Breaking News
SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI
ASSALAMU'ALAIKUM Wr.Wb

my blog

enamberita.blogspot.com

Wednesday 2 March 2016

INSTREUMEN EVALUASI PAI

BAB I
PENDAHULUAN


Keberhasilan belajar seorang peserta didik dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal misalnya motivasi belajar dari peserta didik itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal misalnya lingkungan dan juga kemampuan professional guru.
Dalam dunia pendidikan tidak lepas dengan yang namanya penilaian. Penilaian dilakukan sebagai tolok ukur untuk mengetahui berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar. Namun seringkali seorang pendidik hanya menekankan penilaian hasil belajar yang bersifat praktis dan ekonomis saja. Sedangkan penilaian dalam hal proses tidak dilakukan, padahal ini sangatlah penting.
  Proses akhir dari sebuah kegiatan pembelajaran adalah kita melakukan evaluasi. Evaluasi mutlak dilakukan untuk menentukan hasil keberhasilan dari proses ataupun metode yang dilaksanakan.
   Banyak di antara kita sebagai pendidik  yang belum mengerti arti evaluasi yang sesungguhnya,sehingga dalam melakukan evaluasi belum memakai teknik-teknik evaluasi yang distandarkan dengan kriteria-kriteria yang seharusnya dikerjakan. Maka penulis akan memaparkan mengenai instrumen evaluasi hasil belajar yang mencakup bentuk-bentuk test dan pembuatan kisi-kisi dan pengembangan.

A.    Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan instrumen evaluasi?
2.      Apa saja jenis-jenis instrumen evaluasi dalam pembelajaran ?
3.      Apa pengertian kisi-kisi dan pengembangannya ?

B.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian instrumen dalam ruang lingkup evaluasi pembelajaran.
2.      Untuk mengatahui macam-macam/jenis-jenis instrumen dalam pembelajaran
3.      Untuk mengetahui pengertian kisi-kisi dan pengembangannya kaitannya dengan pembelajaran



BAB II
PEMBAHASAN

            A.  Instrumen Evaluasi
            Pengertian instrumen dalam lingkup evaluasi didefinisikan sebagai perangkat untuk mengukur hasil belajar siswa yang mencakup hasil belajar dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
            Bentuk instrumen dapat berupa tes dan non-tes. Instrumen bentuk tes mencakup: tes uraian (uraian objektif dan uraian bebas), tes pilihan ganda, jawaban singkat, menjodohkan, benar salah, unjuk kerja (performance test), dan portofolio. Instrumen bentuk non-tes mencakup: wawancara, angket, dan pengamatan (observasi).
            Sebelum instrumen digunakan hendaknya dianalisis terlebih dahulu. Dua karakteristik penting dalam menganalisis instrumen adalah validitas dan reliabilitasnya.
Instrumen dikatakan valid (tepat, absah) apabila instrumen digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen untuk mengukur kemampuan matematika siswa sekolah dasar tidak tepat jika digunakan pada siswa Sekolah menengah. Dalam hal ini sasaran kepada siapa instrumen itu ditujukan merupakan salah satu aspek yang harus dipertimbangkan dalam menganalisis validitas suatu instrumen. Aspek lainnya misalnya kesesuaian indikator dengan butir soal, penggunaan bahasa, kesesuaian dengan kurikulum yang berlaku, kaidah-kaidah dalam penulisan butir soal dsb.
            Sebuah Instrumen Evaluasi Hasil Belajar Hendaknya memenuhi syarat sebelum digunakan untuk mengevaluasi atau mengadakan penilaian agar terhindar dari kesalahan dan hasil yang tidak valid (tidak sesuai kenyataan sebenarnya). Alat evaluasi yang kurang baik dapat mengakibatkan hasil penilaian menjadi bisa atau tidak sesuainya hasil penilaian dengan kenyataan yang sebenarnya, seperti contoh anak yang pintar dinilai tidak mampu atau sebaliknya.
Jika terjadi demikian perlu ditanyakan apakah persyaratan instrumen yang digunakan menilai sudah sesuai dengan kaidah-kaidah penyusunan instrumen.
            Instrumen Evaluasi yang baik memiliki ciri-ciri dan harus memenuhi beberapa kaidah antara lain:
• Validitas
• Reliabilitas
• Objectivitas
• Pratikabilitas
• Ekomonis
• Taraf Kesukaran
• Daya Pembeda
1. Validitas
            Sebuah Instrumen Evaluasi dikatakan baik manakala memiliki validitas yang tinggi. Yang dimaksud validitas disini adalah kemampuan instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Ada tiga aspek yang hendak dievaluasi dalam evaluasi hasil belajar yaitu aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Tinggi rendahnya validitas instrumen dapat di hitung dengan uji validitas dan di nyatakan dengan koefisien validitas.
2. Reliabilitas
            Instrumen dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi manakala instrumen tersebut dapat menghasilkan hasil pengukuran yang Ketetapan. Tinggi rendahnya reliabilitas ini dapat dihitung dengan uji reliabilitias dan dinyatakan dengan koefisien reliabilitas.
3. Objektivitas
            Instrumen evaluasi hendaknya terhindar dari pengaruh-pengaruh subjektifitas pribadi dari si evaluator dalam menetapkan hasilnya. Dalam menekan pengaruh subjektifitas yang tidak bisa dihindari hendaknya evaluasi dilakukan mengacu kepada pedoman tertama menyangkut masalah kontinuitas dan komprehensif. Evaluasi harus dilakukan secara kontinu (terus-menerus). Dengan evaluasi yang berkali-kali dilakukan maka evaluator akan memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keadaan audiens yang dinilai. Evaluasi yang diadakan secara hanya satu atau dua kali, tidak akan dapat memberikan hasil yang objektif tentang keadaan audiens yang dievaluasi. Faktor kebetulan akan sangat mengganggu hasilnya.
4. Praktikabilitas
            Sebuah intrumen evaluasi dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila bersifat praktis mudah pengadministrasiannya dan memiliki ciri: mudah dilaksanakan, tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada audiens mengerjakan yang dianggap mudah terlebih dahulu. Mudah pemeriksaannya artinya dilengkapi pedoman skoring, kunci jawaban. Dilengkapi petunjuk yang jelas sehingga dapat dilaksanakan oleh orang lain.


5. Ekonomis
            Pelaksanaan evaluasi menggunakan instrumen tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama.
6. Taraf Kesukaran
            Instrumen yang baik terdiri dari butir-butir instrumen yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Butir soal yang terlalu mudah tidak mampu merangsang audiens mempertinggi usaha memecahkannya sebaliknya kalau terlalu sukar membuat audiens putus asa dan tidak memiliki semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Di dalam istilah evaluasi indeks kesukaran ini diberi simbul p yang dinyatakan dengan “proporsi”.
7. Daya Pembeda
            Daya pembeda sebuah instrumen adalah kemampuan instrumen tersebut membedakan antara audiens yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan audiens yang tidak pandai (berkemampuan rendah). Indek daya pembeda ini disingkat dengan D dan dinyatakan dengan Indeks Diskriminasi.

B.     Jenis Dan Bentuk Evaluasi Dalam Pembelajaran
            Dalam pendidikan terdapat bermacam-macam instrumen atau alat evaluasi yang dapat dipergunakan untuk menilai proses dan hasil pendidikan yang telah dilakukan terhadap anak didik. Instumen evaluasi itu dapat digolongkan menjadi dua yakni, tes dengan non-tes yang lebih lanjut akan dipaparkan dibawah ini.
I.       Tes.
            Istilah “tes” berasal dari bahasa Perancis, yaitu “testum”, berarti piring yang digunakan untuk memilih logam mulia dari benda-benda lain, seperti pasir, batu, tanah, dan sebagainya. Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang di dalamnya terdapat serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, kecerdasan, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh sesesorang atau kelompok.
            Dilihat dari bentuknya, maka penilaian jenis tes ini dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian, yaitu:


1.      Tes Tertulis
Tes tertulis adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik dengan memberikan jawaban tertulis. Jenis tes tertulis secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
a.       Tes Bentuk Uraian
Bentuk uraian dapat digunakan untuk mengatur kegiatan-kegiatan belajar yang sulit diukur oleh bentuk objektif. Disebut bentuk uraian, karena menuntut peserta didik untuk menguraikan, mengorganisasikan dan menyatakan jawaban dengan kata-katanya sendiri dalam bentuk, teknik, dan gaya yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Dilihat dari luas-sempitnya materi yang ditanyakan, maka tes bentuk uraian ini dapat dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu:
a.)    Uraian Terbatas (Restricted Respons Items)
            Dalam menjawab soal bentuk uraian ini, peserta didik harus mengemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-batasnya. Walaupun kalimat jawaban peserta didik itu beraneka ragam, tetap harus ada pokok-pokok penting yang terdapat dalam sistematika jawabannya sesuai dengan batas-batas yang telah ditentukan dan dikendaki dalam soalnya. Contoh:
  Jelaskan bagaimana prosedur operasional sebuah pesawat komputer!
  Sebutkan lima komponen dalam sistem komputer!

b.)    Uraian Bebas (Extended Respons Items)
            Dalam bentuk ini peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan cara dan sistematika sendiri. Peserta didik bebas mengemukakan pendapat sesuai dengan kemampuannya. Oleh karena itu, setiap peserta didik mempunyai cara dan sistematika yang berbeda-beda. Namun, guru tetap mempunyai acuan atau patokan dalam mengoreksi jawaban peserta didik nanti. Contoh:
  Bagaimana perkembangan komputer di Indonesia, jelaskan secara singkat!
  Bagaimana peranan komputer dalam pendidikan!
            Dalam menyusun soal bentuk uraian, ada baiknya guru mengikuti petunjuk praktis berikut ini.
(1)   Setiap pertanyaan hendaknya menggunakan petunjuk dan rumusan yang jelas dan mudah dipahami.
(2)   Jangan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memilih beberapa soal dari sejumlah soal yang diberikan, sebab cara demikian tidak memungkinkan untuk memperoleh skor yang dapat dibandingkan.
(3)   Instrumen soalnya dapat berupa: menjelaskan, menelaah, mendeskripsikan, membandingkan, mengemukakan kritik, memecahkan masalah, dan lain sebagainya.
            Terdapat kelebihan dan kekurangan yang dimiliki pada soal bentuk uraian,. Adapun kelebihan bentuk soal uraian antara lain:
  Proses penyusunan soal relatif mudah.
  Memberikan kebebasan luas kepada peserta didik untuk menyatakan tanggapannya.
  Dapat mengukur kemampuan mengorganisasikan pikiran.
  Mengurangi faktor menebak dalam menjawab.
Sedangkan kelemahan bentuk soal uraian antara lain:
  Proses pengoreksian membutuhkan waktu yang relatif lama.
  Ada kecenderungan dari guru bersikap subjektif.
  Guru sering terkecoh dalam memberikan nilai, karena keindahan kalimat dan tulisannya.
b.       Tes Bentuk Objektif
            Tes objektif sering juga disebut tes dikotomi (dichotomously scored item) karena jawabannya antara benar atau salah dan skornya antara 1 atau 0.
            Tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, antara lain:
b.1.   Benar-Salah (True-False, or Yes-No)
            Bentuk tes benar-salah (B-S) adalah pernyataan yang mengandung dua kemungkinan jawaban, yaitu benar atau salah. Salah satu fungsi bentuk soal benar-salah adalah untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam membedakan antara fakta dengan pendapat. Bentuk soal seperti ini lebih banyak digunakan unyuk mengukur kemampuan mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang sederhana.
Ada beberapa teknik/petunjuk praktis dalam penyusunan soal bentuk B-S, yaitu:
(1)   Jumlah item yang benar dan salah hendaknya sama.
(2)   Berilah petunjuk cara mengerjakan soal yang jelas dan memakai kalimat sederhana.
(3)  Hendaknya jumlah item cukup banyak, sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
b.2.     Pilihan Ganda (Multiple Choice)
            Soal tes bentuk pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pilihan jawaban (option)  terdiri atas jawaban yang benar atau paling benar, selanjutnya disebut kunci jawaban dan kemungkinan jawaban salah yang dinamakan pengecoh (distractor/decoy/fails).[1]
            Beberapa petunjuk praktis dalam menyusun soal bentuk pilihan ganda, yaitu:
  Harus mengacu pada kompetensi dasar dan indikator soal.
  Jangan memasukkan materi soal yang tidak relevan dengan apa yang sudah dipelajari peserta didik.
  Pernyataan dan pilihan hendaknya merupakan kesatuan kalimat yang tidak terputus.
  Harus diyakini bahwa hanya ada satu jawaban yang benar.
  Bila perlu beri jawaban pengecohnya.

            Kebaikan soal bentuk pilihan-ganda, antara lain: (1) cara penilaian dapat dilakukan dengan mudah, cepat, dan objektif, (2) dapat mencakup ruang lingkup bahan/materi yang luas, (3) mampu mengungkap tingkat kognitif rendah sampai tinggi, dan (4) dapat digunakan berulang kali.
            Sedangkan kelemahannya antara lain: (1) proses penyusunan soal benar-benar membutuhkan waktu yang lama, (2) memberi peluang siswa untuk menebak jawaban, dan (3) kurang mampu meningkatkan daya nalar siswa.
c.)    Menjodohkan (Matching)
            Soal tes bntuk menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya dikumpulkan pada dua kolom berbeda, yaitu kolom sebelah kiri menunjukkan kumpulan persoalan, dan kolom sebelah kanan menunjukkan kumpulan jawaban. Bentuk soal seperti ini sangat baik untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi hubungan antara dua hal.
Untuk penyusunan soal bentuk ini perlu memperhatikan teknik berikut:
(1)   Sesuaiakan dengan kompetensi dasar dan indikator.
(2)   Kumpulan soal diletakkan di sebelah kiri, dan jawaban di sebelah kanan.
(3)   Gunakan kalimat singkat dan terarah pada pokok persoalan.
d.)    Melengkapi (Completion)
            Soal bentuk melengkapi (completion) dikemukakan dalam kalimat yang tidak lengkap. Contoh:
         Tempat sampah daur ulang dalam komputer disebut . . .
         Program dan data dapat disimpan dalam . . . atau . . .
            Beberapa petunjuk teknis dalam penyusunan soal bentuk melengkapi (completion), antara lain:
(1)   Hendaknya tidak mengambil pernyataan langsung dari buku (textbook).
(2)   Titik-titik kosong sebagai tempat jawaban hendaknya diletakkan di akhir kalimat.
(3)   Jangan menyediakan titik-titik kosong terlalu banyak.
(4)   Jika perlu, dapat diberi gambar-gambar sehingga dapat dipersingkat dan jelas.[2]

2.      Tes Lisan
            Tes lisan yakni tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik. Tes ini memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya antara sebagai berikut.
1.)    Dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki peserta didik, sikap,  serta kepribadiannya karena dilakukan secara berhadapan langsung.
2.)    Bagi peserta didik yang kemampuan berpikirnya relatif lambat sehingga sering mengalami kesukaran dalam memahami pernyataan soal, tes bentuk ini dapat menolong sebab peserta didik dapat menanyakan langsung kejelasan pertanyaan yang dimaksud.
3.)    Hasil tes dapat langsung diketahui peserta didik.
            Sedangkan kelemahan dari tes lisan adalah sebagai berikut.
1.) Subjektivitas guru sering mencemari hasil tes
2.) Waktu pelaksanaan yang diperlukan relatif cukup lama.
3.      Tes Perbuatan
            Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau unjuk kerja. Penilaian tes perbuatan dilakukan sejak peserta didik melakukan persiapan, melaksanakan tugas, sampai dengan hasil yang dicapainya.
Untuk menilai tes perbuatan pada umumnya diperlukan sebuah format pengamatan, yang bentuknya dibuat sedemikian rupa agar pendidik dapat menuliskan angka-angka yang diperolehnya pada tempat yang sudah disediakan. Bentuk formatnya dapat disesuaikan menurut keperluan. Untuk tes perbuatan yang sifatnya individual, sebaiknya menggunakan format pengamatan individual. Untuk tes perbuatan yang dilaksanakan secara kelompok digunakan format tertentu yang sudah disesuaikan untuk keperluan pengamatan kelompok.[3]
II. TEKNIK NON-TES
            Teknik non-tes sangat penting dalam mengevaluasi siswa pada ranah afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan asfek kognitif. Ada beberapa macam teknik non-tes, yakni: pengamatan (observation), wawancara (interview), kuesioner/angket (quetionaire).
a.      Observasi
            Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam evaluasi pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik, seperti tingkah laku peserta didik pada waktu belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan lain-lain. Alat yang digunakan untuk melakukan observasi disebut pedoman observasi[4]
Contoh Pedoman Observasi:
Mata Pelajaran            : Biologi
Konsep/Subkonsep     : 1.1 Vegetatif Buatan
                                    1.1.1. Mencangkok
Kelas                           : VII
Hari/tanggal                : Minggu, 15 Juli 2015
Jam pelajaran               : 1-2
Nama Siswa                : Ardi Anggoro Saputra

NO
KEGIATAN/ASPEK YANG DINILAI
NILAI
KET
1
Langkah persiapan (penyiapan alat dan bahan)
….
2
Cara mengelupas kulit bagian luar
….
3
Cara mengelupas kulit bagian dalam
….
4
Cara membersihkan getah/lendir
….
5
Cara menaburkan tanah
….
6
Cara membungkus dan mengikat
….
Jumlah
….
Rata-rata
….
Catatan:
Pemberian nilai dapat menggunakan angka 1 – 10 atau A, B, C, D

b.      Wawancara
            Wawancara merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis non-tes yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung.
            Ada beberapa teknik atau cara yang harus diperhatikan dalam melaksanakan wawancara, yaitu:
1.)    Pewawancara harus mempunyai background tentang apa yang akan ditanyakan.
2.)    Dalam mewawancarai jangan terlalu kaku, tunjukkan sikap yang bersahabat, bebas, ramah, terbuka, dan dapat menyesuaikan diri.
3.)    Hilangkan prasangka-prasangka yang tidak baik.
4.)    Pertanyaan hendaknya jelas, tepat, dan denan bahasa yang sederhana.
5.)    Hindari kevakuman pembicaraan yang terlalu lama.
6.)    Batasi waktu wawancara.

c.       Angket (Quetioner)
            Angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Angket adalah alat penilaian hasil belajar yang berupa daftar pertanyaan tertulis untuk menjaring informasi tentang sesuatu, misalnya tentang latar belakang keluarga siswa, kesehatan siswa, tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran, media, dan lain- lain. Angket umumnya dipergunakan pada ranah afektif.
Contoh kuisioner :
  Pada waktu melihat sampah bertebaran di jalan, saya berusaha untuk membuang ke tempat sampah:
a.       sangat sering         c.       kadang-kadang                 e.       tidak pernah
b.      sering                     d.       jarang           

d.      Daftar Cek (Check List)
            Daftar cek adalah deretan pertanyaan singkat dimana responden yang dievaluasi tinggal membubukan tanda centang (√) pada aspek yang diamati sesuai dengan hasil penilaiannya.[5]
Contoh:
Daftar cek tentang keaktifan peserta didik dalam diskusi kelompok pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
No.
Nama Siswa
SB
B
C
K
SK
1
Ardi Maulana
2.
Erlin Roslina
3.
Arie Apriadi N.
4.
Angga Zalindra
5.
Diandra Rasya
Keterangan:
SB: Sangat Baik                      C: Cukup                     SK: Sangat Kurang
B:Baik                                     K: Kurang

3.      Asesmen Berbasis Kelas
            Asesmen atau penilaian berbasis kelas merupakan salah satu pilar dalam kurikulum berbasis kompetensi. Asesmen berbasis kelas ini bisa dipandang sebagai proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil-hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik. Proses ini mengidentifikasi pencapaian kompetensi atau hasil belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dicapai disertai dengan peta kemajuan belajar siswa dan pelaporan[6]
            Asesmen berbasis kelas terdiri dari beberapa macam, yaitu:
a.       Asesmen portofolio (portfolio) - (pembahasan tersendiri)
b.      Asesmen  kinerja (performance) - (pembahasan tersendiri)
c.       Penilaian melalui tes tertulis - (sudah dijelaskan sebelumnya)
d.      Penilaian afektif siswa
            Secara umum, ada dua hal yang perlu dinilai dalam kaitannya dengan ranah afektif, yakni (1) kompetensi afektif, dan (2) sikap dan minat siswa terhadap mata pelajaran dan pembelajaran. Kompetensi afektif yang dicapai dalam pembelajaran berkaitan dengan kemampuan siswa dalam:
         memberikan respon atau reaksi terhadap nilai-nilai yang dihadapkan kepadanya;
         menerima nilai, norma, serta objek yang mempunyai nilai etika dan estetika;
         menilai (valuing) ditinjau dari segi baik buruk, adil tidak adil, indah tidak indah terhadap objek studi; dan
         menerapkan atau mempraktikkan nilai, norma, etika, dan estetika dalam kehidupan sehari-hari.
            Sikap siswa merupakan aspek yang sangat berpengaruh terhadap keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar. Sikap positif terhadap sesuatu menyebabkan perasaan mampu. Minat berkaitan dengan kecenderungan hati terhadap sesuatu yang akan mendorong tindakan positif untuk menekuni dan meningkatkan intensitas kegiatan pada objek tertentu.[7]
4.      Asesmen Kinerja
            Asesmen Kinerja yaitu penilaian terhadap proses perolehan penerapan pengetahuan dan keterampilan melalui proses pembelajaran yang menunjukan kemampuan siswa dalam proses dan produk. Asesmen kinerja pada prinsipnya lebih ditekankan pada proses keterampilan dan kecakapan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.
            Asesmen ini digunakan untuk menggambarkan proses, kegiatan, atau unjuk kerja, proses, kegiatan, atau unjuk kerja dinilai melalui pengamatan terhadap siswa ketika melakukannya. Penilaian unjuk kerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Misalnya penilaian terhadap kemampuan siswa merangkai alat praktikum untuk percobaan sederhana dilakukan selama siswa merangkai alat, bukan sebelum atau setelah alat dirancang.[8]
            Asesmen kinerja bisa digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam penyajian lisan, pemecahan masalah dalam kelompok, partisipasi dalam diskusi, kemampuan siswa menari, kemampuan siswa menyanyi, memainkan alat musik, dan sebagainya.
            Dalam melakukan asesmen kinerja dapat 2 metode yang dapat digunakan, yaitu:
a.       Asesmen kinerja yang berorientasi pada masa lalu (past oriented appraisal methods). Yaitu penilaian kinerja atas kinerja seseorang dari pekerjaan yang telah dilakukannya.
b.      Asesmen kinerja yang berorientasi ke masa depan (future oriented appraisal methods). Yaitu penilaian kinerja dengan menilai seberapa besar potensi seseorang untuk melakukan kinerja di masa yang akan datang.
            Penilaian hasil kerja dapat menggunakan daftar cek dan skala. Skala merupakan alat untuk mengukur sikap, nilai, minat dan perhatian, dll, yang disusun dalam bentuk pertanyaan untuk menilai responden dan hasilnya dalam bentuk rentangan nilai dengan kreteria yang telah ditentukan.[9]
5.      Asesmen Portofolio
            Portofolio berasal dari bahasa Inggris “portfolio” yang berarti dokumen aau surat-surat. Penilaian portofolio (portofolio assesment) merupakan salah satu bentuk “performance assesment”. Portofolio (portfolio) adalah kumpulan hasil tugas/tes atau hasil karya siswa yang dikaitkan dengan standar atau kriteria yang telah ditentukan. Dengan kata lain, model penilaian yang bertujuan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam membangun dan merefleksi suatu pekerjaan/tugas atau karya  melalui pengumpulan (collection) hasil karya siswa yang sistematis dalam satu periode.[10]
            Prinsip dalam penilaian portofolio (portfolio assesment) adalah dokumen atau data hasil pekerjaan siswa, baik berupa pekerjaan rumah, tugas atau tes tertulis seluruhnya digunakan untuk membuat inferensi kemampuan dan perkembangan kemampuan siswa. Informasi ini juga digunakan untuk menyusun strategi dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran[11]
Contoh Format Penilaian Portofolio:
  Format penilaian Portofolio Proses
Sebagaimana isi dan kriteria penialain, maka format penilaian pun harus mengacu pada tujuan.format penilaian banyak modelnya. Salah satunya bisa menggunakan model  skala dengan tiga kriteria, seperti: baik, cukup, kurang.
Contoh:
Kompetensi Dasar:
Mengoperasikan komputer 
Berbasis Windows 2007
Nama:...................................
Tanggal: 20 November 2015
Indikator
PENILAIAN
Baik
Cukup
Kurang
1.      Melakukan pengetikan dengan Windows 2007
2.      Melakukan layout naskah dengan Word 2007
3.      Mencetak naskah yang telah dibuat
4.      Membuat table dan gambar
5.      Memasukkan gambar ke dalam file
Dicapai melalui:
Komentar guru:
-          Bantuan guru
-          Seluruh kelas
-          Perorangan
Komentar orang tua:

  Format Penilaian Tugas Terstruktur
Nama                     : ………………………………………
Kelas                     : ………………………………………
Mata Pelajaran      : ………………………………………
Jenis Tugas            : Makalah
No.
Aspek-aspek Penilaian
Skor
Bobot
Nilai x Bobot
01
02
03
04
05
06
07
08
Judul
Masalah
Metode Penulisan
Landasan Teori
Sistematika Penulisan
Pembahasan
Simpulan
Bahasa:
-          Tata Bahasa
-          Gaya Bahasa
1
1
1
2
1
2
1
1
Jumlah
10

Nilai Akhir: (Jumlah Nilai x Bobot) : Jumlah Bobot
Catatan: ………………………………………………………
                                                                                    Jepara,..........
                                                                                    Guru Mapel
                                                                                    ……………………







C.    KISI-KISI DAN PEMGEMBANGAN
            Dalam penyusunan soal-soal tes terkadang guru mengalami kesulitan, karena dalam pembuatan soal tersebut diperlukan berbagai pertimbangan agar soal yang dibuat tidak terlalu sulit, terlalu mudah dan emmbingungkan peserta didik ketika hendak menjawab soal-soal tersebut.
            Dalam penyususnan tes prestasi hal yang paling penting yang harus dimiliki yaitu validitas soal-soal yang akan diujikan kepada peserta didik. Untuk memudahkan guru dalam penyusunan tes maka diperlukan pembuatan kisi-kisi.

1. Pengertian kisi-kisi
            Kisi-kisi adalah suatu format atau matriks yang memuat kriteria tentang soal-soal yang diperlukan atau    yang hendak disusun. Kisi-kisi juga dapat diartikan test blue-print atau table of specification merupakan deskripsi kompetensi dan materi yang akan diujikan. Wujudnya adalah sebuah tabel yang memuat tentang perperincian materi dan tingkah laku beserta imbangan/proporsi yang dikehendaki oleh penilai. Tiap kotak diisi dengan bilangan yang menunjukkan jumlah soal.
2. Penulisan Kisi-kisi
            Penulisan kisi-kis soal adalah kerangka dasar yang dipergunakan untuk penyusunan soal dalam evaluasi proses pendidikan dan pembelajaran. Dengan kisi-kisi soal ini, maka seorang guru dengan mudah dapat menyusun soal-soal evaluasi. Kisi-kisi soal inilah yang memberikan batasan guru dalam menyusun soal evaluasi.
Dengan kisi-kisi penulisan soal maka tidak akan terjadi penyimpangan tujuan dan sasaran dari penulisan soal untuk evaluasi penulisan soal. Guru hanya mengikuti arah dan isi yang diharapkan dalam kisi-kisi penulsan soal yang dimaksudkan.

            Dalam penulisan kisi-kisi soal, guru harus memperhatikan hal-hal berikut:
a. Nama sekolah
            Nama sekolah ini menunjukkan tempat penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran yang akan dievaluasi proses pembelajarannya. Ini merupakan identitas sekolah.
b. Satuan pendidikan
            Satuan pendidikan menunjukkan tingkatan pendidikan yang menyelenggarakan proses pendidikan dan akan dievaluasi. Satuan pendidikan ini  misalnya SD, SMP, SMA/SMK.
c. Mata pelajaran
            Mata pelajaran yang dimaksudkan dalam hal ini adalah mata pelajaran yang akan dibuatkan kisi-kisi soal dan dievaluasi hasil belajar anak-anak. Misalnya Matematika.
d. Kelas/ semester
            Kelas/ semester menunjukkan tingkatan yang akan dievaluasi, dengan menvantumkan kelas atau semsester ini, maka kita semakin tahu batasan materi yang akan kita jadikan soal evaluasi proses.
e. Kurikulum acuan
            Seperti yang kita ketahui model kurikulum di negeri ini selalu berganti, akhirnya ada tumpah tindih antara kurikulum yang digunakan dan kurikulum baru. Untuk hal tersebut maka kita informasikan kurikulum yang digunakan dalam penyusunan kisi-kisi penulisan soal. Misalny, KTSP.
f. Alokasi waktu
            Alokasi waktu ini ditulis sebagai penyediaan waktu untuk penyelesaian soal. Dengan alokasi ini, maka kita dapa memperkirakan kesulitan soal. Dan jumlah soal yang harus dibuat guru agar anak-anak tidak kehabisan waktu saat mengerjakan soal.

g. Jumlah soal
            Jumlah soal menunjukkan berapa banyak soal yang harus dibuat dan dikerjakan anak-anak sesuai dengan jatah alokasi waktu yang sudah dikerjakan untuk ujian bersangkutan. Dalam hal ini guru sudah memperkirakan penggunaan waktu untk masing-masing soal.
h. Penulis/ guru mata pelajaran
            Ini menunjukkan identias guru mata pelajaran atau penulis kisi-kisi soal. Hal ini sangat penting untuk mengetahui tingkat kelayakan seseorang dalam penuisan kisi-kisi dan soalnya.
i. Standar kompetensi
            Standar kompetensi menunjukan kondis standar yang akan dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran. Dengan standar kompetensi ini maka guru dan anak didik dapat mempersiapakan segala yang harus dilakukan.


j. Kompetensi dasar
            Kompetensi dasar menunjukkan hal yang seharusnya dimiliki oleh anak didik setelah mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran. Dalam penulisan kisi-kisi soal aspek ini kita munculkan untuk mengevaluasi tingkat pencapaiannya.
k. Materi Pelajaran
            Ini menunjukkan semua materi yang  diberkan untuk proses pendidikan dan pembelajaran. Dalam penulisan kisi-kisi soal, aspek ini merupakan batasan isi dari materi pelajaran yang kita jadikan soal.
l. Indikator soal
            Indikator soal menunjukan perkiraan kondisi yang diambil dalam soal ujian. Indikasi yang bagaimana dari materi pelajaran yang diterapkan disekolah.
m. Bentuk soal
            Bentuk soal yang dimaksudkan adalah subjektif tes atau objektif tes. Untuk memudahkan kita dalam menyusun soal, maka kita harus menentukan bentuk yes dalam setiap materi pelajaran yang kita ujikan dalam proses evaluasi.
n. Nomor soal
            Nomor soal menunjukkan urutan soal untuk materi atau soal yang guru buat. Dal hal ini, setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar, penulisan nomor soal dikisi-kisi penulisan soal tidak selalu berurutan.guru dapat menulis secara acak. Misalnya,  standar kompetensi A dan komptensi dasar A1 dapat saja diletakkan pada nomor 3 dan seterusnya sehingga tidak selalu standar kompetensi pertama dan kompetensir dasar pertama harus diurutkan di nomor satu.

3. Penentuan dan penyebaran soal
Contoh penyebaran butir soal untuk penilaian akhir semester.

No

Kompetensi
Dasar

Materi
Jumlah soal tes tulis
Jumlah soal
Praktik
PG
Uraian
1
1.1 ............
...........
5
--
--
2
1.2 ............
...........
5
1
--
3
1.3 ............
...........
5
--
1
4
2.1 ............
...........
5
1
--
5
2.2 ............
...........
5
1
--
6
2.3 ............
...........
5
--
1
7
3.1 ...........
...........
5
1
--
8
3.2 ..........
...........
5
1
1
Jumlah soal
40
5
3

4. Format penulisan kisi-kisi soal
KISI-KISI PENULISAN SOAL
 Jenis sekolah    : ............................... Jumlah soal :…………....
 Mata pelajaran : ……………........... Bentuk soal/tes : ...................
 Kurikulum       : ………………....... Penyusun : 1. …………
Alokasi waktu  : ……………...........   2. …………
No.
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Kls/
smt
Materi
pokok
Indikator soal
Nomor
soal
1.
2.
3.

Keterangan:
Isi pada kolom 2, 3. 4, dan 5 adalah harus sesuai dengan pernyataan yang ada di dalam silabus/kurikulum. Penulis kisi-kisi tidak diperkenankan mengarang sendiri, kecuali pada kolom 6.

5. Pengembangan kisi-kisi
Pengembangan kisi kisi mencangkup:
1. Fungsi
a. Pedoman penulisan soal
b. Pedoman perakitan soal
2. Syarat kisi-kisi
a. Mewakili isi kurikulum yang akan diujikan
b. Komponen rinci, jelas, dan mudah dipahami
c. Soal dapat disusun sesuai bentuk soal dalam kisi-kisi
3. Komponen kisi-kisi
a. Komponen Identitas

1) Jenis sekolah                                   4) Tahun Pelajaran
2) Mata Pelajaran                                5) Alokasi Waktu
3) Kurikulum yang diacu                    6) Jumlah Soal
b. Komponen Lanjutan
1) Kompetensi dasar/ indokator
            Indikator mengacu kompetensi dasar:
a) Urgensi, indikator secara teoritis, mutlak dikuasai siswa untuk mencapai komptensi dasar
b) Kontinuitas, indikator pendalaman dari indikator sebelumnya
c) Relevansi, indikator yang diperlukan untuk memahami materi pelajaran lain
d) Keterpakaian, indikator yang memiliki nilai terapan tinggi dalam kehidupan sehari-hari
2) Kelas
            Kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah yang sebagai kesatuan diorganisir menjadi unit kerja secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar-mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.
3) Materi Pembelajaran
a) Rumusan materi dari soal yang akan disusun
b) Rumusan materi dijabarkan dari indikator dalam kurikulum
c) Rumusan materi disusun secara singkat dan jelas
4) Indikator Soal
a) Indikator soal sebagai pertanda atau indikasi pencapaian kompetensi dasar
b) Indikator menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur
c) Indikator mengacu pada materi pembelajaran sesuai kompetensi dasar
5) Bentuk Tes
            Pemilihan bentuk tes disesuaikan dengan standar kompetensi dan komponen dasar yang akan dicapai siswa.
Bentuk tes meliputi:
a) Tes tertulis :
i) Pilihan ganda
ii) Uraian
iii) Jawaban singkat

Hendaknya setiap item dapat dijawab secara mutlak.
Hendaknya item tes tidak membutuhkan jawaban yang panjang, cukup dua atau tiga kata saja
Susunlah kalimat pertanyaan yang sederhana dan jelas maksudnya.
b) Tes perbuatan
i) Tes praktik
ii) Tes penugasan/ proyek
iii) Tes produk










BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Pengertian instrumen dalam lingkup evaluasi didefinisikan sebagai perangkat untuk mengukur hasil belajar siswa yang mencakup hasil belajar dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Bentuk instrumen dapat berupa tes dan non-tes. Instrumen bentuk tes mencakup: tes uraian (uraian objektif dan uraian bebas), tes pilihan ganda, jawaban singkat, menjodohkan, benar salah, unjuk kerja (performance test), dan portofolio. Instrumen bentuk non-tes mencakup: wawancara, angket, dan pengamatan (observasi).
            Instrumen Evaluasi yang baik memiliki ciri-ciri dan harus memenuhi beberapa kaidah antara lain:Validitas, Reliabilitas, Objectivitas, Pratikabilitas, Ekomonis, Taraf Kesukaran,dan daya pembeda.Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), dan dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidkan dan pengajaran.
            Guru yang baik selalu akan meningkatkan mutu tes yang di gunakan. Oleh karena menyusun tes itu sukar maka mereka disarankan untuk mengumpulkan soal-soal tesnya, dan disertai dengan catatan-catatan mengenai butir-butir mana yang terlalu mudah, terlalu sukar, atau membingungkan. Dengan cara demikian maka keterampilan guru dalam menyusun tes akan meningkat, dan akan diperoleh sekumpulan tes yang mutunya bukan lagi yang paling bawah. Penyusunan tes yang disertai dengan melalui tabel spesifikasi dapat dijamin bahwa tesnya cukup mempunyai validitas isi dan validitas tingkah laku.







DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran; Prinsip, Teknik, dan Prosedur. Bandung:     PT        Remaja Rosdakarya
Fajar, Arnie. 2004. Portofolio Dalam Pelajaran IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Thamrin. 2009. Penilaian Berbasis Kompetensi. Surakarta: FKIP UNS
Karyadi, Didit. 2011. Penilaian Berbasis Kelas. (http://didot4com.             wordpress.com/2011/01/24/penilaian-berbasis-kelas/)
Alimudin. 2009. Penilaian Berbasis kelas. (http://penilaianhasilbelajar. blogspot.com/)
Nursobah, Ahmad. 2012. Model Penilaian Portofolio. (http://cobah-            ajah.blogspot.com/2012/07/model-penilaian-portofolio_06.html)
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,  (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hal.           185.
 Yusuf Muri, Dasar-dasar dan Teknik Evaliasi Pendidikan, (Padang: FIP IKIP Padang,    1998), hal. 72-75.
Nurjanah,PengertianKelasdiambildarihttp     ://nurjanahza.blogspot.com/2011/12/pengertian-kelas.html pada tanggal  1 Juni   2014.
 Sumarna Surapranata, Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi Kurikulum 2004,      (Bandung: Rosdakarya, 2004), hal. 8







































[1]Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 117-138
[2] Ibid, hlm. 146
[3] AG Thamrin, 2009, Penilaian Berbasis Kompetensi (http://mueraja.blog.com/2011/06/05/teknik-penilaian-dan-prosedur-pengembangan-tes/) diakses pada tanggal 04 Nopember 2015 pukul 19.05 WIB
[4] Arsad Bendungan, 2011, Teknik Penilaian Proses dan Hasil Belajar (http://arsadbendungan.blogspot. -com/2011/12/teknik-penilaian-proses-dan-hasil.html) diakses pada 04 Nopember 2015 pukul 19.30 WIB
[5] Zainal Arifin, Op.Cit, hlm. 164
[6] Alimudin, 2009, Penilaian Berbasis kelas, (http://penilaianhasilbelajar.blogspot.com/) diakses pada tanggal 04 Nopember 2015 pukul 19.50 WIB
[7] http://nacilunyil.wordpress.com/2011/12/17/penilaian-berbasis-kelas/ diakses pada tanggal 04 Nopember 2015 pukul 21.00 WIB
[9]http://fuadmje.wordpress.com/2011/11/05/instrumen-evaluasi-hasil-belajar diakses pada tanggal 04 Nopember 2015 pukul 21.00 WIB
[10]Arnie Fajar, Portofolio Dalam Pelajaran IPS (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 47
[11]Ahmad Nursobah, 2012, Model Penilaian Portofolio,( http://cobah-ajah.blogspot.com/2012/07/model-penilaian-portofolio_06.html) diakses pada 04 Nopember 2015 pukul 21.45 WIB
Read more ...
Designed By