Breaking News
SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI
ASSALAMU'ALAIKUM Wr.Wb

my blog

enamberita.blogspot.com

Friday 27 November 2015

Perkembangan Seni Ukir Jepara




 
Perkembangan Seni Ukir Jepara...
            Seni ukir Jepara telah mampu mengangkat Jepara menjadi terkenal baik di tingkat Nasional maupun Internasional.Hasil seni ukir Jepara yang berupakerajina perabot rumah tangga, dan hiasan bangunan rumah model ukirannya berbentuk ukira cembung, ukiran cekung, ukiran susun, ukiran garis, ukiran patokan, dan ukiran tembus.Kesinambungan budaya seni ukir Jepara dapat diketahui berdasarkan ragam hias yang digunakan sampai sekarang.Seni ukir Jepara mempunyai 5 motif ukir dasar yang lazim digunakan.Kelima motif dasar tersebut masing-masing mempunyai variasi tersendiri, motifnya yaitu : motif geometris, motif binatang, motif pigural, motif tumbuhan, dan motif-motif lain.Motif-motif itu selain diukirkan secara natural ada juga yang diukirkan dalam bentuk stiliran. Ragam hias seni ukir Jepara mempunyai banyak persamaan  dengan ragam hias yang terdapat pada kekunaan Masji Mantingan. Dengan demikian seni ukir Jepara bisa dikatakan bertolak dari tradisi lama.
            Perkembangan seni ukir Jepara telah mengalami kemajuan dan kemunduran. Pada satu sisi, minat masyarakat untuk mengembangkan kerajinan ini meningkat tapi pada sisi lainnya, minat masyarakat untuk menekuni seni ukiran menurun. Perkambangan desain seni ukir Jepara juga bisa dilihat dari hasil karya para generasi perajin muda. Salah satunya yang dalam segi desain seni ukir ini berkembang adalah model serta desain furniture. Memang desainnya tidak berubah secara total , namun mulai muncul ide-ide desain baru yang tetap mengangkat nuansa lokal.
            Dibalik keagungan seni ukir Jepara yang tersohor hingga ke mancanegara, disisi lain muncul berbagai permasalahan yang kaitannya dengan masa depan seni ukir Jepara itu sendiri.Seiring dengan perkembangan jaman yang serba menggunakan teknologi sebagai alat penunjang hidup bahkan bisa dikatakan sebagai kebutuhan pokok manusia membuat kerajinan seni ukir mulai tersisihkan.Dibuktikan dengan berkurangnya minat anak muda guna belajar mengukir sampai 50% dari 5 tahun belakangan ini, sumber didapat dari berbagai media. Minat generasi muda untuk mengukir sudah berkurang, dan berkurangnya minat ini disebabkan oleh proses belajar seni ukir ini yang memakan waktu yang cukup lama.Untuk dapat mencapai level mengukir relief, membutuhkan waktu paling sebentar yaitu 10 tahun lebih menurut para ahli. Selain itu pula dirasa pekerjaan sebagai pengrajin ukir sudah tidak lagi populer di mata anak muda sekarang.Mereka lebih memilih mendapatkan pekerjaan di kantor-kantor perusahaan dari pada harus berkotor-kotor mengukir.
           
Realita yang nampak sekarang ini...?!
            Anak-anak dan generasi muda Jepara, sudah tidak begitu tertarik terhadap seni ukir. Tidak hanya anak sekolah, para generasi muda yang bekerja dalam bidang tukang ukir (perajin ukir) sudah tidak mau belajar seni ukir. Hal ini tentu sangat memprehatinkan akan kelangsungan hidup Seni Ukir Jepara itu sendiri. seperti yang dipaparkan oleh Hendriyo bahwa “Selain itu, minat siswa terhadap ukir dan pertukangan kayu sangat kurang. Hal itu dibarengi dengan mulai berkurangnya tenaga pengukir muda di desa ukir Jepara, Desa Mulyoharjo, Kecamatan Jepara. Dari sekitar 8.000 jiwa penduduk desa, perajin ukiran hanya 30 persen. Padahal, dahulu, separuh lebih penduduk Mulyoharjo menjadi perajin ukir-ukiran.Dan yang menjadi tukang ukir mencapai 70 % rata-rata berusia tua (30 tahun ke atas).
            Kreatifitas generasi muda dalam mendesain ukiran memang perlu untuk diapresiasi oleh berbagai pihak. Tapi, berkurangnya minat mereka dalam mengukir lebih perlu untuk diwaspadai. Sebab, Jepara bisa hilang julukannya sebagai Kota Ukir Kayu Jati. Oleh karena itu perlu adanya upaya dari berbagai pihak untuk meningkatkan kembaliminat generasi muda untuk belajar mendesain serta mengukir. Apakah dengan cara menggelar berbagai kompetisi ukir bagi semua kalangan masyarakat tanpa kriteria umur, kompetisi mengukir bebas tanpa dibatasi  dengan jenjang pendidikan, kompetisi ukiran kaligrafi Arab, dan lain-lain.

Upaya yang harus ditempuh.....
            Guna meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dan sebagai uapaya untuk pelestarian  seni ukir di Jepara misalnya, dilakukan melalui pendidikan Sekolah Menengah Industri Kerajinan Negeri dan Akademi Teknologi Perkayuan dan pendidikan non formal melalui kursus-kursus dan latihan-latihan. Dengan penigkatan kualitas sumber daya manusia ini diharapkan bukan saja dapat memacu kualitas produk, tatapi juga memacu semangat masyarakat khususnya anak-anak muda untuk kembali mencintai dan mempelajari kesenian yang selama ini melambungkan nama Jepara dikancah Internasional.
            Peningkatan kualitas dan pengawasan mutu memang menjadi obsesi Jepara dalam memasuki pasar internasional, yang bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan luar negri terhadap produk industri ukir Jepara. Karena itu pengendalian mutu dengan mengacu pada sistim standard internasional merupakan hal yang tidak dapat di tawar-tawar lagi.Maka dari itu pemerintah harus gencar mengupayakan sedini mungkin agar target semua itu dapat segera terealisasikan kembali.Caranya dengan menerapkan keterampilan ukir  sebagai mata pelajaran wajib di jenjang sekolah-sekolah mulai dari tingakat paling dasar hingga keperguruan tinggi. Dimulai dengan pengenalan-pengenalan tentang Seni ukir hingga pada praktik pelaksanaan pembuatan ukiran itu sendiri.Bisa juga melalui kursus-kursus baik itu yang dikelola warga pemerhati seni juga bisa dari pemerintah daerah.Pemerintah juga harus sesering mungkin membuat program-program promosi seperti pameran yang bertajuk Seni Ukir Jepara baik itu setingkat propinsi,Nasional, bahkan tingkat Internasional.Semua upaya itu dapat berjalan dengan baik apabila semua pihak yang terkait baik itu dari Pemda maupun pemerintah pusat dapat melaksanakan tugas sebagaimana mestinya, bukan tidak mungkin Ukiran Jepara dapat kembali berjaya di mata dunia.
 
Oleh : Fitriyo_mahasiswa Unisnu Jepara fakultas tarbiyah semester 7


Read more ...

Friday 13 November 2015

KOTA TARIM - HADHROMAUT YAMAN ADALAH SALAH SATU KOTA SURGA


KOTA TARIM - HADHROMAUT YAMAN ADALAH SALAH SATU KOTA SURGA 

Al Imam Ahmad Bin Abil Hubb :
"Andai saja mereka melihat hakikat kota Tarim,maka
mereka akan mengatakan, Syurga Dunia adalah
Tarim"

Al Imam Al Qutb alhabib Abdurrahman Assegaf :
"Setetes ilmu di Tarim lebih baik dari pada lautan
ilmu di luar Tarim"
Al Imam Al Qutb alhabib Abdullah Bin Alwi Al Haddad :
"Andai saja engkau mengeluarkan seluruh hartamu
untuk mengunjungi kota Tarim, maka apa yang
engkau dapatkan akan lebih banyak daripada yang
kau keluarkan"
Al Imam Al Qutb alhabib Abdurrahman Assegaf :
"Di maqbaroh Zanbal dimakamkan lebih dari 10000
wali, 80 diantaranya adalah Qutb".( Tingkatan Wali
Tertinggi).
Al Imam Al Qutb Ali Bin Muhammad Al Habsyi seiwun:
"Jumlah ini sekitar 600 tahun lalu, sebelum wafatnya
Imam Assegaf, imam Al Aidrus, Imam Al Muhdor,Imam Al
Haddad, mungkin sekarang jumlah aulia' di Zanbal
sudah mencapai ratusan ribu (kesimpulannya katsir
jiddan), di Zanbal juga terdapat Makam Makam
sahabat Nabi yaitu ahlu Badr,Ahlu Tarim bukan
malaikat tapi mereka lebih baik dari malaikat"
Al Imam Al Qutb alhabib Ahmad Bin Hasan al Atthos :
"3 hal yang diperlukan mereka yang tinggal di
Tarim : Tawadhu', Adab, dan hidup Sederhana"
Al Imam alQuthb alhabib Alwi Bin Syihab :
"Siapa yang tetap dengan adab dan akhlak di Tarim,
maka Tarim akan menjadikannya bintang, bulan, atau
bahkan matahari yang menerangi manusia dengan
Ilmu dan Nurnya"
Al Imam Al Qutb alhabib Abdullah Bin Alwi Al Haddad :
"Tidak ada tempat di dunia ini yang lebih baik dari
Tarim setelah al masajid ats tsalatsah
(Makkah,Madinah, Aqsha)"
Al imam sulthanul 'ilm wal 'ulama al habib Salim bin Abdullah asyathiri :
"Di yaman terdapat 30 makam para Nabi".
Read more ...

Karya Seni Rupa Terapan





 
Mengekspresikan Diri
Melalui Karya Seni Rupa Terapan

BAB 1


A.   APRESIASI
Pengertian Apresiasi

Pada dasarnya, apresiasi seni adalah suatu proses penghayatan pada seni yang berkembang pada penghargaan untuk karya seni dan pembuatnya. Proses penglihatan pada karya seni melalui proses beberapa tahapan penghayatan. Setelah menghayati, proses apresiasi telah mencapai penghargaan suatu karya seni.

Apresiasi dilihat dari sudut bahasa berasal dari bahasa Inggris dari kata “apreciation” dengan kata kerja to appreciate yang berarti menentukan nilai (menilai), menilai mutu/bobot karya, menikmati, menyadari (keobjektifan) kepekaan rasa, dan menghayati sehingga secara umum diartikan “kesadaran menentukan mutu melalui penghayatan  pada suatu karya seni”.

Kegiatan berapresiasi atau proses penghayatan dilakukan oleh seseorang dengan sadar tanpa prasangka (objektif). Jika dalam proses apresiasi timbul prasangka, pengamat tidak akan dapat bekerja secara objektif. Akibat yang terjadi bukan penghayatan yang sebenarnya, melainkan penolakan-penolakan secara emosional terhadap suatu karya seni. Proses apresiasi dapat dikatakan terjadi suatu proses “wawancara” antara pengamat dan seniman, melalui suatu karya seni, karena karya seni merupakan bahasa simbol sesuai dengan bentuk, warna, dan isi berdasarkan ide pencipta karya yang bersangkutan.

Kadang-kadang antara pengamatan seniman dalam menerjemahkan makna suatu karya tidak selalu lancar dan sering terjadi selisih pendapat/tanggapan.

Permasalahan tersebut menunjukkan seseorang yang berapresiasi seni seharusnya bersikap objektif. Akan tetapi, kadang juga sulit melepaskan sikap subjektif. Akibatnya, sebuah hasil karya seni akan mendapat penilaian yang berbeda-beda bagi setiap orang. Hal tersebut disebabkan kemampuan apresiator dan tanggapan pada sebuah karya seni.

 # Proses apresiasi seni dapat terjadi dua kemungkinan; pertama, apresiasi afektif  ini terjadi bila pengamat cepat mengalami empati dan rasa puas, apresiasi afektif tidak mencangkup hal-hal yang logis; kedua, apresiasi kreatif, ini apabila pengamat sadar dalam melakukan penghayatan dan penilaian dengan menggunakan aspek logika.

Menurut Verbek, pengamatan bukanlah menggunakan satu indra saja, melainkan seluruh pribadi, artinya pengamatan bukanlah penjumlahan dari penginderaan tetap suatu dunia kejiwaan yang teroganisir. Ketajaman pengamatan seseorang bergantung pada pengetahuan, pengalaman perasaan, keinginan, dan anggapan seseorang. Pengamatan terhadap sebuah hasil karya seni adalah pengamatan terhadap suatu objek yang terdiri dari totalitas yang penuh arti.

Apresiasi kreatif melalui beberapa tahapan khusus, antara lain:
                        a.       Pengamatan objek karya seni.
                        b.       Aktivitas fisiologis.
c.       Aktivitas psikologis (terjadinya persepsi sampai evaluasi, kemudian timbul interpretasi, imajinasi, dan dorongan berbuat kreatif).
                        d.       Aktivitas penghayatan.
                        e.       Aktivitas penghargaan.                     

Dengan demikian, proses apresiasi adalah proses aktif dan kreatif sehingga secara efektif pengamatan dapat memahami nilai seni, yaitu untuk mendapatkan pengalaman estetik. Apresiasi seni menurut ketrampilan dan kepekaan estetik yang memungkinkan seseorang mendapatkan pengalaman estetik dan peghayatan karya seni

Ada beberapa pendekatan apresiasi karya seni, antara lain:
1.      Pendekatan deskriptif yaitu mengamati dan memaparkan karya seni secara apa adanya, seperti objek gambar, pengggunaan warna, tema karya, judul karya, pembuatnya, dan berbagai hal yang ditampilkan gaya tersebut.
2.      Pendekatan analitis yaitu mengamati objek seni berdasarkan kaidah-kaidah estetika yang baku, seperti aspek tematik, teknik pengerjaan, penerapan asas kesenirupaan, dan makna yang terkandung di dalamnya.
3.      Pendekatan interpretatif yaitu menginterpretesi karya seni berdasar sudut pandang pengamat, baik kesamaan pengalaman, kesamaan sudut pandang, unsur keindahan, atau pengetahuan pengamat.
4.       Pendekatan penilaian yaitu proses memberi pengukuran, baik secara objektif maupun penilaian secara subjektif. Penilaian secara objektif didasarkan kepada pertimbangan teknis pengerjaan, sedangkan penilaian subjektif berdasarkan pada pertimbangan apresiatif pengamat, sehingga diperoleh kesimpulan karya itu baik atau buruk.
5.       Pendekatan interdisiplin yaitu sutau karya seni dilihat dari berbagai disiplin keilmuan, seperti ilmu antropologi, psikologi, kebudayaan, filsafat, ekonomi, hingga ilmu kebahasaan.

Dalam keadaan bagaimanapun, seni hadir dan dibutuhkan oleh masyarakat. Seni selalu memainkan peranan yang sangat penting. Perkembangan masyarakat dan kebudayaan modern diperlukan bimbingan dan pendidikan seni. Seni dapat membuka pandangan masyarakat tentang dunia yang konkrit, unik dan menakjubkan. Seni bukanlah sesuatu yang dinikmati dalam waktu senggang, seni tidak hanya mengasyikkan sebagian orang yang mempunyai perasaan dan intuisi tertentu, tetapi seni mengandung pesan atau misi untuk menyampaikan nilai dari pengalaman estetika seniman. Seni mendidik kearah kreativitas artistik yang mempunyai andil dalam membentuk masa depan bangsa.

Pengalaman estetik yang diperoleh dari tanggapan karya, sedikit banyak akan mempengaruhi oral, sikap, dan sampai pada perilaku pengamat. Siswa yang sedang tumbuh yang mempunyai sifat suka meniru dan mengikuti mode yang sedang berkembang akan mudah terkena pengaruh dari lingkungan mereka masing-masing.

Seni dapat membentuk moral generasi muda karena ada hubungan antara estetika dan etika. Apabila di kalangan masyarakat dikaitkan terjadi kemerosotan/dekadensi moral, terjadi pergeseran-pergeseran nilai etika, mungkin sekali karena interpretasi yang salah terhadap dunia seni dan film khususnya, walaupun faktor itu bukan satu-satunya penyebab, melainkan banyak faktor yang memiliki andil besar dalam konteks kebudayaan secara luas.



B.    BERKARYA SENI RUPA TERAPAN
Mengenal Proses Kreasi
Secara sederhana, proses kreasi dalam dunia desain dan kesenirupaan pada umumnya  dapat dikatakan sebagai suatu proses yang kerap disebut ‘dari imajinasi menjadi kenyataan’. Yaitu, proses mencipta benda melalui pikiran dan melaksanakannya melalui tangan atau arkeologi, sehingga masyarakat dapat menikmati dan memanfaatkannya.
Proses kreasi dapat dikelompokkan atas beberapa golongan, yaitu:
-         Proses kreasi yang muncul karena dorongan dari dalam akibat adanya rangsangan/stimulan dari luar.
-         Proses kreasi yang muncul secara spontan dikarenakan adanya ilham atau rangsangan/stimulan dari dalam.
-         Proses kreasi yang muncul seiring dengan proses berpikir seseorang dalam memecahkan suatu masalah.
-         Proses kreasi yang muncul secara paripurna sebagai akibat dari pengalaman yang mendalam terhadap persoalan tertentu.
Setiap individu manusia hakikatnya memiliki daya kreativitas. Oleh karena itu, manusia sering disebut sebagai makhluk kreatif. Dalam setiap individu, proses kreasi umumnya berkembang dan tumbuh tergantung karakter, pengalaman, wawasan, dan daya ciptanya. Akibatnya hasil proses kreasi setiap orang dapat berbeda-beda meskipun persoalannya sama. Hal ini tentu berbeda dengan berpikir matematis yang hasil akhirnya harus memiliki jawaban tunggal yang pasti.
 Karya Seni Rupa Terapan
DESAIN TEKSTIL
Deasain Tekstil adalah seni menghias pada kain dengan motif hias tertentu, sehingga kain tampak indah dan dapat difungsikan untuk berbagai kebutuhan.
1. Seni Tekstil Nusantara
a. Tenun
Tenun merupakan salah satu kekayaan budaya tekstil Indonesia yang telah dikenal sejak ratusan tahun silam. Pembuatan kain tenun tradisional adalah salah satu kekayaan ragam budaya Indonesia. Setiap daerah memiliki cara dan gaya tersendiri dalam menenun sehingga menghasilkan motif cara dan gaya tersendiri dalam menenun sehingga menghasilkan motif dan warna yang variatif. Riau daratan contohnya, daerah ini mengembangakan tenun asli melayu, dengan motif khas bunga tanjung, tumpak manggis, wajik berkaki, sikku awan, dan songket serontak yang khas dari Kabupaten Bengkalis, serta motif muara takus khas Kabupaten Khampar.
Motif tenun tradisional Indonesia memiliki cerita dan sejarah di balik untaian benangnya. Ada yang dianggap sebagai jimat sehingga tidak boleh dipakai sembarangan. Yaitu seni tenun khas Pontianak, motif ruwit yang menyerupai perisai memiliki arti dibawa ke langit sebagai jimat atau pelindung perang. Sementara motif pelangka merupakan tempat penampung air para prajurit yang haus dapat minim dari pelangka tersebut setelah pulang perang. Oleh karena memiliki nilai sejarah di dalamnya, kain tenun Pontianak tidak boleh dipakai sembarangan.
b. Batik
Apa itu Batik? 
Sekarang ini kata batik sudah  banyak dikenal di luar negeri.  Baik wanita maupun pria Indonesia dari berbagian suku gemar memakai bahan pakaian yang dihiasi pola batik ataupun kain batiknya sendiri, yang dibuat dan digunting menurut selera masing-masing.  Para turis asing ataupun pejabat-pejabat asing yang tinggal di Indonesia sangat gemar akan batik dan sering membawanya pulang sebagai oleh-oleh.
Sesudah menyebut semuanya ini, tentu timbul pertanyaan apakah sebenarnya batik ini.  Dalam karangan pendek ini dijelaskan secara ringkas tentang arti batik, cara membatik, sejarah perkembangan batik, serta pemakaian hasil batik Indonesia sekarang ini.
Arti kata batik:  para sarjana ahli seni rupa, baik yang berkebangsaan Indonesia maupun yang bangsa asing, belum mencapai kata sepakat tentang apa sebenarnya arti kata batik itu.   Ada yang mengatakan bahwa sebutan batik berasal dari kata "tik" yang terdapat di dalam kata titik.  Titik berarti juga tetes.  Memang di dalam membuat kain batik dilakukan pula penetesan lilin di atas kain putih.  Ada juga yang mencari asal kata batik di dalam sumber-sumber tertulis kuno.  Menurut pendapat ini, kata batik dihubungkan dengan kata tulis atau lukis.  Dengan demikian, asal mula batik dihubungkan pula dengan seni lukis dan gambar pada umumnya.  Bagainmana cara membuat batik itu?
Cara membatik:   alat untuk membatik ialah canting.  Terbuat dari bambu, berkepala tembaga serta bercerat atau bermulut, canting ini berfungsi seperti sebuah pulpen.  Canting ini dipakai untuk menyendok lilin cair yang panas, yang dipakai sebagain bahan penutup atau pelindung terhadap zat warna.  Sebelum pembatik melelehkan lilin di kain putih, banyak langkah yang harus dilalui dulu oleh kain itu.  Perkerjaan persiapan berupapencelupan dalam minyak tumbuh-tumbuhan serta larutan soda, gunanya untuk memudahkan lilin melekat dan zat warna meresap.
Setiap kali kain hendak diberi warna lain, bagian-bagian yang tidak boleh kena zat warna ditutup dengan lilin, sehingga makin banyak warna yang dipakai untuk menghias kain batik, makin lama juga pekerjaan menutup itu.  Pada taraf yang penghabisan lilin dibuang dengan merebus kain dalam air mendidih.  Sesudah itu kain batik keluar dengan warna-warnanya yang indah serta pola-polanya yang terpilih.
Sejarah Batik di Indonesia
Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerjaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta. 
Jadi kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerjaan Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-18 atau awal abad ke-19. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-20 dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia I habis atau sekitar tahun 1920. Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran Islam, banyak daerah-daerah pusat perbatikan di Jawa adalah daerah-daerah santri dan kemudian Batik menjadi alat perjuangan ekonomi oleh tokoh-tokoh pedangan Muslim melawan perekonomian Belanda.
Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan di tempatnya masing-masing.
Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri.
Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanahlumpur.
Jaman Majapahit
Batik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majahit, dapat ditelusuri di daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Mojoketo adalah daerah yang erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit semasa dahulu dan asal nama Majokerto ada hubungannya dengan Majapahit. Kaitannya dengan perkembangan batik asal Majapahit berkembang di Tulung Agung adalah riwayat perkembangan pembatikan didaerah ini, dapat digali dari peninggalan di zaman kerajaan Majapahit. Pada waktu itu daerah Tulungagung yang sebagian terdiri dari rawa-rawa dalam sejarah terkenal dengan nama daerah Bonorowo, yang pada saat bekembangnya Majapahit daerah itu dikuasai oleh seorang yang benama Adipati Kalang, dan tidak mau tunduk kepada kerajaan Majapahit.
Diceritakan bahwa dalam aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahati, Adipati Kalang tewas dalam pertempuran yang konon dikabarkan di sekitar desa yang sekarang bernama Kalangbret. Demikianlah maka petugas-petugas tentara dan keluara kerajaan Majapahit yang menetap dan tinggal di wilayah Bonorowo atau yang sekarang bernama Tulungagung antara lain juga membawa kesenian membuat batik asli.
Daerah pembatikan sekarang di Mojokerto terdapat di Kwali, Mojosari, Betero dan Sidomulyo. Di luar daerah Kabupaten Mojokerto ialah di Jombang. Pada akhir abad ke-19 ada beberapa orang kerajinan batik yang dikenal di Mojokerto, bahan-bahan yang dipakai waktu itu kain putih yang ditenun sendiri dan obat-obat batik dari soga jambal, mengkudu, nila tom, tinggi dan sebagainya.
Obat-obat luar negeri baru dikenal sesudah perang dunia I yang dijual oleh pedagang-pedagang Cina di Mojokerto. Batik cap dikenal bersamaan dengan masuknya obat-obat batik dari luar negeri. Cap dibuat di Bangil dan pengusaha-pengusaha batik Mojokerto dapat membelinya di pasar Porong Sidoarjo. Pasar Porong ini sebelum krisis ekonomi dunia dikenal sebagai pasar yang ramai, dimana hasil-hasil produksi batik Kedungcangkring dan Jetis Sidoarjo banyak dijual. Waktu krisis ekonomi, pengusaha batik Mojoketo ikut lumpuh, karena pengusaha-pengusaha kebanyakan kecil usahanya. Sesudah krisis kegiatan pembatikan timbul kembali sampai Jepang masuk ke Indonesia, dan waktu pendudukan Jepang kegiatan pembatikan lumpuh lagi. Kegiatan pembatikan muncul lagi sesudah revolusi dimana Mojokerto sudah menjadi daerah pendudukan.
Ciri khas dari batik Kalangbret dari Mojokerto adalah hampir sama dengan batik-batik keluaran Yogyakarta, yaitu dasarnya putih dan warna coraknya coklat muda dan biru tua. Tempat pembatikan yang dikenal sejak lebih dari seabad lalu adalah di desa Majan dan Simo. Desa ini juga mempunyai riwayat sebagai peninggalan dari zaman peperangan Pangeran Diponegoro tahun 1825.
Meskipun pembatikan dikenal sejak jaman Majapahait namun perkembangan batik mulai menyebar pesat di daerah Jawa Tengah Surakarta dan Yogyakata, pada jaman kerajaan di daerah ini. Hal itu tampak bahwa perkembangan batik di Mojokerto dan Tulung Agung berikutnya lebih dipenagruhi corak batik Solo dan Yogyakarta.
Ketika berkecamuknya clash antara tentara kolonial Belanda dengan pasukan-pasukan pangeran Diponegoro maka sebagian dari pasukan-pasukan Kyai Mojo mengundurkan diri ke arah timur dan sampai sekarang bernama Majan. Sejak zaman penjajahan Belanda hingga zaman kemerdekaan ini desa Majan berstatus desa Merdikan (Daerah Istimewa), dan kepala desanya seorang kyai yang statusnya turun-temurun. Pembuatan batik Majan ini merupakan naluri (peninggalan) dari seni membuat batik zaman perang Diponegoro itu.
Warna babaran batik Majan dan Simo adalah unik karena warna babarannya merah menyala (dari kulit mengkudu) dan warna lainnya dari tom. Salah satu sentra batik sejak dahulu ada di daerah desa Sembung, yang para pengusaha batik kebanyakan berasal dari Solo yang datang di Tulungagung pada akhir abad ke-19. Hanya sekarang masih terdapat beberapa keluarga pembatikan dari Solo yang menetap di daerah Sembung. Selain dari tempat-tempat tesebut juga terdapat daerah pembatikan di Trenggalek dan juga ada beberapa di Kediri, tetapi sifat pembatikan sebagian kerajinan rumah tangga dan babarannya batik tulis.
Jaman Penyebaran Islam
Riwayat pembatikan di daerah Jawa Timur lainnya adalah di Ponorogo, yang kisahnya berkaitan dengan penyebaran ajaran Islam di daerah ini. Riwayat seni batik didaerah Ponorogo erat hubungannya dengan perkembangan agama Islam dan kerajaan-kerajaan dahulu. Konon, di daerah Batoro Katong, ada seorang keturunan dari kerajaan Majapahit yang namanya Raden Katong adik dari Raden Patah. Batoro Katong inilah yang membawa agama Islam ke Ponorogo dan petilasan yang ada sekarang ialah sebuah mesjid didaerah Patihan Wetan.
Perkembangan selanjutanya, di Ponorogo, di daerah Tegalsari ada sebuah pesantren yang diasuh Kyai Hasan Basri atau yang dikenal dengan sebutan Kyai Agung Tegalsari. Pesantren Tegalsari ini selain mengajarkan agama Islam juga mengajarkan ilmu ketatanegaraan, ilmu perang dan kesusasteraan. Seorang murid yang terkenal dari Tegalsari dibidang sastra ialah Raden Ronggowarsito. Kyai Hasan Basri ini diambil menjadi menantu oleh raja Kraton Solo.
Waktu itu seni batik baru terbatas dalam lingkungan kraton. Oleh karena putri keraton Solo menjadi istri Kyai Hasan Basri maka dibawalah ke Tegalsari dan diikuti oleh pengiring-pengiringnya. Di samping itu banyak pula keluarga kraton Solo belajar di pesantren ini. Peristiwa inilah yang membawa seni batik keluar dari kraton menuju ke Ponorogo. Pemuda-pemudi yang dididik di Tegalsari ini kalau sudah keluar, dalam masyarakat akan menyumbangkan dharma batiknya dalam bidang-bidang kepamongan dan agama.
Daerah perbatikan lama yang bisa kita lihat sekarang ialah daerah Kauman yaitu Kepatihan Wetan sekarang dan dari sini meluas ke desa-desa Ronowijoyo, Mangunsuman, Kertosari, Setono, Cokromenggalan, Kadipaten, Nologaten, Bangunsari, Cekok, Banyudono dan Ngunut. Waktu itu obat-obat yang dipakai dalam pembatikan ialah buatan dalam negeri sendiri dari kayu-kayuan antara lain: pohon tom, mengkudu, kayu tinggi. Sedangkan bahan kain putihnya juga memakai buatan sendiri dari tenunan gendong. Kain putih impor baru dikenal di Indonesia kira-kira akhir abad ke-19.
Pembuatan batik cap di Ponorogo baru dikenal setelah perang dunia pertama yang dibawa oleh seorang Cina bernama Kwee Seng dari Banyumas. Daerah Ponorogo awal abad ke-20 terkenal batiknya dalam pewarnaan nila yang tidak luntur dan itulah sebabnya pengusaha-pengusaha batik dari Banyumas dan Solo banyak memberikan pekerjaan kepada pengusaha-pengusaha batik di Ponorogo. Akibat dikenalnya batik cap maka produksi Ponorogo setelah perang dunia petama sampai pecahnya perang dunia kedua terkenal dengan batik kasarnya yaitu batik cap mori biru. Pasaran batik cap kasar Ponorogo kemudian terkenal seluruh Indonesia.
Batik Solo dan Yogyakarta
Dari kerjaan-kerajaan di Solo dan Yogyakarta sekitar abad 17,18 dan 19, batik kemudian berkembang luas, khususnya di wilayah Pulau Jawa. Awalnya batik hanya sekadar hobi dari para keluarga raja di dalam berhias lewat pakaian. Namun perkembangan selanjutnya, oleh masyarakat batik dikembangkan menjadi komoditi perdagamgan.
Batik Solo terkenal dengan corak dan pola tradisionalnya batik dalam proses cap maupun dalam batik tulisnya. Bahan-bahan yang dipergunakan untuk pewarnaan masih tetap banyak memakai bahan-bahan dalam negeri seperti soga Jawa yang sudah terkenal sejak dari dahulu. Polanya tetap antara lain terkenal dengan “Sidomukti” dan “Sidoluruh”.
Sedangkan Asal-usul pembatikan di daerah Yogyakarta dikenal semenjak kerajaan Mataram ke-I dengan rajanya Panembahan Senopati. Daerah pembatikan pertama ialah di desa Plered. Pembatikan pada masa itu terbatas dalam lingkungan keluarga kraton yang dikerjakan oleh wanita-wanita pembantu ratu. Dari sini pembatikan meluas pada trap pertama pada keluarga kraton lainnya yaitu istri dari abdi dalem dan tentara-tentara. Pada upacara resmi kerajaan keluarga kraton baik pria maupun wanita memakai pakaian dengan kombinasi batik dan lurik. Oleh karena kerajaan ini mendapat kunjungan dari rakyat dan rakyat tertarik pada pakaian-pakaian yang dipakai oleh keluarga kraton dan ditiru oleh rakyat dan akhirnya meluaslah pembatikan keluar dari tembok kraton.
Akibat dari peperangan zaman dahulu baik antara keluarga raja-raja maupun antara penjajahan Belanda, maka banyak keluarga-keluarga raja yang mengungsi dan menetap di daerah-daerah baru antara lain ke Banyumas, Pekalongan, dan ke daerah timur Ponorogo, Tulungagung dan sebagainya. Meluasnya daerah pembatikan ini sampai ke daerah-daerah itu menurut perkembangan sejarah perjuangan bangsa Indonesia dimulai abad ke-18. Keluarga-keluarga kraton yang mengungsi inilah yang mengembangkan pembatikan ke seluruh pelosok pulau Jawa yang ada sekarang dan berkembang menurut alam dan daerah baru itu.
Perang Pangeran Diponegoro melawan Belanda, mendesak sang pangeran dan keluarganya serta para pengikutnya harus meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian tersebar ke arah timur dan barat. Kemudian di daerah-daerah baru itu para keluarga dan pengikut pangeran Diponegoro mengembangkan batik.
Ke timur batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulung Agung. Selain itu juga menyebar ke Gresik, Surabaya dan Madura. Sedang ke arah Barat batik berkembang di Banyumas, Pekalongan, Tegal, Cirebon.
              
    2. Ragam Hias Nusantara
Bangsa Indonesia dengan kebhinekanya memiliki wawasan budaya yang kaya, diantaranya adalah ragam hias nusantara dengan berareka variasi motif. Ragam hias dapat tersebut diterapkan dalam pembuatan seni kriya, seperti batik, relief/ukir, keramik, grafis, dan sulam (kriya modern).
Ragam Hias dalam seni rupa setara artinya dengan ornamen. dalam berbagai pembahasan seni rupa, lebih populer istilah ornamen daripada istilah ragam hias. Ornamen berasal dari bahasa Yunani "ornare" yang artinya hiasan atau menghias. Menghias berarti mengisi kekosongan suatu permukaan bahan dengan hiasan, sehingga permukaan yang semula kosong menjadi tidak kosong lagi karena terisi oleh hiasan.
Keutuhan dan kesatuan ragam hias mengalami perkembangan di setiap wilayah nusantara karena perbedaan nilai kreativitas manusianya. Ragam hias memiliki pola utama/inti yang menjadi cirinya seperti geometris, tangga, tumpal, kawung, swastika, meander, manusia, fauna, flora, benda dan religius.



B.   DEASAIN REKLAME
Pengertian reklame
Kata reklame berasal dari Bahasa Latin, yaitu dari kata re dan clamo. Re berarti berulang ulang, sedangkan clamo artinya seruan atau panggilan yang berulang-ulang. Seruan tersebut ditujukan untuk khalayak ramai.
Tujuan reklame untuk mengajak atau memperkenalkan barang kepada khalayak ramai agar memakai barang yang ditawarkan.
Bagi masyarakat, reklame itu bermanfaat untuk mengenal produk-produk baru yang diperlukan dalam kehidupannya. reklame juga membantu mensukseskan perdagangan, industri, dan perekonomian.

Media Reklame
a.      Media Suara (Audio)
Pedangan keliling menawarkan mie ayam, roti, es bakso, bakmi, atau sayur-mayur menggunakan alat-alat bunyi, misalnya dengan memukul-mukul bambu, piring, atau mangkuk. Bahkan ada yang menggunakan pengeras suara, tape recorder, atauy melalui siaran radio.
b.      Media Rupa (Visual)
Gambar rekklame yang menawarkan berbagai macam hasil produksi. Di sekitar kita, di muka toko, di tepi jalan raya banyak terpasang reklame cetakan dan gambar. Bentuknya bermacam-macam, ada yang berbentuk spanduk, baliho, pamflet, dan papan rekleme.
c.       Media Suara dan Rupa (Audio Visual)
Reklame ini lebih menarik. Kita dapat mendengar suara dan melihat gambarnya. Jadi, kita dapat mendengar suara dan melihat gambaranya. Jadi, kita dapat menangkap dan memahami maksud tujuan reklame itu dengan mudah. Contohnya, melihat rekleme di televisi dan slide (promosi melalui pemutaran film) di gedung bioskop.
Jenis-jenis Reklame
a.      Reklame Komersial
Rekleme komersial adalah reklame yang digunakan dalam bidang niaga atau bisnis yang bertujuan mendatangkan keuntungan.

b.       Reklame Nonkomersial
Rekleme non komersial adalah rekleme yang semata-mata tidak untuk mendatangkan keuntungan yang berupa material. Reklame ini berguna untuk mempengaruhi perileku seseorang agar mengikuti seruan atau himbauan tersebut.


Macam-Macam Produk Reklame :
1.      Logo
Logo bisa menjadi bagian dari bentuk rekleme yang lain, baik sebagai insial atau lambang dari badan usaha, organisasi atau instalasi.
2.      Stiker
Berbentuk gambar atau tulisan pada kertas atau plastik yang ukurannya reletif kecil, bagian bawahnya berperekat. Stiker dapat berisi slogan, kalimat bijak atau promosi produk.
3.      Advertensi
Terdapat pada surat kabar atau majalah. Isinya berupa pengumuman atau promosi produk barang dan jasa dalam bentuk gambar dan kalimat.
4.      Pamflet
Jenis Reklame yang bentuk cetakannya reletif sederhana. Berisi penawaran usaha atau ajakan. Penyebarannya dilakukan melalui kendaraan atau ditempel di pinggir jalan.
5.      Poster
Bentuk cetakannya relatif lebih baik dan lebih besar daripada pamflet. Isinya bisa bersifat komersial atau himbauan dengan gambar dan kalimat bijak.
6.      Spanduk
Bahannya dari kain memenjang, dicetek dengan teknik sablon. Berisi pesan, himbauan atau informasi dari yayasan atau organisasi politik. Dibentangkan pada pagar atau antar tiang di sekitar jalan raya.

7.      Brosur
Dicetak di atas kertas yang biasanya dilipat. Berisi tentang keadaan suatu usaha atau lembaga pendidikan agar masyarakat yang berkepentingan dapat mengetahui kegiatan dan faktor pendukungan yang ada.
8.      Katalog
Seperti brosur, tetepi isisnya daftar nama, gambar, harga, serta keterangan lainnya tentang barang dan jasa yang ditawarkan. Penebarannya banyak dilakukan di gerbang  pertokoan, melalui sales, atau tempat usaha yang berangkutan.
9.      Baleho
Berukuran besar terbuat dari triplek, seng, kain tebel, atau plastik khusus pada tiang besi yang diletakkan pada perempatan jalan strategis atau di depan gedung pertunjukan. Fungsinya mempromosikan produk yang reletif besar atau banyak seperti perumahan, mobil, rokok, film, dan lain-lain.
10.  Etalase
Berupa ruangan kecil berdinding kaca di depan toko atau tempat barang dijual. Berisi display barang-barang yang dijual di toko tersebut.
11.  Cut out display
Berbentuk tiga dimensi, berupa balon atau model barang yang dipromosikan dalam ukuran besar yang diletakkan di tempat strategis di sekitar toko.
12.  Neon lamp and neon box
Neon lamp terbuat dari susunan lampu pada bidang vertikal, sehingga berbentuk gambar berwarna atau kalimat dari produk yang dipromosikan. Ritme gelap terang lampu yang sering digunakan pada neon lamp ini menggunakan elektronik otematis. Tidak termasuk rekleme elektronik karena tidak ditayangkan melalui pemancar, seperti di televisi atau radio.


Syarat-syarat Pembuatan Reklame
a.      Estetis
Artinya, reklame harus memiliki bentuk huruf indah, mudah dibaca oleh orang lain yang melihatnya. Komposisi rekleme dengan bentuk yang menarik dan artistik.
b.      Etis
Artinya, reklame harus mengandung kalimat singkat, jelas, dan sopan, sehingga mudah dibaca. Usahakan huruf jangan tertutup gambar, tetapi gambar boleh sebagian kecil tertutup huruf.
c.       Persuasif
Artinya, rekleme harus menarik perhatian orang ian atau khalayak ramai. Agar dapat memenuhi syarat tersebut, reklame dibuat dengan bagian-bagian yang lengkap. 








Mengingat Prinsip-Prinsip Estetika/Keindahan

            Keindahan merupakan nilai-nilai estetis yang menyertai sebuah karya rupa. Keindahan juga dipahami sebagai pengalaman estetis. Keindahan juga dipahami segai pengalaman estetis yang diperoleh ketika seseorang mencerap objek seni atau dapat pula dipahami sebagai sebuah objek yang memiliki unsur keindahan. Dalam dunia kesenirupaan, nilai-nilai keindahan kerap dikaitkan dengan kualitas karya rupa yang mengandung unsur kesatuan (unity), keselarasan (harmony), keseimbangan (balance), kontras (contrast) sehingga menimbulkan perasaan haru, nyaman, nikmat, bahagia, agung, getar, ataupun rasa senang. Kesemuanya itu yang dikenal dengan prinsip-prinsip estetika.

d.      Kesatuan (Unity)
Kesatuan merupakan salah satu prinsip dasar tata rupa yang sangat penting. Tidak adanya kesatuan dalam sebuah karya rupa akan membuat karya tersebut terlihat cerai-berai, kacau-balau yang mengakibatkan karya tersebut tidak nyaman dipandang.
2.      Keselarasan (harmony)
Keserasian dapat dicapai dengan memperbanyak kesamaan dan kemiripan.
3.      Keseimbangan (balance)
Ada keseimbangan simetris dan asimetris. Keseimbangan dapat dicapai dengan arah, warna, bentuk, atau ukuran.
4.      Kontras (contrast)
Kontras dapat dicapai dengan membuat perbadaan yang mencolok sehingga dapat menjadi pusat perhatian (menarik). Kontras dapat dicapai dengan memberikan perbedaan warna, bentuk, atau ukuran.

Read more ...
Designed By