pada sebuah
karya seni.
# Proses apresiasi seni dapat terjadi dua kemungkinan;
pertama, apresiasi afektif ini terjadi bila
pengamat cepat mengalami empati dan rasa puas, apresiasi afektif tidak
mencangkup hal-hal yang logis; kedua, apresiasi
kreatif, ini apabila pengamat sadar dalam melakukan penghayatan dan
penilaian dengan menggunakan aspek logika.
Menurut Verbek,
pengamatan bukanlah menggunakan satu indra saja, melainkan seluruh pribadi,
artinya pengamatan bukanlah penjumlahan dari penginderaan tetap suatu dunia
kejiwaan yang teroganisir. Ketajaman pengamatan seseorang bergantung pada
pengetahuan, pengalaman perasaan, keinginan, dan anggapan seseorang. Pengamatan
terhadap sebuah hasil karya seni adalah pengamatan terhadap suatu objek yang
terdiri dari totalitas yang penuh arti.
Apresiasi kreatif melalui beberapa tahapan khusus, antara
lain:
a.
Pengamatan
objek karya seni.
b.
Aktivitas
fisiologis.
c. Aktivitas
psikologis (terjadinya persepsi sampai evaluasi, kemudian timbul interpretasi,
imajinasi, dan dorongan berbuat kreatif).
d.
Aktivitas
penghayatan.
e.
Aktivitas
penghargaan.
Dengan
demikian, proses apresiasi adalah proses aktif dan kreatif sehingga secara
efektif pengamatan dapat memahami nilai seni, yaitu untuk mendapatkan
pengalaman estetik. Apresiasi seni menurut ketrampilan dan kepekaan estetik
yang memungkinkan seseorang mendapatkan pengalaman estetik dan peghayatan karya
seni
Ada beberapa
pendekatan apresiasi karya seni, antara lain:
1.
Pendekatan
deskriptif yaitu mengamati dan memaparkan karya seni secara apa
adanya, seperti objek gambar, pengggunaan
warna, tema karya, judul karya, pembuatnya, dan berbagai hal yang ditampilkan
gaya tersebut.
2.
Pendekatan
analitis yaitu mengamati objek seni berdasarkan kaidah-kaidah estetika yang baku,
seperti aspek tematik, teknik pengerjaan, penerapan asas kesenirupaan, dan
makna yang terkandung di dalamnya.
3.
Pendekatan
interpretatif yaitu menginterpretesi karya seni berdasar sudut pandang
pengamat, baik kesamaan pengalaman, kesamaan sudut pandang, unsur keindahan,
atau pengetahuan pengamat.
4.
Pendekatan penilaian yaitu proses
memberi pengukuran, baik secara objektif maupun penilaian secara subjektif.
Penilaian secara objektif didasarkan kepada pertimbangan teknis pengerjaan,
sedangkan penilaian subjektif berdasarkan pada pertimbangan apresiatif
pengamat, sehingga diperoleh kesimpulan karya itu baik atau buruk.
5.
Pendekatan interdisiplin yaitu sutau
karya seni dilihat dari berbagai disiplin keilmuan, seperti ilmu antropologi,
psikologi, kebudayaan, filsafat, ekonomi, hingga ilmu
kebahasaan.
Dalam keadaan
bagaimanapun, seni hadir dan dibutuhkan oleh masyarakat. Seni selalu memainkan
peranan yang sangat penting. Perkembangan masyarakat dan kebudayaan modern
diperlukan bimbingan dan pendidikan seni. Seni dapat membuka pandangan
masyarakat tentang dunia yang konkrit, unik dan menakjubkan. Seni bukanlah sesuatu
yang dinikmati dalam waktu senggang, seni tidak hanya mengasyikkan sebagian
orang yang mempunyai perasaan dan intuisi tertentu, tetapi seni mengandung
pesan atau misi untuk menyampaikan nilai dari pengalaman estetika seniman. Seni
mendidik kearah kreativitas artistik yang mempunyai andil dalam membentuk masa
depan bangsa.
Pengalaman
estetik yang diperoleh dari tanggapan karya, sedikit banyak akan mempengaruhi oral, sikap, dan
sampai pada perilaku pengamat. Siswa yang sedang tumbuh yang mempunyai sifat
suka meniru dan mengikuti mode yang sedang berkembang akan mudah terkena
pengaruh dari lingkungan mereka masing-masing.
Seni dapat
membentuk moral generasi muda
karena ada hubungan antara estetika dan etika. Apabila di kalangan masyarakat
dikaitkan terjadi kemerosotan/dekadensi moral, terjadi pergeseran-pergeseran
nilai etika, mungkin sekali karena interpretasi yang salah terhadap dunia seni
dan film khususnya,
walaupun faktor itu bukan satu-satunya penyebab, melainkan banyak faktor yang
memiliki andil besar dalam konteks kebudayaan secara luas.
B. BERKARYA SENI
RUPA TERAPAN
Mengenal
Proses Kreasi
Secara sederhana, proses kreasi dalam dunia desain dan
kesenirupaan pada umumnya dapat dikatakan sebagai suatu proses yang kerap
disebut ‘dari imajinasi menjadi kenyataan’. Yaitu, proses mencipta benda
melalui pikiran dan melaksanakannya melalui tangan atau arkeologi, sehingga
masyarakat dapat menikmati dan memanfaatkannya.
Proses kreasi
dapat dikelompokkan atas beberapa golongan, yaitu:
-
Proses kreasi
yang muncul karena dorongan dari dalam akibat adanya rangsangan/stimulan dari luar.
-
Proses kreasi
yang muncul secara spontan dikarenakan adanya ilham atau rangsangan/stimulan
dari dalam.
-
Proses kreasi
yang muncul seiring dengan proses berpikir seseorang dalam memecahkan suatu
masalah.
-
Proses kreasi
yang muncul secara paripurna sebagai akibat dari pengalaman yang mendalam
terhadap persoalan tertentu.
Setiap individu
manusia hakikatnya memiliki daya kreativitas. Oleh karena itu, manusia sering
disebut sebagai makhluk kreatif. Dalam setiap individu, proses kreasi umumnya
berkembang dan tumbuh tergantung karakter, pengalaman, wawasan, dan daya
ciptanya. Akibatnya hasil proses kreasi setiap orang dapat berbeda-beda
meskipun persoalannya sama. Hal ini tentu berbeda dengan berpikir matematis
yang hasil akhirnya harus memiliki jawaban tunggal yang pasti.
Karya Seni Rupa Terapan
DESAIN TEKSTIL
Deasain Tekstil
adalah seni menghias pada kain dengan motif hias tertentu, sehingga kain tampak
indah dan dapat difungsikan untuk berbagai kebutuhan.
1. Seni Tekstil
Nusantara
a. Tenun
Tenun merupakan
salah satu kekayaan budaya tekstil Indonesia yang telah dikenal sejak ratusan tahun silam. Pembuatan kain tenun
tradisional adalah salah satu kekayaan ragam budaya Indonesia. Setiap daerah
memiliki cara dan gaya tersendiri dalam menenun sehingga menghasilkan motif
cara dan gaya tersendiri dalam menenun sehingga menghasilkan motif dan warna
yang variatif. Riau daratan contohnya, daerah ini mengembangakan tenun asli
melayu, dengan motif khas bunga tanjung, tumpak manggis, wajik berkaki, sikku awan,
dan songket serontak yang khas dari Kabupaten Bengkalis, serta motif muara
takus khas Kabupaten Khampar.
Motif tenun
tradisional Indonesia memiliki cerita dan sejarah di balik untaian benangnya.
Ada yang dianggap sebagai jimat sehingga tidak boleh dipakai sembarangan. Yaitu
seni tenun khas Pontianak, motif ruwit yang menyerupai perisai memiliki arti
dibawa ke langit sebagai jimat atau pelindung perang. Sementara motif pelangka
merupakan tempat penampung air para prajurit yang haus dapat minim dari pelangka
tersebut setelah pulang perang. Oleh karena memiliki nilai sejarah di dalamnya,
kain tenun Pontianak tidak boleh dipakai sembarangan.
b. Batik
Apa itu Batik?
Sekarang ini kata
batik sudah banyak dikenal di luar negeri. Baik wanita
maupun pria Indonesia dari berbagian suku gemar memakai bahan pakaian yang
dihiasi pola batik ataupun kain batiknya sendiri, yang dibuat dan digunting
menurut selera masing-masing. Para turis asing ataupun pejabat-pejabat
asing yang tinggal di Indonesia sangat gemar akan batik dan sering membawanya
pulang sebagai oleh-oleh.
Sesudah menyebut
semuanya ini, tentu timbul pertanyaan apakah sebenarnya batik ini. Dalam
karangan pendek ini dijelaskan secara ringkas tentang arti batik, cara
membatik, sejarah perkembangan batik, serta pemakaian hasil batik Indonesia
sekarang ini.
Arti kata batik:
para sarjana ahli seni rupa, baik yang berkebangsaan Indonesia maupun yang
bangsa asing, belum mencapai kata sepakat tentang apa sebenarnya arti kata
batik itu. Ada yang mengatakan bahwa sebutan batik berasal dari kata
"tik" yang terdapat di dalam kata titik. Titik berarti juga
tetes. Memang di dalam membuat kain batik dilakukan pula penetesan lilin
di atas kain putih. Ada juga yang mencari asal kata batik di dalam
sumber-sumber tertulis kuno. Menurut pendapat ini, kata batik dihubungkan
dengan kata tulis atau lukis. Dengan demikian, asal mula batik
dihubungkan pula dengan seni lukis dan gambar pada umumnya. Bagainmana
cara membuat batik itu?
Cara membatik:
alat untuk membatik ialah canting. Terbuat dari bambu, berkepala tembaga
serta bercerat atau bermulut, canting ini berfungsi seperti sebuah
pulpen. Canting ini dipakai untuk menyendok lilin cair yang panas, yang
dipakai sebagain bahan penutup atau pelindung terhadap zat warna. Sebelum
pembatik melelehkan lilin di kain putih, banyak langkah yang harus dilalui dulu
oleh kain itu. Perkerjaan persiapan berupapencelupan dalam minyak
tumbuh-tumbuhan serta larutan soda, gunanya untuk memudahkan lilin melekat dan
zat warna meresap.
Setiap kali kain
hendak diberi warna lain, bagian-bagian yang tidak boleh kena zat warna ditutup
dengan lilin, sehingga makin banyak warna yang dipakai untuk menghias kain
batik, makin lama juga pekerjaan menutup itu. Pada taraf yang penghabisan
lilin dibuang dengan merebus kain dalam air mendidih. Sesudah itu kain
batik keluar dengan warna-warnanya yang indah serta pola-polanya yang terpilih.
Sejarah Batik di Indonesia
Sejarah
pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan
penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan
batik banyak dilakukan pada masa-masa kerjaan Mataram, kemudian pada masa
kerajaan Solo dan Yogyakarta.
Jadi
kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerjaan Majapahit dan
terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Adapun mulai
meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku
Jawa ialah setelah akhir abad ke-18 atau awal abad ke-19. Batik yang dihasilkan
ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-20 dan batik cap dikenal baru
setelah perang dunia I habis atau sekitar tahun 1920. Adapun kaitan dengan
penyebaran ajaran Islam, banyak daerah-daerah pusat perbatikan di Jawa adalah
daerah-daerah santri dan kemudian Batik menjadi alat perjuangan ekonomi oleh
tokoh-tokoh pedangan Muslim melawan perekonomian Belanda.
Kesenian
batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu
kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan
hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga
serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal
diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan
dikerjakan di tempatnya masing-masing.
Lama-lama
kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi
pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya,
batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian
rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang
dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri.
Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai
tediri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain
dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda
abu, serta garamnya dibuat dari tanahlumpur.
Jaman
Majapahit
Batik
yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majahit, dapat ditelusuri di daerah
Mojokerto dan Tulung Agung. Mojoketo adalah daerah yang erat hubungannya dengan
kerajaan Majapahit semasa dahulu dan asal nama Majokerto ada hubungannya dengan
Majapahit. Kaitannya dengan perkembangan batik asal Majapahit berkembang di
Tulung Agung adalah riwayat perkembangan pembatikan didaerah ini, dapat digali
dari peninggalan di zaman kerajaan Majapahit. Pada waktu itu daerah Tulungagung
yang sebagian terdiri dari rawa-rawa dalam sejarah terkenal dengan nama daerah
Bonorowo, yang pada saat bekembangnya Majapahit daerah itu dikuasai oleh
seorang yang benama Adipati Kalang, dan tidak mau tunduk kepada kerajaan
Majapahit.
Diceritakan
bahwa dalam aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahati, Adipati Kalang
tewas dalam pertempuran yang konon dikabarkan di sekitar desa yang sekarang
bernama Kalangbret. Demikianlah maka petugas-petugas tentara dan keluara
kerajaan Majapahit yang menetap dan tinggal di wilayah Bonorowo atau yang
sekarang bernama Tulungagung antara lain juga membawa kesenian membuat batik
asli.
Daerah
pembatikan sekarang di Mojokerto terdapat di Kwali, Mojosari, Betero dan
Sidomulyo. Di luar daerah Kabupaten Mojokerto ialah di Jombang. Pada akhir abad
ke-19 ada beberapa orang kerajinan batik yang dikenal di Mojokerto, bahan-bahan
yang dipakai waktu itu kain putih yang ditenun sendiri dan obat-obat batik dari
soga jambal, mengkudu, nila tom, tinggi dan sebagainya.
Obat-obat
luar negeri baru dikenal sesudah perang dunia I yang dijual oleh
pedagang-pedagang Cina di Mojokerto. Batik cap dikenal bersamaan dengan
masuknya obat-obat batik dari luar negeri. Cap dibuat di Bangil dan
pengusaha-pengusaha batik Mojokerto dapat membelinya di pasar Porong Sidoarjo.
Pasar Porong ini sebelum krisis ekonomi dunia dikenal sebagai pasar yang ramai,
dimana hasil-hasil produksi batik Kedungcangkring dan Jetis Sidoarjo banyak
dijual. Waktu krisis ekonomi, pengusaha batik Mojoketo ikut lumpuh, karena
pengusaha-pengusaha kebanyakan kecil usahanya. Sesudah krisis kegiatan
pembatikan timbul kembali sampai Jepang masuk ke Indonesia, dan waktu
pendudukan Jepang kegiatan pembatikan lumpuh lagi. Kegiatan pembatikan muncul
lagi sesudah revolusi dimana Mojokerto sudah menjadi daerah pendudukan.
Ciri
khas dari batik Kalangbret dari Mojokerto adalah hampir sama dengan batik-batik
keluaran Yogyakarta, yaitu dasarnya putih dan warna coraknya coklat muda dan
biru tua. Tempat pembatikan yang dikenal sejak lebih dari seabad lalu adalah di
desa Majan dan Simo. Desa ini juga mempunyai riwayat sebagai peninggalan dari
zaman peperangan Pangeran Diponegoro tahun 1825.
Meskipun
pembatikan dikenal sejak jaman Majapahait namun perkembangan batik mulai
menyebar pesat di daerah Jawa Tengah Surakarta dan Yogyakata, pada jaman
kerajaan di daerah ini. Hal itu tampak bahwa perkembangan batik di Mojokerto
dan Tulung Agung berikutnya lebih dipenagruhi corak batik Solo dan Yogyakarta.
Ketika
berkecamuknya clash antara tentara kolonial Belanda dengan pasukan-pasukan pangeran
Diponegoro maka sebagian dari pasukan-pasukan Kyai Mojo mengundurkan diri ke
arah timur dan sampai sekarang bernama Majan. Sejak zaman penjajahan Belanda
hingga zaman kemerdekaan ini desa Majan berstatus desa Merdikan (Daerah
Istimewa), dan kepala desanya seorang kyai yang statusnya turun-temurun.
Pembuatan batik Majan ini merupakan naluri (peninggalan) dari seni membuat
batik zaman perang Diponegoro itu.
Warna babaran batik Majan dan Simo adalah
unik karena warna babarannya merah menyala (dari kulit mengkudu) dan warna
lainnya dari tom. Salah satu sentra batik sejak dahulu ada di daerah desa
Sembung, yang para pengusaha batik kebanyakan berasal dari Solo yang datang di
Tulungagung pada akhir abad ke-19. Hanya sekarang masih terdapat beberapa
keluarga pembatikan dari Solo yang menetap di daerah Sembung. Selain dari
tempat-tempat tesebut juga terdapat daerah pembatikan di Trenggalek dan juga
ada beberapa di Kediri, tetapi sifat pembatikan sebagian kerajinan rumah tangga
dan babarannya batik tulis.
Jaman
Penyebaran Islam
Riwayat
pembatikan di daerah Jawa Timur lainnya adalah di Ponorogo, yang kisahnya
berkaitan dengan penyebaran ajaran Islam di daerah ini. Riwayat seni batik
didaerah Ponorogo erat hubungannya dengan perkembangan agama Islam dan
kerajaan-kerajaan dahulu. Konon, di daerah Batoro Katong, ada seorang keturunan
dari kerajaan Majapahit yang namanya Raden Katong adik dari Raden Patah. Batoro
Katong inilah yang membawa agama Islam ke Ponorogo dan petilasan yang ada
sekarang ialah sebuah mesjid didaerah Patihan Wetan.
Perkembangan
selanjutanya, di Ponorogo, di daerah Tegalsari ada sebuah pesantren yang diasuh
Kyai Hasan Basri atau yang dikenal dengan sebutan Kyai Agung Tegalsari.
Pesantren Tegalsari ini selain mengajarkan agama Islam juga mengajarkan ilmu
ketatanegaraan, ilmu perang dan kesusasteraan. Seorang murid yang terkenal dari
Tegalsari dibidang sastra ialah Raden Ronggowarsito. Kyai Hasan Basri ini
diambil menjadi menantu oleh raja Kraton Solo.
Waktu
itu seni batik baru terbatas dalam lingkungan kraton. Oleh karena putri keraton
Solo menjadi istri Kyai Hasan Basri maka dibawalah ke Tegalsari dan diikuti
oleh pengiring-pengiringnya. Di samping itu banyak pula keluarga kraton Solo
belajar di pesantren ini. Peristiwa inilah yang membawa seni batik keluar dari
kraton menuju ke Ponorogo. Pemuda-pemudi yang dididik di Tegalsari ini kalau
sudah keluar, dalam masyarakat akan menyumbangkan dharma batiknya dalam
bidang-bidang kepamongan dan agama.
Daerah
perbatikan lama yang bisa kita lihat sekarang ialah daerah Kauman yaitu
Kepatihan Wetan sekarang dan dari sini meluas ke desa-desa Ronowijoyo,
Mangunsuman, Kertosari, Setono, Cokromenggalan, Kadipaten, Nologaten,
Bangunsari, Cekok, Banyudono dan Ngunut. Waktu itu obat-obat yang dipakai dalam
pembatikan ialah buatan dalam negeri sendiri dari kayu-kayuan antara lain:
pohon tom, mengkudu, kayu tinggi. Sedangkan bahan kain putihnya juga memakai
buatan sendiri dari tenunan gendong. Kain putih impor baru dikenal di Indonesia
kira-kira akhir abad ke-19.
Pembuatan batik cap di Ponorogo baru
dikenal setelah perang dunia pertama yang dibawa oleh seorang Cina bernama Kwee
Seng dari Banyumas. Daerah Ponorogo awal abad ke-20 terkenal batiknya dalam
pewarnaan nila yang tidak luntur dan itulah sebabnya pengusaha-pengusaha batik
dari Banyumas dan Solo banyak memberikan pekerjaan kepada pengusaha-pengusaha
batik di Ponorogo. Akibat dikenalnya batik cap maka produksi Ponorogo setelah
perang dunia petama sampai pecahnya perang dunia kedua terkenal dengan batik
kasarnya yaitu batik cap mori biru. Pasaran batik cap kasar Ponorogo kemudian
terkenal seluruh Indonesia.
Batik
Solo dan Yogyakarta
Dari
kerjaan-kerajaan di Solo dan Yogyakarta sekitar abad 17,18 dan 19, batik
kemudian berkembang luas, khususnya di wilayah Pulau Jawa. Awalnya batik hanya
sekadar hobi dari para keluarga raja di dalam berhias lewat pakaian. Namun
perkembangan selanjutnya, oleh masyarakat batik dikembangkan menjadi komoditi
perdagamgan.
Batik
Solo terkenal dengan corak dan pola tradisionalnya batik dalam proses cap
maupun dalam batik tulisnya. Bahan-bahan yang dipergunakan untuk pewarnaan
masih tetap banyak memakai bahan-bahan dalam negeri seperti soga Jawa yang
sudah terkenal sejak dari dahulu. Polanya tetap antara lain terkenal dengan
“Sidomukti” dan “Sidoluruh”.
Sedangkan
Asal-usul pembatikan di daerah Yogyakarta dikenal semenjak kerajaan Mataram
ke-I dengan rajanya Panembahan Senopati. Daerah pembatikan pertama ialah di
desa Plered. Pembatikan pada masa itu terbatas dalam lingkungan keluarga kraton
yang dikerjakan oleh wanita-wanita pembantu ratu. Dari sini pembatikan meluas
pada trap pertama pada keluarga kraton lainnya yaitu istri dari abdi dalem dan
tentara-tentara. Pada upacara resmi kerajaan keluarga kraton baik pria maupun
wanita memakai pakaian dengan kombinasi batik dan lurik. Oleh karena kerajaan
ini mendapat kunjungan dari rakyat dan rakyat tertarik pada pakaian-pakaian
yang dipakai oleh keluarga kraton dan ditiru oleh rakyat dan akhirnya meluaslah
pembatikan keluar dari tembok kraton.
Akibat
dari peperangan zaman dahulu baik antara keluarga raja-raja maupun antara
penjajahan Belanda, maka banyak keluarga-keluarga raja yang mengungsi dan
menetap di daerah-daerah baru antara lain ke Banyumas, Pekalongan, dan ke
daerah timur Ponorogo, Tulungagung dan sebagainya. Meluasnya daerah pembatikan
ini sampai ke daerah-daerah itu menurut perkembangan sejarah perjuangan bangsa
Indonesia dimulai abad ke-18. Keluarga-keluarga kraton yang mengungsi inilah
yang mengembangkan pembatikan ke seluruh pelosok pulau Jawa yang ada sekarang
dan berkembang menurut alam dan daerah baru itu.
Perang
Pangeran Diponegoro melawan Belanda, mendesak sang pangeran dan keluarganya
serta para pengikutnya harus meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian
tersebar ke arah timur dan barat. Kemudian di daerah-daerah baru itu para
keluarga dan pengikut pangeran Diponegoro mengembangkan batik.
Ke timur batik Solo dan Yogyakarta
menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulung Agung.
Selain itu juga menyebar ke Gresik, Surabaya dan Madura. Sedang ke arah Barat
batik berkembang di Banyumas, Pekalongan, Tegal, Cirebon.
2. Ragam Hias Nusantara
Bangsa
Indonesia dengan kebhinekanya memiliki wawasan budaya yang kaya, diantaranya
adalah ragam hias nusantara dengan berareka variasi motif. Ragam hias dapat
tersebut diterapkan dalam pembuatan seni kriya, seperti batik, relief/ukir,
keramik, grafis, dan sulam (kriya modern).
Ragam Hias
dalam seni rupa setara artinya dengan ornamen. dalam berbagai pembahasan seni
rupa, lebih populer istilah ornamen daripada istilah ragam hias. Ornamen
berasal dari bahasa Yunani "ornare" yang artinya hiasan atau
menghias. Menghias berarti mengisi kekosongan suatu permukaan bahan dengan
hiasan, sehingga permukaan yang semula kosong menjadi tidak kosong lagi karena
terisi oleh hiasan.
Keutuhan dan
kesatuan ragam hias mengalami perkembangan di setiap wilayah nusantara karena
perbedaan nilai kreativitas manusianya. Ragam hias memiliki pola utama/inti
yang menjadi cirinya seperti geometris, tangga, tumpal, kawung, swastika,
meander, manusia, fauna, flora, benda dan religius.
B.
DEASAIN REKLAME
Pengertian
reklame
Kata reklame berasal dari Bahasa Latin,
yaitu dari kata re dan clamo. Re berarti berulang ulang, sedangkan clamo artinya seruan atau panggilan yang berulang-ulang. Seruan
tersebut ditujukan untuk khalayak ramai.
Tujuan reklame untuk mengajak atau
memperkenalkan barang kepada khalayak ramai agar memakai barang yang ditawarkan.
Bagi masyarakat, reklame itu bermanfaat
untuk mengenal produk-produk baru yang diperlukan dalam kehidupannya. reklame
juga membantu mensukseskan perdagangan, industri, dan perekonomian.
Media Reklame
a. Media Suara (Audio)
Pedangan keliling menawarkan mie ayam,
roti, es bakso, bakmi, atau sayur-mayur menggunakan alat-alat bunyi, misalnya
dengan memukul-mukul bambu, piring, atau mangkuk. Bahkan ada yang menggunakan
pengeras suara, tape recorder, atauy
melalui siaran radio.
b. Media Rupa (Visual)
Gambar rekklame yang menawarkan
berbagai macam hasil produksi. Di sekitar kita, di muka toko, di tepi jalan
raya banyak terpasang reklame cetakan dan gambar. Bentuknya bermacam-macam, ada
yang berbentuk spanduk, baliho, pamflet, dan papan rekleme.
c. Media Suara dan Rupa (Audio Visual)
Reklame ini lebih menarik. Kita dapat
mendengar suara dan melihat gambarnya. Jadi, kita dapat mendengar suara dan
melihat gambaranya. Jadi, kita dapat menangkap dan memahami maksud tujuan reklame
itu dengan mudah. Contohnya, melihat rekleme di televisi dan slide (promosi melalui pemutaran film)
di gedung bioskop.
Jenis-jenis
Reklame
a. Reklame Komersial
Rekleme komersial adalah reklame yang
digunakan dalam bidang niaga atau bisnis yang bertujuan mendatangkan
keuntungan.
b. Reklame Nonkomersial
Rekleme non komersial adalah rekleme
yang semata-mata tidak untuk mendatangkan keuntungan yang berupa material.
Reklame ini berguna untuk mempengaruhi perileku seseorang agar mengikuti seruan
atau himbauan tersebut.
Macam-Macam
Produk Reklame :
1. Logo
Logo bisa
menjadi bagian dari bentuk rekleme yang lain, baik sebagai insial atau lambang
dari badan usaha, organisasi atau instalasi.
2. Stiker
Berbentuk
gambar atau tulisan pada kertas atau plastik
yang ukurannya reletif kecil, bagian bawahnya berperekat. Stiker dapat berisi
slogan, kalimat bijak atau promosi produk.
3. Advertensi
Terdapat pada
surat kabar atau majalah. Isinya berupa pengumuman atau promosi
produk barang dan jasa dalam bentuk gambar dan kalimat.
4. Pamflet
Jenis Reklame
yang bentuk cetakannya reletif sederhana. Berisi penawaran usaha atau ajakan.
Penyebarannya dilakukan melalui kendaraan atau ditempel di pinggir jalan.
5. Poster
Bentuk
cetakannya relatif lebih baik dan lebih besar daripada pamflet. Isinya bisa
bersifat komersial atau himbauan dengan gambar dan kalimat bijak.
6. Spanduk
Bahannya dari kain memenjang, dicetek dengan teknik
sablon. Berisi pesan, himbauan atau informasi dari yayasan atau organisasi
politik. Dibentangkan pada pagar atau antar tiang di sekitar jalan raya.
7. Brosur
Dicetak di atas kertas yang biasanya dilipat. Berisi
tentang keadaan suatu usaha atau lembaga pendidikan agar masyarakat yang berkepentingan
dapat mengetahui kegiatan dan faktor pendukungan
yang ada.
8. Katalog
Seperti brosur, tetepi isisnya daftar nama, gambar,
harga, serta keterangan lainnya tentang barang dan jasa yang ditawarkan.
Penebarannya banyak dilakukan di gerbang pertokoan, melalui sales, atau
tempat usaha yang berangkutan.
9. Baleho
Berukuran besar terbuat dari triplek, seng, kain tebel,
atau plastik khusus pada tiang besi yang diletakkan pada perempatan jalan
strategis atau di depan gedung pertunjukan. Fungsinya mempromosikan produk yang
reletif besar atau banyak seperti perumahan, mobil, rokok, film, dan lain-lain.
10. Etalase
Berupa ruangan kecil berdinding kaca di depan toko atau
tempat barang dijual. Berisi display barang-barang yang dijual di toko tersebut.
11. Cut out display
Berbentuk tiga dimensi, berupa balon atau model barang
yang dipromosikan dalam ukuran besar yang diletakkan di tempat strategis di
sekitar toko.
12. Neon lamp and
neon box
Neon lamp terbuat dari susunan lampu pada bidang vertikal,
sehingga berbentuk gambar berwarna atau kalimat dari produk yang dipromosikan.
Ritme gelap terang lampu yang sering digunakan pada neon lamp ini menggunakan
elektronik otematis. Tidak termasuk rekleme elektronik karena tidak ditayangkan
melalui pemancar, seperti di televisi atau radio.
Syarat-syarat
Pembuatan Reklame
a. Estetis
Artinya, reklame harus memiliki bentuk huruf indah, mudah
dibaca oleh orang lain yang melihatnya. Komposisi rekleme dengan bentuk yang
menarik dan artistik.
b. Etis
Artinya, reklame harus mengandung kalimat singkat, jelas,
dan sopan, sehingga mudah dibaca. Usahakan huruf jangan tertutup gambar, tetapi
gambar boleh sebagian kecil tertutup huruf.
c. Persuasif
Artinya, rekleme harus menarik perhatian orang ian atau
khalayak ramai. Agar dapat memenuhi syarat tersebut, reklame dibuat dengan
bagian-bagian yang lengkap.
Mengingat Prinsip-Prinsip
Estetika/Keindahan
Keindahan merupakan nilai-nilai
estetis yang menyertai sebuah karya rupa. Keindahan juga dipahami sebagai
pengalaman estetis. Keindahan juga dipahami segai pengalaman estetis yang
diperoleh ketika seseorang mencerap objek seni atau dapat pula dipahami sebagai
sebuah objek yang memiliki unsur keindahan. Dalam dunia kesenirupaan,
nilai-nilai keindahan kerap dikaitkan dengan kualitas karya rupa yang
mengandung unsur kesatuan (unity), keselarasan (harmony), keseimbangan
(balance), kontras (contrast) sehingga menimbulkan perasaan haru, nyaman,
nikmat, bahagia, agung, getar, ataupun rasa senang. Kesemuanya itu yang dikenal
dengan prinsip-prinsip estetika.
d. Kesatuan (Unity)
Kesatuan merupakan salah satu prinsip dasar tata rupa
yang sangat penting. Tidak adanya kesatuan dalam sebuah karya rupa akan membuat
karya tersebut terlihat cerai-berai, kacau-balau yang mengakibatkan karya
tersebut tidak nyaman dipandang.
2. Keselarasan (harmony)
Keserasian dapat dicapai dengan memperbanyak kesamaan dan
kemiripan.
3. Keseimbangan (balance)
Ada keseimbangan simetris dan asimetris. Keseimbangan
dapat dicapai dengan arah, warna, bentuk, atau ukuran.
4. Kontras (contrast)
Kontras dapat dicapai dengan membuat perbadaan yang
mencolok sehingga dapat menjadi pusat perhatian (menarik). Kontras dapat
dicapai dengan memberikan perbedaan warna, bentuk, atau ukuran.