Perkembangan Seni Ukir Jepara...
Seni
ukir Jepara telah mampu mengangkat Jepara menjadi terkenal baik di tingkat
Nasional maupun Internasional.Hasil seni ukir Jepara yang berupakerajina
perabot rumah tangga, dan hiasan bangunan rumah model ukirannya berbentuk ukira
cembung, ukiran cekung, ukiran susun, ukiran garis, ukiran patokan, dan ukiran
tembus.Kesinambungan budaya seni ukir Jepara dapat diketahui berdasarkan ragam
hias yang digunakan sampai sekarang.Seni ukir Jepara mempunyai 5 motif ukir
dasar yang lazim digunakan.Kelima motif dasar tersebut masing-masing mempunyai
variasi tersendiri, motifnya yaitu : motif geometris, motif binatang, motif
pigural, motif tumbuhan, dan motif-motif lain.Motif-motif itu selain diukirkan
secara natural ada juga yang diukirkan dalam bentuk stiliran. Ragam hias seni
ukir Jepara mempunyai banyak persamaan
dengan ragam hias yang terdapat pada kekunaan Masji Mantingan. Dengan
demikian seni ukir Jepara bisa dikatakan bertolak dari tradisi lama.
Perkembangan
seni ukir Jepara telah mengalami kemajuan dan kemunduran. Pada satu sisi, minat
masyarakat untuk mengembangkan kerajinan ini meningkat tapi pada sisi lainnya,
minat masyarakat untuk menekuni seni ukiran menurun. Perkambangan desain seni
ukir Jepara juga bisa dilihat dari hasil karya para generasi perajin muda.
Salah satunya yang dalam segi desain seni ukir ini berkembang adalah model
serta desain furniture. Memang desainnya tidak berubah secara total , namun
mulai muncul ide-ide desain baru yang tetap mengangkat nuansa lokal.
Dibalik keagungan seni ukir Jepara
yang tersohor hingga ke mancanegara, disisi lain muncul berbagai permasalahan
yang kaitannya dengan masa depan seni ukir Jepara itu sendiri.Seiring dengan
perkembangan jaman yang serba menggunakan teknologi sebagai alat penunjang
hidup bahkan bisa dikatakan sebagai kebutuhan pokok manusia membuat kerajinan
seni ukir mulai tersisihkan.Dibuktikan dengan berkurangnya minat anak muda guna
belajar mengukir sampai 50% dari 5 tahun belakangan ini, sumber didapat dari berbagai
media. Minat generasi muda untuk mengukir sudah berkurang, dan berkurangnya
minat ini disebabkan oleh proses belajar seni ukir ini yang memakan waktu yang
cukup lama.Untuk dapat mencapai level mengukir relief, membutuhkan waktu paling
sebentar yaitu 10 tahun lebih menurut para ahli.
Selain itu pula dirasa pekerjaan sebagai pengrajin ukir sudah tidak lagi
populer di mata anak muda sekarang.Mereka lebih memilih mendapatkan pekerjaan
di kantor-kantor perusahaan dari pada harus berkotor-kotor mengukir.
Realita
yang nampak sekarang ini...?!
Anak-anak dan
generasi muda Jepara, sudah tidak begitu tertarik terhadap seni ukir. Tidak
hanya anak sekolah, para generasi muda yang bekerja dalam bidang tukang ukir
(perajin ukir) sudah tidak mau belajar seni ukir. Hal ini tentu sangat
memprehatinkan akan kelangsungan hidup Seni Ukir Jepara itu sendiri. seperti
yang dipaparkan oleh Hendriyo bahwa “Selain itu, minat siswa terhadap ukir dan
pertukangan kayu sangat kurang. Hal itu dibarengi dengan mulai berkurangnya tenaga
pengukir muda di desa ukir Jepara, Desa Mulyoharjo, Kecamatan Jepara. Dari
sekitar 8.000 jiwa penduduk desa, perajin ukiran hanya 30 persen. Padahal,
dahulu, separuh lebih penduduk Mulyoharjo menjadi perajin ukir-ukiran.Dan yang
menjadi tukang ukir mencapai 70 %
rata-rata berusia tua (30 tahun ke atas).
Kreatifitas generasi muda
dalam mendesain ukiran memang perlu untuk diapresiasi oleh berbagai pihak.
Tapi, berkurangnya minat mereka dalam mengukir lebih perlu untuk diwaspadai.
Sebab, Jepara bisa hilang julukannya sebagai Kota Ukir Kayu Jati. Oleh karena
itu perlu adanya upaya dari berbagai pihak untuk meningkatkan kembaliminat
generasi muda untuk belajar mendesain serta mengukir. Apakah dengan cara
menggelar berbagai kompetisi ukir bagi semua kalangan masyarakat tanpa kriteria
umur, kompetisi mengukir bebas tanpa dibatasi
dengan jenjang pendidikan, kompetisi ukiran kaligrafi Arab, dan
lain-lain.
Upaya yang harus
ditempuh.....
Guna meningkatkan kualitas Sumber Daya
Manusia dan sebagai uapaya untuk
pelestarian seni ukir di Jepara misalnya, dilakukan melalui
pendidikan Sekolah Menengah Industri Kerajinan Negeri dan Akademi Teknologi
Perkayuan dan pendidikan non formal melalui kursus-kursus dan latihan-latihan.
Dengan penigkatan kualitas sumber daya manusia ini diharapkan bukan saja dapat
memacu kualitas produk, tatapi juga memacu semangat
masyarakat khususnya anak-anak muda untuk kembali mencintai dan mempelajari
kesenian yang selama ini melambungkan nama Jepara dikancah Internasional.
Peningkatan kualitas dan pengawasan mutu
memang menjadi obsesi Jepara dalam memasuki pasar internasional, yang bertujuan
untuk meningkatkan kepercayaan luar negri terhadap produk industri ukir Jepara. Karena itu pengendalian
mutu dengan mengacu pada sistim standard internasional merupakan hal yang tidak
dapat di tawar-tawar lagi.Maka dari itu pemerintah
harus gencar mengupayakan sedini mungkin agar target semua itu dapat segera
terealisasikan kembali.Caranya dengan menerapkan keterampilan ukir sebagai mata pelajaran
wajib di jenjang sekolah-sekolah mulai dari tingakat paling dasar hingga
keperguruan tinggi. Dimulai dengan pengenalan-pengenalan tentang Seni ukir
hingga pada praktik pelaksanaan pembuatan ukiran itu sendiri.Bisa juga melalui
kursus-kursus baik itu yang dikelola warga pemerhati seni juga bisa dari
pemerintah daerah.Pemerintah juga harus sesering mungkin membuat
program-program promosi seperti pameran yang bertajuk Seni Ukir Jepara baik itu
setingkat propinsi,Nasional, bahkan tingkat Internasional.Semua upaya itu dapat
berjalan dengan baik apabila semua pihak yang terkait baik itu dari Pemda
maupun pemerintah pusat dapat melaksanakan tugas sebagaimana mestinya, bukan
tidak mungkin Ukiran Jepara dapat kembali berjaya di mata dunia.
Oleh :
Fitriyo_mahasiswa Unisnu Jepara fakultas tarbiyah semester 7
No comments:
Post a Comment