Breaking News
SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI
ASSALAMU'ALAIKUM Wr.Wb

my blog

enamberita.blogspot.com

Sunday 5 April 2015

Materi Akidah Akhlak Kelas VII MTs



1. Penjelasan Materi Akidah Akhlak Kelas VII MTs 

a. Semester I Kelas VII 

Bab I : Akidah Islam 
A. PENGERTIAN AKIDAH ISLAM 
1. Pengertian Akidah Islam Menurut Bahasa 
Akidah adalah kata sifat dalam bahasa Arab yang berarti dari kata aqada Menurut bahasa, kata tersebut mempunyai arti ikatan. 

2. Pengertian Akidah Islam Menurut Istilah 
Akidah menurut istilah adalah beberapa urusan yang harus dibenarkan oleh hati yang mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan, dan tidak tercampur sedikitpun dengan keraguan. 

B. DASAR-DASAR HUKUM AKIDAH ISLAM 
1. Al-Qur’an 
Al-Qur’an adalah firman Allah swt. Yang diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW. Dengan perantara malaikat Jibril. Di dalam kitab suci Al-Qur’an diterangkan akidah islam yang sesuai kehendak Allah swt. Akidah islam termuat didalam kedua kalimah syahadat yang artinya sebagai berikut. 
“Aku bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah”. 
2. Hadist 
Hadist ialah segala ucapan, perbuatan dan takrir (sikap diam) nabi Muhammad saw. Hadist dijadikan sebagai dasar hukum kedua dengan beberapa alasan, antara lain sebagai berikut. 
a. Segala yang diucapkan rasulullah saw berdasarkan petunjuk wahyu dari Allah swt sebagai berikut firman-Nya dalam Q.S. al-Haqqah/69:44-46 
b. Allah SWT telah member petunjuk kepada manusia agar menguti kebenaran yang disampaikan Rasulullah SAW sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. al-Hasyr/59:7 
c. Banyak hadist yang menjelaskan maksud beberapa Al-Qur’an yang masih bersifat global, termasuk masalah akida Islam. Contohnya Allah SWT berfiman dalam Q.S. an-Nisa’/4:36 


C. Tujuan Mempelajari Akidah Islam 

1. Untuk mengetahui petunjuk hidup yang benar dan dapat membedakan mana yang benar dan yang salah sehingga hidupnya diridhoi AllahSWT. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al-Baqarah/2:185. 
2. Untuk menghindarkan diri dari pengaruh kehidupan yang sesat atau jauh dari petunjuk hidup yang benar. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S. al-An’am/6:153. 

D. Manfaat Mempelajari Akidah Islam 
1. Dapat memperoleh petunjuk hidup yang benar, yang sesuai kehendak Allah SWT yang telah mencipta alam semesta, termasuk diri kita sendiri. 
2. Selamat dari pengaruh kepercayaan lain yang hanya akan membawa kerusakan dan hidup yang jauh dari kebenaran. 
3. Memperileh ketentraman dan kebahagiaan hidup yang hakiki karena mempunyai hubungan batin yang dekat dengan Allah SWT. 

E. Hubungan Iman, Islam, dan Ihsan 
1. Pengertian Iman, Islam, dan Ihsan 

a. Iman 
Pengertian iman terungkap dalam percakapan antara rasulullah SAW dan malaikat Jibril sebagai berikut. 
“ Jibril bertanya, “Apakah iman itu?” Beliau menjawab, “Engkau beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat, kitab, nabi-nabi, kematian dan hisup sesudah mati, surge dan neraka, hisab dan mizan, serta takdir yangbaik maupun yang buruk….” (H.R.Ahmad nomor 16851dari Abi Malik) 
Menurut hadist diatas, iman meliputi enam perkara, yaitu 
1) Iman kepada Allah SWT 
2) Iman kepada hari akhir (termasuk kematian dan hidup sesudah mati, surga dan neraka, hisab dan mizan) 
3) Iman kepada malaikat 
4) Iman kepada kitab-kitab Allah 
5) Iman kepada rasu-rasul Allah 
6) Iman kepada takdir 

b. Islam 
Pengertin islam terungkap dalam hadist berikut ini 
“ Islam dibangun (ditegakkan) di atas lima pekara, yaitu persaksian bahwa tiada Ilah selain Allah dan Muhammad utusan Allah, menegakkan shalat, membayar zakat, melaksanakan haji, dan puasa Ramadan.” (H.R. al-Bukhari nomor 8dan dari ibnu Umar) 

c. Ihsan 

Ihsan ada dua macam, yakni Ihsan kepada Allah dan Ihsan kepada sesame manusia. Pengertia Ihsan kepada Allah terungkap dalam hadist berikut. 
“ Apakah Ihsan? Ihsan adalah bahwasannya engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya (di depanmu) . Apabila engkau tidak dapat melihat-Nya, maka yakinlah bahwa Dia melihatmu.” (H.R. al-Bukhari nomor 48 dari Abu Hurairah) 

2. Hubungan Islam, Iman, Ihsan 
Untuk mengetahui hubungan iman, islam, dan ihsan, kita perlu memerhatikan sunnah (praktik) Rasulullah SAW sebagai pengemban amanah dari Allah SWT. Dalam praktiknya, Rasulullah SAW menyatukan ketiga hal tersebut. Iman sebagai landasan keyakinannya, sedangkan islam dan ihsan sebagai bukti nyata adanya keimanan tersebut. Islam dan ihsan berupa perbuatan nyata dalam kehidupan sehari-hari. 
Pengakuan iman seseorang tidak ada artinya sama sekali apabila tidak dibuktikan dengan amal nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, islam dan ihsan (perbuatan nyata) dalam kehidupan sehari-hari tidak diterima Allah apabila tidak dilandasi dengan iman yang benar. Dengan demikian, jelaslah kiranya bahwa iman, islam, dan ihsan merupakan satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan. 

F. Perilaku yang Sesuai dengan Nilai-NIlai Akidah Islam 
1. Beribadah kepada Allah SWT dengan hati yang ikhlas, tanpa perasaan terpaksa dan terbebani. Dan Berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memurnikan niat dalam beribadah hanya kepada AllahSWT. 
2. Berusaha menghindarkan diri dari segala bentuk kemusyrikan, baik dalam beribadah maupun perbuatan lain dalam kehidupan sehari-hari, senagaimana pernyataan pada setiap melakukan shalat yang berbunyi sebagai berikut. 

Bab II : Sifat-sifat Allah SWT 

A. Sifat - Sifat Wajib, Mustahil, dan Jaiz Allah SWT 
Sifat-sifat Allah berarti keadaan yang berhubungan dengan zat Allah, sesuai dengan keagungan-Nya. Zat dan sifat Allah tidak dapat dibayangkan oleh pikiran manusia. Sifat Allah dibagi menjadi tiga macam, yaitu sifat wajib, mustahil dan jaiz. 


1. Sifat wajib Allah SWT 

Yang dimaksuk sifat wajib Allah SWT ialah sifat-sifat yang pasti dimiliki oleh Allah SWT yang sesuai dengan keagungan-Nya sebagai pencipta alam seisinya. Dalam ilmu aqa’id, disebutkan bahwa sifat wajib Allah SWT ada 13, antara lain sebagai berikut. 
a. Allah SWT bersifat Ada (wujud) 
Adanya Allah SWT dapat dibuktikan dengan adanya alam ini. Semua barang yang ada di lingkungan kita pasti ada yang menbuat. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S. Ali Imran/3:2 
b. Allah SWT bersifat Terdahulu (Qidam) 
Allah SWt adalah pencipta alam semesta. Dia lebih dahulu ada sebelum ala mini ada. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S. al-Hadid/57:3 
c. Allah SWT berdifat Kekal (Baqa’) 
Semua mahkluk ciptaan Allah SWT akan rusak, sedangkan Dia sebagai pencipta tidak akan rusak. Allah SWT akan kekal selamanya dan Dia tidaka akan pernah mati, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. ar-Rahman/55:26-27 
d. Allah SWY berdifat Berbeda dengan Ciptaan-Nya (Mukhalafatu lil Hawadisi) 
Allah SWY memiliki sifat yang sempurna dan istimewa. Sifat Allah SWT berbeda dengan sifat makhluk-Nya. Jika ada kesamaan, hanya sama namanya, sedangkan kesempunaan-Nya tidak sama. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S. asy-Syura/42:11 
e. Allah SWT berdifat berdiri dengan sendirinya (Qiyamuhu Binafsihi) 
Allah SWT sebagai pencipta alam adalah Mahakuasa. Dia tidak memerlukan bantuan dari kekuatan lain karena mempunyai kekuatan yang ada pada diri-Nya. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S. Ali ‘Imran/3:2 
f. Allah SWT bersifat Maha Esa (Wahdaniyyah) 
Manusia dituntut untuk meyakini bahwa wujud Allah Naha Esa, artinya Dia tidak terbilang dua, tiga, dan seterusnya. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S. al-Ikhlas/112:1-4 
g. Allah SWT bersifat Maha Kuasa (Qudrah) 
Dia kuasa menciptakan alam, mampu memelihara, dan sanggup menghancurkannya tanpa bantuan kekuasaan lain. Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. al-Baqarah/2:20 
h. Alah SWT bersifat Berkehendak (Iradah) 
Jika Allah berkehendak, tidak satu pun yang dapat menolak. Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. Yasin/36:82 
i. Allah SWT bersifat Maha Mengetahui (‘Alim) 
Allah SWT adalah pencipta alam ini dan Dia mengetahui semua cptaan-Nya. Allah berfirman sebagai berikut. 
“….dan Allah Maha Mengetahui segala sesuati.” (Q.S. al-Hujarat/ 49:16) 
j. Allah SWT bersifat Hidup (Hayat) 
Seluruh kehidupan makhluk tunduk kepada Allah SWT. Dia yang mengatur semua kehidupan makhluk hidup. Allah tidak akan mati dan kekal selamanya. Firman Allah dalam Q.S.Ali ‘Imran/3:2 
k. Allah SWT bersifat Maha Mendengar (Sama’) 
Tidak ada sesuatu yang tidak didengar oleh Allah SWT. Walaupun jumlah suara manusia ratusan juta, semua akan didengar oleh Allah. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al-Hujarat/49:1 
l. Allah SWT bersifat Maha Melihat (Basar) 
Allah yang mengatur, yang menjalankan , dan mengawasi benda-benda, seperti matahari, bulan, bintang, dan planet-planet lainnya. Semua itu bagi Allah tidak ada yang lepas dari penglihatan-Nya. Allah SWT berfirman sebagai berikut. 
“…..Akkah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Baqarah/2:265) 
m. Allah SWT bersifat Berfirman (Kalam) 
Kalam berarti Allah berbicara melalui firman-Nya yang berupa wahyu. Allah berfirman sebagai berikut. 
“…..Dan kepada Musa, Allah berfirman langsung.” (Q.S. an- Nisa’/4:164) 
Adapun sebagian ulama yang menambahkan dengan tujuh sifat wajib Allah sehingga menjadi dua puluh. Tujuh sifat wajib yang dimaksud adalah sebagai berikut. 

a. Qadiran 
Berarti Allah maha kuasa 
b. Muridan 
Berarti Allah maha berkehendak 
c. ‘Aliman 
Berarti Allah maha menegtahui 
d. Hayyan 
Berarti Allah maha hidup 
e. Sami’an 
Berarti Allah maha mendengar 
f. Basiran 
Berarti Allah maha melihat 
g. Mutakalliman 
Berarti Allah maha berbicara 

2. Sifat Mustahil Allah SWT 
Sifat mustahil Allah berarti sifat yang secara akal tidak mungkin dimiliki Allah. Dalam ilmu Tauhid , dinyatakan bahwa sifat mustahil Allah ada 13, yaitu 
a. ‘adam, artinya tidak ada 
b. Hudus, artinya tidak ada 
c. Fana’, rudak 
d. Mumasalatu lil-hawadisi, artinya menyerupai makhluk 
e. Qiyamuhu bigairihi, artinya membutuhkan sesuatu selain diri-Nya 
f. Ta’addud, artinya lebih dari Satu 
g. ‘ajzun, artinya lemh 
h. Karahah, rtinya terpaksa 
i. Jahlun, artinya bodoh 
j. Mautun, artinya mati 
k. Summun, artinya tuli 
l. ‘umyun, artinya buta 
m. Bukyun, artinya bisu 

3. Sifat Jaiz Allah SWT 
Sifat jaiz Allah berarti sifat kebebasan Allah, yakni bebas yang dimiliki-Nya sebagai Tuhan semesta alam. Sifat jaiz Allah ialah kebebasan untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya yang mutlak. Berikut ini kebebasan-kebebasan mutlak yang diiliki Allah. 
a. Kebebasan untuk Menciptakan atau tidak Menciptakan Sesuatu 
Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. al-Qasas/28:68 
Ayat di atas menjelaskan bahwa apa yang hendak diciptakan Allah tergantung pada kehendak-Nya semata. 
Manusia hanya diberi hak untuk memohon kepada-Nya. Jika Allah mengabulkan, jadilah apa yang dikehendaki manusia. Sebaliknya, jika Allah tidak menghendaki, apapun yang diinginkan manusia tidak akan terjadi. Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. an-Nur/24:45 
b. Kebebasan untuk Mengatur Semua Makhluk Sesuai yang Dia Kehendaki 
Kebebasan Allah dalam mengatur semua makhlik telah ditegaskan dalam firman-Nya yang sekaligus merupakan do’a tuntunan bagi kita. Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. Ali Imran/ 3:26 
Semua perjalanan hidup yang dialami manusia ada pada kekuasaan Allah SWT. Naiknya seseorang ke derajat yang tinggi atas turunnya dari derajat rendah tidak terlepas darikuasa dan kehendak-Nya.

B. Klasifikasi Sifat-Sifat Allah SWT 
1. Sifat Nafsiyah 
Sifat nafsiyah adalah sifat yang berhubungan dengan zat Allah semata,. Yang tergolong sifat nafsiyah adalah difat wujud. Wujud adalah zat Allah yang mutlak atas diri-Nya, bukan merupakan tambahan dari zat-Nya. Allah SWT sebagai penyebab pertama adanya sesuatu dengan sendiri-Nya. Seandainya wujud Allah disebabkan atau dicptakan oleh sesuatu selain Dia, berarti Allah tidak sempurna sifat-Nya. Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. as-Sajadah/32:4-5 
Dari kedua ayat tersebut, dapat diambil pokok-pokok pengertian sebagai berikut. 

a. Allah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, yakni 
1) Masa pertama, semua alam masih berupa asap atau kabut raksasa, lalu kabut raksasa pecah dan sakah satunya menjadi bumi; 
2) Masa kedua, asap atau kabut berubah menjadi air; 
3) Masa ketiga, mulai timbul kekeringan yang akhirnya menjadi perbukitan; 
4) Masa keempat, mulai ada kehidupan di air dan di bumi; 
5) Masa kelima dan kekenam, seperti yang kita saksikan sekarang ini. 
b. Tidak ada penolong dan pemberi syafaat selain Allah SWT. Ini berarti kekuasaan tunggal ada pada Allah. 
c. Semua urusan ada di tangan Allah dan tidak ada pihak lain yang ikut campur tangan dengan-Nya.

2. Sifat Salbiyah 
Salbiyah berarti negative atau buruk. Sifat salbiyah berarti sifat yang tidak sesuai atau tidak layak untuk zat Allah. Sifat salbiyah ada lima macam yang berlawanan dengan sifat qidam, baqa’, mukhalafatu lil hawadisi, qiyamuhu binafsihi, dan wahdaniyyah. 
Kelima sifat itu adalah sebagai berikut. 
a. Hudus 
Hudus berarti permilaan. Sifat qidam menolak adanya sifat hudus. Berdasarkan teori ad-Daur, alam ini adalah ciptaan Allah, adanya Allah juga karena adanya alam. Pendapat demikian adalah mustahil karena Allah disamakan dengan makhluk ciptaan-Nya. 
Allah SWT berfirman. 
“Dialah Yang Awal, dan Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. al-Hadid/57:3) 
Allah tidak berawal dan tidak berakhir. Jika Allah berawal, sebelum Allah berarti ada kekosongan. Hal ini sangat bertentangan dengan akal. Oleh karena itu, sifat qidam menolak sifat qudum. 
b. Fana’ 
Jika Allah SWT bersifat fana’, berarti Allah mengalami kerusakan dan kepunahan. Dia tidak akan mengalami kerusakan dan kepunahan sebagaimana makhluki-Nya. 
“….segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah ….”(Q.S. al-Qasa/28:88) 

c. Mumasalatu lil Hawadisi 

Jika Allah bersifat Mumasalatu lil Hawadisi yang artinya Allah serupa dengan makhluk-Nya. Allah tidak akan pernah memerlukan apa yang diperlukan makhlk-Nya. Allah berfirman 
“…tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Melihat.” (Q.S. asy-Syura/42:11) 
d. Ihtiyajun ila Ghairihi atau qiyamuhu Ligairihi 
Jika Allah bersifat ini berarti Allah memerlukan bantuan pihak lain. Allah tidak memerlukan bantuan pihak lain dalam menciptakan alam seisinya. Allah berfirman sebagai berikut. 
“….Sunnguh Allah Maha Kaya..” (Q.S. al-Ankabut/29:6) 
e. Ta’addud 
Ta’adud berarti bebilang dua, tiga, atau lebih. Seandainya Allah lebih dari satu, pasti timbul perebutan kekuasaan dan aturan-aturan yang berbeda. Tuhan yang satu akan menyaingi Tuhan yang lain sehingga akan mengakibatkan kehancuran. Allah berfirman dalam surat al- Ikhlas/112:1 

3. Sifat Ma’ani 
Sifat ma’ani adalah sifat wajib Allah yang dapat digambarkan olah akal pikiran manusia dan dapat meyakinkan orang lain karena kebenarannya dapat dibuktikan dengan panca indra. Sifat wajib Allahyang tergolong dalam sifat ma’ani ialah qudrah, iradah, ilmu, hayat, sama’, basar, dan kalam. 
a. Qudrah 
Allah bersifat qudrah berarti Mahakuasa. Mustahil Allah bersifat ‘ajzun yang berarti lemah atau tidak berdaya. 
Alla SWT berfirman. 
“ Dan Dialah yang berkuasa atas hamba-hamba-Nya. Dan Dia Maha bijaksana, Maha Mengetahui.” (Q.S. al-An’am/6:18) 
b. Iradah 
Allah SWT bersifat iradah yang berarti berkehendak, mustahil bersifat karahah yang berarti dipaksa. Allah adalah zat yang mengatur segala-galanya karena Dialah yang berkuasa dan memiliki alam ini. 
Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S.an-Nahl/16:40 
c. ‘Ilmu 
Ilmu berarti mengetahui segala sesuatu. Lawan katanya adalah jalun yang berarti bodoh. Allah mengetahui segala sesuatu, baik yang telah, sedang, maupun yang akan terjadi. Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. al-Hujarat/49:18 
d. Hayat 
Hayat berarti hidup, sedangkan kebalikannya adalah mautun yang berarti mati. Allah adalah zat yang hidup dan muastahil mati. Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. al-Furqan/25:58 
e. Sama’ 
Sama’ berarti mendengar, sedangkan kebalikannya adalah summon yang berarti tuli. Allah Maha Mendengar segala macam bunyi dan suara makhluk, baik yang keras maupun yang pelan. Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. al-Baqarah/2:127 
f. Basar 
Basar berarti melihat sesuatu, baik yang telah, sedang, maupun yang akan terjadi. Penglihatan Allah tidak dibatasi oleh alat dan waktu. Kebalikannya adalah ‘umyun yang berarti buta. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat al-Hujarat/49:18. 
g. Kalam 
Kalm berarti berbicara, sedangkan kebalikannya adalah bukmun yang berarti bisu. Karena Allah berbicara, Dia dapat berfirman, member janji, dan peringatan yang ditunjukkankepada makhluk-Nya. Firman-firman-Nya tersusun dengan rapi di dalam kitab suci yang diturunkan lepda rasul-rasul-Nya. Hal itu menunjukkan bahwa Allah tidak mungkin brsifat bisu. Allah berfirman dalam surat an-NIsa’/4:164 

4. Sifat Ma’nawiyah 
Sifat ma’nawiyah adalah sifat-sifat yang berhubungan dengan sifat ma’ani atau merupakan kelanjutan sifat-sifat ma’ani. Dengan kata lain, adanya tujuh sifat ma’ani berarti ada tujuh sifat ma’nawiyah. Ketujuh sifat ma’nawiyah dimaksud adalah sebagai berikut. 
a. Qadiran (Mahakuasa) 
Allah SWT bersifat qadiran yang berarti Dia Mahakuasa. 
Allah berfirman dalam surat al- An’am/6:37. 
b. Muridan (Maha Berkehendak) 
Allah bersifat muridan yang berarti Dia Maha Berkehendak. Allah berfirman dalam surat an-NIsa’/4:26. 
c. ‘Aliman (Maha Mengetahui) 
Allah bersifat ‘aliman yang berarti Dia Maha Mengetahui. 
Allah berfirman dalam suratal-Hujarat/49:16. 
d. Hayyan (Maha Hidup) 
Allah bersifat hayyan yang berarti Dia maha hidup. 
Allah berfirman dalam surat Ali Imran/3:2. 
e. Sami’an (Maha Mendengar) 
Allah bersifat sami’an yang berarti Dia Maha Mendengar. Allah berfirman dalam surat an-NIsa’/4:134.
f. Basiran (Maha Melihat) 
Allah bersifat basiran yang berarti Dia Maha Melihat. 
Allah berfirman dalam surat al-Isra’/17:17. 
g. Mutakalliman (Maha Berbicara) 
Allah bersifat mutakalliman yang berarti Dia Maha Berbicara. Allah berfirman dalam surat at-Taubah/9:6. 

C. Perilaku Orang Yang Beriman kepada Sifat-Sifat Alla SWT 

1. Menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya denganselain Dia ksrena Dia berbeda dengan semua makhluk ciptaan-Nya. 
2. Tidak berprasangka buruk krpada Allah walaupun hanya dalam hati karena Dia Maha Mendengar terhadap segala sesuatu meskipun tidak bersuara.i dari segala yang buruk. Dan berusaha tidak sombong. 

Bab III : Akhlak Terpuji Kepada Allah SWT 

A. Ikhlas 
1. Pengertian Ikhlas 
Kata ikhlas kata ikhlas berasal dari bahasa arab akhlasa, yukhlisu, ikhlasan yang artinya memurnikan niat hanya semata-mata mencari rida Allah. Atau semata-mata menaati perintah-Nya. Sebagaimana terungkap dalam surat al-An’am/6:162. 

2. Perintah untuk Beramal secara Ikhlas 
Orang yang beramal baik, tetapi tidak ikhlas, ia akan rugi sendiri. Allah tidak akan menerima amal tersebut, dalam hadis Qudsi Allah berfirman. 
“ Aku adalah sebaik-baik sekutu (teman). Barang siapa memperskutukan Aku bersama yang lain, dia (diserahkan) kepada sekutu itu. Wahai sekalian manusia, ikhlaskan amalmu karena Allah tidak akan menerima akal seseorang, kecuali amal yang diikhlaskan kepada-Nya.” (H.R. al- Bazzar) 

3. Bentuk-Bentuk (contoh) Perilaku Ikhlas 
a. Tidak pernah mengeluh dan tak mengharapkan penghargaan setiap ia menjalankan tugas 
b. Melaksanakan sesuatu karena semata-mata melaksanakan perintah Allah dalam kandungan Surah al-Ma’un. 
4. Dampak Positif Beramal secara Ikhlas 
a. Memperoleh kepuasan batin karena merasa bahwa kebaikan yang dilakukan sesuai kehendak Allah yang menyuruhnya. 
b. Merasa senang karena adanya harapan rida dari sisi-Nya. 
c. Dapat menjaga kerutinan dalam berbuat baik, walaupun amal baiknya tidak dilihat orang lain. 
5. Membiasakan Diri Beramal secara Ikhlas 
a. Melatih diri agar tidak merasa bangga jika perbuatan baiknya dipuji orang. 
b. Tidak kecewa apabila perbuatan baiknya diremehkan orang lain. 
c. Melatih diri untuk beramal baik saat tidak dilihat orang lain, misalnya sedekah secara sembunyi-sembunyi. 
d. Tidak suka memuji perbuatan baik yang dilakukan seseoranga karena hal itu dapat mendorong pelakunya menjadi ria. 

B. Taat 

1. Pengertian Taat 
Kata taat berasal dari bahasa Arab yang berarti tunduk, patuh, dan setia kepada si fulan atau Allah dan rasul-Nya, baik dalam bentuk pelaksanaan perintah Maupin meninggalkan larangan-Nya. 

2. Perintah untuk Taat kepada Allah dan Rasul-Nya 
Taat termasuk perkara yang diwajibkan dalam islam. Dengan demikian, seorang mukmin adalah orang yang setia dan taat kepada Allah dan rasul-Nya. Allah berfirman dalam surat an-Nisa’/4:59. 

3. Bentuk-Bentuk (Contoh) Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya 
a. Taat kepada syariat Islam dalam pembagian warisan 
b. Meskipun saling mencintai, Karena Islam muslimah melarang menikah dengan lelaki nonmuslim, akhirnya Nur Hasanah menolak lamaran tersebut dengan sopan. 


4. Dampal Positif Ketaatan kepada Allah dan Rasul-NYa 

a. Memperoleh kepuasan batin karena telah mampu melaksanakan salah satu kewajibannya lepada Allah dan Rasul-Nya. 
b. Memperoleh ida Allah karena telah mampu menaati perintah-Nya, dan 
c. Memperoleh kemenangan (keuntungan) yang besar sesuai firman Allah dalam surat an-Nisa’/4:13. 

5. Membiasakan Diri Taat lepada Allah dan Rasul-Nya 
a. Segera mempersiapkan diri untuk salat apabila sudah tiba waktunya. 
b. Melatih diri untuk disiplin dalam berbagai hal, termasuk belajar dan mengrjakan tudas sekolah. 
c. Selalu disiplin dalam mengikuti tata tertib sekolah, baik dilihat guru maupun tidak. 

C. Khauf 

1. Pengertian Khauf 
Kata khauf berasal dari bahasa arab khafa, yakhafu, khaufan yang artinya takut. Islam mendidik umatnya agar memiliki sifat khauf, yakni takut akan murka Allah apabila terkena ancaman atau siksa-Nya. 
2. Perintah untuk Memiliki Khauf 
Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. al-A’raf/7:56 
Yang dimaksud rasa takut dan penuh harap pada ayat di atas ialah sebagai berikut. 
a. Takut akan dilepaskan oleh Allah hidup sendirian sehingga tersesat dari jalan yang benar, yakni tuntunan Islam. 
b. Takut akan mendapat siksa karena melanggar aturan-arturan-Nya. 
c. Sangat mngharapkan rida Allah sehingga hidupnya senantiasa memperoleh bimbingan dari wahyu-Nya. 
3. Contoh khauf 
Senantiasa meningkatkan kualitas beribadah, baik yang berhubunagn secara langsung kepada Allah maupun yang berhubungan dengan sesama manusia. 
4. Dampak Positif Khauf 
a. Dapat menjaga kerutinan perbuatan baiknya karena belum yakin bahwa kebaikan yang telah lalu diterima dan diridai Allah. 
b. Dapat meningkatkan kualitas perbuatan baiknya karena mengharapkan rida Allah. 
5. Membiasakan Diri Bersifat Khauf 
a. Mengingat-ingat dosanya si masa lalu sebab belum tentu dimaafkan Allah. 
b. Melupaka kebaikan di masa lalu karena belum tentu Allah berkenan menerimnya. 
c. Mengukur dirinya dengan orang –orang yang saleh agar bersemangat untuk mengikuti amal baik seperti mereka. 

D. Tobat 
1. Pengertia Tobat 
Kata tobat berasal dari kata taba, yatubu, taubatan yang berarti kembali, menyesali perbuatan dosa yang telah dilakukan. 
Orang yang bertobat berarti berhenti dari perbuatan dosa yang telah dilakukan, kemudian kembali kejalan yang benar. 
2. Hukum Bertobat 
Bertobat termasuk pekara yang diwajibkan dalam agama. Firman Allah dalam surat an-Nur/24:31. 
Dalam sebuah hadis Rasulullah bersabda sebagai berikut. 
“ Sesungguhnya Allah Yang Mahamulia dan Mhaagungmembentangkan tangan-Nya diwaktu malam untuk menerima tobat hamba yang berbuat dosa pada siang harinya, dan membentangkan tangan-Nya diwaktu siang untuk menerima tobat hamba yang berbuat dosa pada malam hrinya sehingga matahari terbit dari tempat terbenamnya (hari akhir) .” (H.R . Muslim) 
Tobat nasuha harus memenuhi tiga perkara yakni : 
a. Harus segera menghentikan perbuatan disa yang dilakukan. 
b. Harus menyesali sedalam-dalamnya atas perbuatan dosa tersebut. 
c. Harus bertekad yang sungguh-sungguh tak akan mengulangi perbuatan dosa tersebut. 
3. Contoh Perilaku Tobat Kepada Allah 
a. Memperbanyak membaca istigfar dan menemui orang yang pernah dijahtinya untuk minta maaf. 
b. Menyesali perbuatan yang seharusnya tidak dilakukan serta berjamji tidak akan mengulangi lagi perbuatannya. 
4. Dampak Positif Perilaku Bertobat 
a. Bagi Pelakunya Sendiri 
1) Memperoleh semangat dan gairah hidup baru karena Allah berkenan menerima tobatnya 
2) Dapat memperoleh kembali jalan yang benar 
3) Memperoleh simpati msyarakat lagi, seperti dahulu sebelum bertobat. 

b. Bai Orang lain Termasuk keluarga 

1) Lambat laun dapat mengembalikan nama baik keluarga. 
2) Hilangnya kecemasan keluarga dan masyarakat. 
5. Perilaku Membiasakan Diri Bertobat 
a. Tidak memandang remeh terhadap perbuatan dosa sekecil apapun, 
b. Berusaha menutup perbuatan dosanya dengan perbuatan baik sesuai kemampuan yang dimiliki 
c. merasa tidak senang apabila melihat oramg lain berbuat dosa 

Menurut hasil tela’ah kami tentang materi penjelasan pada semester I kelas VII MTs, penjelasannya sudah baik, akan tetapi terdapat kekurangan dalam penyusunannya.
Read more ...

ISU PENDIDIKAN



1.Faktor Internal
a.Relasi Kekuasaan dan Orientasi Pendidikan
Tujuan pendidikan pada dasarnya hanya satu, yaitu memanusiakan manusia, atau mengangkat harkat dan martabat manusia atau human dignity, yaitu menjadi khalifah di muka bumi dengan tugas dan tanggung jawab memakmurkan kehidupan dan memelihara lingkungan. Tujuan pendidikan yang selama ini diorientasikan memang sangat ideal bahkan, lantaran terlalu ideal, tujuan tersebut tidak pernah terlaksana dengan baik.
Orientasi pendidikan, sebagaimana yang dicita-citakan secara nasional, barangkali dalam konteks era sekarang ini menjadi tidak menentu, atau kabur kehilangan orientasi mengingat adalah tuntutan pola kehidupan pragmatis dalam masyarakat indonesia. Hal ini patut untuk dikritisi bahwa globalisasi bukan semata mendatangkan efek positif, dengan kemudahan-kemudahan yang ada, akan tetapi berbagai tuntutan kehidupan yang disebabkan olehnya menjadikan disorientasi pendidikan. Pendidikan cenderung berpijak pada kebutuhan pragmatis, atau kebutuhan pasar lapangan, kerja, sehingga ruh pendidikan islam sebagai pondasi budaya, moralitas, dan social movement (gerakan sosial) menjadi hilang.
b.Masalah Kurikulum
Sistem sentralistik terkait erat dengan birokrasi atas bawah yang sifatnya otoriter yang terkesan pihak “bawah” harus melaksanakan seluruh keinginan pihak “atas”. Dalam system yang seperti ini inovasi dan pembaruan tidak akan muncul. Dalam bidang kurikulum sistem sentralistik ini juga mempengaruhi output pendidikan. Tilaar menyebutkan kurikulum yang terpusat, penyelenggaraan sistem manajemen yang dikendalikan dari atas telah menghasilkan output pendidikan manusia robot. Selain kurikulum yang sentralistik, terdapat pula beberapa kritikan kepada praktik pendidikan berkaitan dengan saratnya kurikulum sehingga seolah-olah kurikulum itu kelebihan muatan. Hal ini mempengaruhi juga kualitas pendidikan. Anak-anak terlalu banyak dibebani oleh mata pelajaran.
Dalam realitas sejarahnya, pengembangan kurikulum Pendidikan Islam tersebut mengalami perubahan-perubahan paradigma, walaupun paradigma sebelumnya tetap dipertahankan. Hal ini dapat dicermati dari fenomena berikut : (1) perubahan dari tekanan pada hafalan dan daya ingat tentang teks-teks dari ajaran-ajaran agama islam, serta disiplin mental spiritual sebagaimana pengaruh dari timur tengah, kepada pemahaman tujuan makna dan motivasi beragama islam untuk mencapai tujuan pembelajaran Pendidikan Islam. (2) perubahan dari cara berfikir tekstual, normatif, dan absolutis kepada cara berfikir historis, empiris, dan kontekstual dalam memahami dan menjelaskan ajaran-ajaran dan nilai-nilai islam.(3) perubahan dari tekanan dari produk atau hasil pemikiran keagamaan islam dari para pendahulunya kepada proses atau metodologinya sehingga menghasilkan produk tersebut. (4) perubahan dari pola pengembangan kurikulum pendidikan islam yang hanya mengandalkan pada para pakar dalam memilih dan menyusun isi kurikulum pendidikan islam ke arah keterlibatan yang luas dari para pakar, guru, peserta didik, masyarakat untuk mengidentifikasikan tujuan Pendidikan Islam dan cara-cara mencapainya.
c. Pendekatan/Metode Pembelajaran
Peran guru atau dosen sangat besar dalam meningkatkan kualitas kompetensi siswa/mahasiswa. Dalam mengajar, ia harus mampu membangkitkan potensi guru, memotifasi, memberikan suntikan dan menggerakkan siswa/mahasiswa melalui pola pembelajaran yang kreatif dan kontekstual (konteks sekarang menggunakan teknologi yang memadai). Pola pembelajaran yang demikian akan menunjang tercapainya sekolah yang unggul dan kualitas lulusan yang siap bersaing dalam arus perkembangan zaman.
Siswa atau mahasiswa bukanlah manusia yang tidak memiliki pengalaman. Sebaliknya, berjuta-juta pengalaman yang cukup beragam ternyata ia miliki. Oleh karena itu, dikelas pun siswa/mahasiswa harus kritis membaca kenyataan kelas, dan siap mengkritisinya. Bertolak dari kondisi ideal tersebut, kita menyadari, hingga sekarang ini siswa masih banyak yang senang diajar dengan metode yang konservatif, seperti ceramah, didikte, karena lebih sederhana dan tidak ada tantangan untuk berfikir.
d.Profesionalitas dan Kualitas SDM
Salah satu masalah besar yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia sejak masa Orde Baru adalah profesionalisme guru dan tenaga pendidik yang masih belum memadai. Secara kuantitatif, jumlah guru dan tenaga kependidikan lainnya agaknya sudah cukup memadai, tetapi dari segi mutu dan profesionalisme masih belum memenuhi harapan. Banyak guru dan tenaga kependidikan masih unqualifiedunderqualified, danmismatch, sehingga mereka tidak atau kurang mampu menyajikan dan menyelenggarakan pendidikan yang benar-benar kualitatif.
e. Biaya Pendidikan
Faktor biaya pendidikan adalah hal penting, dan menjadi persoalan tersendiri yang seolah-olah menjadi kabur mengenai siapa yang bertanggung jawab atas persoalan ini. Terkait dengan amanat konstitusi sebagaimana termaktub dalam UUD 45 hasil amandemen, serta UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang memerintahkan negara mengalokasikan dana minimal 20% dari APBN dan APBD di masing-masing daerah, namun hingga sekarang belum terpenuhi. Bahkan, pemerintah mengalokasikan anggaran pendidikan genap 20% hingga tahun 2009 sebagaimana yang dirancang dalam anggaran strategis pendidikan.
2.      Faktor Eksternal
a.      Dichotomic
Masalah besar yang dihadapi dunia pendidikan islam adalah dichotomy dalam beberapa aspek yaitu antara Ilmu Agama dengan Ilmu Umum, antara Wahyu dengan Akal setara antara Wahyu dengan Alam. Munculnya problem dikotomi dengan segala perdebatannya telah berlangsung sejak lama. Boleh dibilang gejala ini mulai tampak pada masa-masa pertengahan. Menurut Rahman, dalam melukiskan watak ilmu pengetahuan islam zaman pertengahan menyatakan bahwa, muncul persaingan yang tak berhenti antara hukum dan teologi untuk mendapat julukan sebagai mahkota semua ilmu.
b.      To General Knowledge
Kelemahan dunia pendidikan islam berikutnya adalah sifat ilmu pengetahuannya yang masih terlalu general/umum dan kurang memperhatikan kepada upaya penyelesaian masalah (problem solving). Produk-produk yang dihasilkan cenderung kurang membumi dan kurang selaras dengan dinamika masyarakat. Menurut Syed Hussein Alatas menyatakan bahwa, kemampuan untuk mengatasi berbagai permasalahan, mendefinisikan, menganalisis dan selanjutnya mencari jalan keluar/pemecahan masalah tersebut merupakan karakter dan sesuatu yang mendasar kualitas sebuah intelektual. Ia menambahkan, ciri terpenting yang membedakan dengan non-intelektual adalah tidak adanya kemampuan untuk berfikir dan tidak mampu untuk melihat konsekuensinya.
c.       Lack of Spirit of Inquiry
Persoalan besar lainnya yang menjadi penghambat kemajuan dunia pendidikan islam ialah rendahnya semangat untuk melakukan penelitian/penyelidikan. Syed Hussein Alatas merujuk kepada pernyataan The Spiritus Rector dari Modernisme Islam, Al Afghani, Menganggap rendahnya “The Intellectual Spirit”(semangat intelektual) menjadi salah satu faktor terpenting yang menyebabkan kemunduran Islam di Timur Tengah.
d.      Memorisasi
Rahman menggambarkan bahwa, kemerosotan secara gradual dari standar-standar akademis yang berlangsung selama berabad-abad tentu terletak pada kenyataan bahwa, karena jumlah buku-buku yang tertera dalam kurikulum sedikit sekali, maka waktu yang diperlukan untuk belajar juga terlalu singkat bagi pelajar untuk dapat menguasai materi-materi yang seringkali sulit untuk dimengerti, tentang aspek-aspek tinggi ilmu keagamaan pada usia yang relatif muda dan belum matang. Hal ini pada gilirannya menjadikan belajar lebih banyak bersifat studi tekstual daripadapemahaman pelajaran yang bersangkutan. Hal ini menimbulkan dorongan untuk belajar dengan sistem hafalan (memorizing) daripada pemahaman yang sebenarnya. Kenyataan menunjukkan bahwa abad-abad pertengahan yang akhir hanya menghasilkan sejumlah besar karya-karya komentar dan bukan karya-karya yang pada dasarnya orisinal.
e.       Certificate Oriented
Pola yang dikembangkan pada masa awal-awal Islam, yaitu thalab al’ilm, telah memberikan semangat dikalangan muslim untuk gigih mencari ilmu, melakukan perjalanan jauh, penuh resiko, guna mendapatkan kebenaran suatu hadits, mencari guru diberbagai tempat, dan sebagainya. Hal tersebut memberikan isyarat bahwa karakteristik para ulama muslim masa-masa awal didalam mencari ilmu adalah knowledge oriented. Sehingga tidak mengherankan jika pada masa-masa itu, banyak lahir tokoh-tokoh besar yang memberikan banyak konstribusi berharga, ulama-ulamaencyclopedic, karya-karya besar sepanjang masa. Sementara, jika dibandingkan dengan pola yang ada pada masa sekarang dalam mencari ilmu menunjukkan kecenderungan adanya pergeseran dariknowledge oriented menuju certificate oriented semata. Mencari ilmu hanya merupakan sebuah proses untuk mendapatkan sertifikat atau ijazah saja, sedangkan semangat dan kualitas keilmuan menempati prioritas berikutnya.

C.     SOLUSI PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM DI ERA GLOBAL
Pendidikan memiliki keterkaitan erat dengan globalisasi. Pendidikan tidak mungkin menisbikan proses globalisasi yang akan mewujudkan masyarakat global ini. Dalam menuju era globalisasi, indonesia harus melakukan reformasi dalam proses pendidikan, dengan tekanan menciptakan sistem pendidikan yang lebih komprehensif, dan fleksibel, sehingga para lulusan dapat berfungsi secara efektif dalam kehidupan masyarakat global demokratis. Untuk itu, pendidikan harus dirancang sedemikian rupa yang memungkinkan para peserta didik mengembangkan potensi yang dimiliki secara alami dan kreatif dalam suasana penuh kebebasan, kebersamaan, dan tanggung jawab. Disamping itu, pendidikan harus menghasilkan lulusan yang dapat memahami masyarakatnya dengan segala faktor yang dapat mendukung mencapai sukses ataupun penghalang yang menyebabkan kegagalan dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah mengembangkan pendidikan yang berwawasan global.
Selain itu, program pendidikan harus diperbaharui, dibangun kembali atau dimoderenisasi sehingga dapat memenuhi harapan dan fungsi yang dipikulkan kepadanya. Sedangkan solusi pokok menurut Rahman adalah pengembangan wawasan intelektual yang kreatif dan dinamis dalam sinaran dan terintegrasi dengan Islam harus segera dipercepat prosesnya. Sementara itu, menurut Tibi, solusi pokoknya adalahsecularization, yaitu industrialisasi sebuah masyarakat yang berarti diferensiasi fungsional dari struktur sosial dan sistem keagamaannya.
Berbagai macam tantangan tersebut menuntut para penglola lembaga pendidikan, terutama lembaga pendidikan Islam untuk melakukan nazhar atau perenungan dan penelitian kembali apa yang harus diperbuat dalam mengantisipasi tantangan tersebut, model-model pendidikan Islam seperti apa yang perlu ditawarkan di masa depan, yang sekiranya mampu mencegah dan atau mengatasi tantangan tersebut. Melakukan nazhar dapat berarti at-taammul wa al’fahsh, yakni melakukan perenungan atau menguji dan memeriksanya secara cermat dan mendalam, dan bias berarti taqlib al-bashar wa al-bashirah li idrak al-syai’ wa ru’yatihi, yakni melakukan perubahan pandangan (cara pandang) dan cara penalaran (kerangka pikir) untuk menangkap dan melihat sesuatu, termasuk di dalamnya adalah berpikir dan berpandangan alternatif serta mengkaji ide-ide dan rencana kerja yang telah dibuat dari berbagai perspektif guna mengantisipasi masa depan yang lebih baik.

D.    ORIENTASI PENDIDIKAN ISLAM DI ERA GLOBAL
Menurut Ahmad Tantowi, dengan adanya era globalisasi ini perlu adanya rumusan orientasi pendidikan Islam yang sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat. Orientasi tersebut ialah sebagai berikut :
1.      Pendidikan Islam sebagai Proses Penyadaran
Pendidikan Islam harus diorientasikan untuk menciptakan “kesadaran kritis” masyarakat. Sehingga dengan kesadaran kritis ini akan mampu menganalisis  hubungan faktor-faktor sosial dan kemudian mencarikan jalan keluarnya. Hubungan antara kesadaran tersebut dengan pendidikan Islam dan globalisasi ialah agar umat Islam bisa melihat secara kritis bahwa implikasi-implikasi dari globalisasi bukanlah sesuatu yang given atau takdir yang sudah digariskan oleh Tuhan, akan tetapi sebagai konsekuensi logis dari sistem dan struktur globalisasi itu sendiri.
2.      Pendidikan Islam sebagai Proses Humanisasi
Proses Humanisasi dalam pendidikan Islam dimaksudkan sebagai upaya mengembangkan manusia sebagai makhluk hidup yang tumbuh dan berkembang dengan segala potensi (fitrah) yang ada padanya. Manusia dapat dibesarkan (potensi jasmaninya) dan diberdayakan (ptoensi rohaninya) agar dapat berdiri sendiri dan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
3.      Pendidikan Islam sebagai Pembinaan Akhlak al-Karimah
Akhlak merupakan domain penting dalam kehidupan masyarakat, apalagi di era globalisasi ini. Tidak adanya akhlak dalam tata kehidupan masyarakat akan menyebabkan hancurnya masyarakat itu sendiri. Hal ini bisa diamati pada kondisi yang ada di negeri ini. Menurut Abuddin Nata, hal seperti ini pada awalnya hanya menerpa sebagian kecil elit politik (penguasa), tetapi kini ia telah menjalar kepada masyarakat luas, termasuk kalangan pelajar.
Bagi pendidikan Islam, masalah pembinaan akhlak sesungguhnya bukan sesuatu yang baru. Sebab akhlak memang merupakan misi utama agama Islam. Hanya saja, akibat penetrasi budaya sekuler barat, belakangan ini masalah pembinaan akhlak dalam institusi pendidikan Islam tampak lemah. Untuk itu, pendidikan Islam harus dikembalikan kepada fitrahnya sebagai pembinaan akhlaq al-karimah, dengan tanpa mengesampingkan dimensi-dimensi penting lainnya yang harus dikembangkan dalam institusi pendidikan, baik formal, informal, maupun nonformal.
Pembinaan akhlak sebagai (salah satu) orientasi pendidikan Islam di era globalisasi ini adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar. Sebab eksis tidaknya suatu bangsa sangat ditentukan oleh akhlak masyarakatnya.


Read more ...
Designed By