Breaking News
SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI
ASSALAMU'ALAIKUM Wr.Wb

my blog

enamberita.blogspot.com

Wednesday 2 March 2016

“PERBANDINGAN PENDIDIKAN DI NEGARA JERMAN”



MAKALAH

 PERBANDINGAN PENDIDIKAN DI NEGARA JERMAN
Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah
PERBANDINGAN PENDIDIKAN ISLAM
Dosen Pengampu ACHMAD SLAMET, Drs., M.S.I.


DISUSUN OLEH KELOMPOK X :
NO
NAMA
NIM
1
FITRIYO
131310000685
2
FIFI NUR SUSANTI
131310000657
3
MAWADATUL AFIYAH
131310000



 


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA (UNISNU) JEPARA
Alamat: Jln. Taman Siswa No. 09, Pekeng, Tahunan, Jepara, 59427 Telp/Fax: (0291) 593132 Homepage: www.inisnujepara.blogspot.com

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “PERBANDINGAN PENDIDIKAN ISLAM DI NEGARA JERMAN”
 Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Kami sadar bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini, baik dari segi penyusunan maupun kelengkapan dan ketepatan isi makalah. Untuk itu kami mengaharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak agar selanjutnya dapat ditingkatkan dan disempurnakan.
Demikian makalah ini disusun agar dapat bermanfaat, diterima dan digunakan sebagai acuan untuk makalah-makalah selanjutnya.


                                                                        Jepara, 20 Desember 2015


                                                                        Kelompok X

















DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................  i
DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C.     Tujuan ..................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.    TENTANG NEGARA JERMAN............................................................................ 2
B.     PENDIDIKAN DI NEGARA JERMAN................................................................ 3
C.    PENDIDIKAN ISLAM DI NEGARA JERMAN .....................................................8
BAB III ANALISI PERBANDINGAN PENDIDIKAN DI JERMAN DAN PENDIDIKAN DI INDONESIA
BAB IV
A.    KESIMPULAN ...................................................................................................... 16
B.     SARAN DAN HARAPAN.....................................................................................17
C.     PENUTUP...............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA















BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
         Pada tahun 1945, pemerintah tertinggi negara Jerman berakhir sebagai akibat hancurnya regim Sosialis Nasional dan menyerahkan Jerman tanpa syarat kepada kekuatan Sekutu, kemudian pada tahun 1949, dua negara rival Jerman muncul, yaitu pada daerah penduduk soviet lahir Republik Demokrasi Jerman (the Germani Democratic Republik, GDR), sebuah negara dengan sistem satu partai-Marxisme-Leninisme, dengan ekonomi terpimpin dan pada daerah pendudukan Amerika, Inggris, dan Perancis muncul negara Republik Federal Jerman, dengan sistem perekonomian liberal dan prualistik. Republik Federal Jerman ditetapkan secara resmi sebagai bentuk negara, dengan ciri utama pemerintahan sendiri.
         Secara geografis, Jerman terletak di tengah-tengah benua Eropa dengan luas daerah 356,957 kilometer persegi. Jerman berpenduduk 82 juta lebih, dan kira-kira 8% di antaranya bukan kebangsaan jerman melainkan warga negara asing yang berdatangan ke jerman. Ada tantangan tersendiri bagi Jerman terhadap mereka yang pendatang, baik yang telah lama berada di jerman maupun yang baru, masalahnya adalah mengenai bahasa, hal ini merupakan tantangan bagi sistem pendidikan Jerman. Sangat sukar memberikan kesempatan yang sama dalam pendidikan kepada anak-anak imigran. Namun demikian bahasa Jerman tetap merupakan bahasa yang dominan dengan berbagai variasi dialek derah.
         Kemudian sekarang kita beralih pada pendapatan Jerman, Jerman sebagai negara ekspor tangguh mendapat tantangan berat dalam perdagangan internasional, hal ini jelas membawa dampak pada pendidikan. Hal yang sama juga terjadi pada bidang perdagangan dan bidang jasa di Jerman yang masyarakatnya sedang mengalami perubahan sangat cepat. Disamping itu aliran dana semenjak tahun 1990 ke kantong negara yang dulunya bernama Republik Demokrasi Jerman terus berlangsung untuk membiayai pembangunan kembali, perbaikan infra struktur dan usaha penanggulangan pengangguran.
B. Rumusan Masalah
1.        Bagaimanakah bentuk-bentuk perbandingan pendidikan di negara jerman ?
2.        Bagaimanakah pendidikan yang ada di negara jerman ?
3.        Bagaimanakah perbandingan pendidikan di negara Jerman dengan negara Indonesia?
C. Tujuan
1.      Agar kita tau bentuk-bentuk perbandingan pendidikan negara jerman.
2.      Agar kita tau sistem pendidikan yang ada di negara Jerman baik umum maupun pendidikan Islam.
3.      Agar dapat kita ketahui perbandingan pendidikan di negara Jerman dengan negara Indonesia.
BAB II
KAJIAN TEORI

A.1. TENTANG NEGARA JERMAN
1.  Potret Sistem Pemerintahan
            Republik Federal Jerman berdiri pada tahun 1949, bersamaan dengan kelahiran negara tersebut, di tahun yang sama telah terlahir sebanyak 793.095 bayi. Sejak tahun 1914 hingga 1949 atau dalam kurun waktu 35 tahun, Jerman mengalami dua kali perang dunia. Menjelang berakhirnya perang dunia II pada tahun 1945, Jerman mengalami goresan yang dalam akibat pendudukan tentara asing, pelarian, pengusiran, dan akhirnya pemisahan tanah (Jerman Barat dan Jerman Timur). Kemudian melalui perjanjian Paris, Republik Federal Jerman pada tahun 1955 menjadi anggota dari negara kesetuan negara-negara Barat  yang Liberal keputusan tersebut tidak dapat ditarik kembali karena sebagai jaminan dari kebebasan dan perdamaian di Eropa. Politik dalam dan luar negeri Jerman berada di bawah gagasan pokok, yakni suatu tatanan damai yang membuat seluruh bangsa Eropa, termasuk seluruh Jerman, secara bersama-sama memasuki kebebasan.
            Secara historis, bangsa Jerman memiliki sejarah amat panjang dan unik dengan kehidupan masyarakatnya yang unik pula. Kehidupan bangsa Jerman dimulai dari kondisi kehidupan yang masih amat primitif, kemudian berkembang menjadi bentuk negara-negara kecil di bawah pengaruh kerajaan Romawi sampai tahun 1806. Setelah itu jerman berada dalam kekuasaan Napoleon sampai awal abad 19 dan berlanjut menjadi negara Prusia yaitu tahun 1814-1871. Perkembangan berikutnya adalah negara kekaisaran Jerman tahun 1871-1918, Republik Weimar 1919-1933, Era Nazi (1933-1945), kemudian setelah kalah dalam perang dunia ke dua Jerman terpecah menjadi dua negara yaitu Jerman Barat dan Jerman Timur (1945-1989). Keduanya baru dapat bersatu setelah dirobohkannya tembok pembatas yang memisahkan keduanya yang dikenal “tembok berlin”. Oleh karenanya sejak tahun 1989 sampai sekarang Jerman bersatu menjadi bentuk negara federal dengan nama Republik Federal Jerman. [1]

    2.     Kondisi Demografi
       Secara geografis, Jerman terletak di tengah-tengah Benua Eropa dengan luas daerah 356.957 kilometer peregi. Jerman berpenduduk 82 juta lebih, dan kira-kira 8% di antaranya bukan berkebangsaan Jerman. Warga negara asig ini ulai berdatangan ke Jerman pada akhir tahun 1950-an ketika negara-negara Eropa selatan mulai merekrut buruh-buruh pekerja tangan. Jumlah yang paling banyak adalah orang Turki, baik yang lahir di Jerman atau keturunan Turki. Imigran lain masuk ke Jerman sebagai pengungsi, karena perang, atau karena tekanan ekonomi di negaranya masing-masing. Jenis imigran ketiga adalah dari etnis Jerman sendiri ( walaupun tidak semuanya berbahasa Jerman). Berbeda dengan jenis Imigran lain, mereka dapat dengan segera meminta kewarganegaraannyasewaktu mereka masuk negara Jerman.[2]
    3.  Potensi Income Negara
       Jerman bukan negara yang kaya dengan sumber alam, dan juga bukan negara yang mampu memenuhi kebutuhan produksi pertanian sendiri. Oleh sebab itu Jerman banyak tergantung dngan barang-barang Impor dan barang Ekspornya. Pada umumnya, perdagangan Jerman  sangat positif, dan investasi Jerman di luar Negeri melebihi investasi asing di dalam negeri. Tetapi sebagai akibat dari upah serta ongkos produksi yang tinggi sesuai ketentuan sistem sekuriti sosial, posisi Jerman sebagai negara ekspor tangguh mendapat tantangan berat dalam perdagangan Internasional. Ini jelas membawa dampak terhadap pendidikan. Penelitian dan pengembangan serta pabrik-pabrik dalam usahanya meningkatkan nilai tambah produksinya memerlukan orang-orang dengan standar pendidikan tinggi.[3]

B. PENDIDIKAN DI NEGARA JERMAN

       Berdasrkan sejarah, pendidikan di Jerman berasal dari dua sumber yaitu gereja dan negara.[4]
1. Jenis Pendidikan Yang Ada Di Jerman
Jenis pendidikan yang ada di Jerman meliputi sebagai berikut:
a.    Pendidikan Dasar, Menengah, dan Pendidikan Tinggi
                 Tergantung pada negara bagian, wajib sekolah di Jerman berlaku sembilan atau sepuluh tahun, dengan normal anak masuk ekolah pada usia enam tahun. Peraturan khusus menjelaskan kapan persyaratan harus dipenuhi, misalnya, mengenai keterlambatan anak saat usia masuk sekolah, atau mengenai tinggal kelas. Jika seorang siswa gagal mendapatkan sertifikat tamat belajar, ia tidak lagi berhak mendapatkan pelayanan pendidikan formal, dan hal ini sering menimbulkan kesulitan dalam kehidupan sosial dan ekonomi yang bersangkutan.
       Pendidikan dasar biasanya berlangsung empat tahun, tetapi ibu kota negara, Berlin, melaksanakan sistem enam tahun, beberapa negara bagian lainnya melaksanakan pengajaran tambahan dua tahun pada Grade 5 dan 6 dalam suatu lembaga perantara yang memberikan berbagi jenis pelajaran sebagai persiapan masuk ke program-program sekolah menengah. Hari sekolah dihitung 190 hari setahun pada tingkat pendidikan dasar, dan anak-anak belajar mulai pukul 8:00 pagi sampai pukul tergantung pada tingkat kelas atau “Grade”.[5]
       Pendidikan menengah, murid sekolah menengah harus bersekolah hingga usia 15 tahun. Mereka dapat masuk ke salah satu dari riga jenis sekolah, yaitu sekolah utama (Hauptschulen), sekolah intermediate (Realschule), atau sekolah menengah klasik (Gymnasium).
       Pertama, Hauptschulen yang dimaksudkan bagi para pelajar yang mampu dan menaruh minat pada pelatihan praktik kejuruan.[6]
       Kedua, Realschule setidaknya satu bahasa asing diwajibkan di sekolah ini, dan pengajaran bahasa asing yang kedua juga. Biasanya Realschule mempersiapkan siswa untuk memasuki karir sebagai pegawai atau buruh kelas menengah.
       Ketiga, Gymnasium tujuan utama sekolah ini ialah mempersiapkan siswa untuk pendidikan tinggi, walaupun tidak semua lulusannya melanjutkan ke perguruan tinggi.[7]
       Pendidikan tinggi, lembaga pendidikan tinggi meliputi universitas, universitas teknik, sekolah tinggi teologi, sekolah tinggi pelatihan guru, serta akademi seni, musik dan olahraga.
b.     Pendidikan Prasekolah
       Pendidikan prasekolah dilaksanaka secara sukarela (oleh yayasan swasta). Kebanyakan taman kanak-kanak (kindergarten) bagi anak-anak antara usia tiga dan enam tahun dilaksanakan oleh lembaga swasta dan pihak gereja, serta di supervisi oleh pejabat sosial, yakni para menteri dan badan kesejahteraan sosial.[8]
c.    Pendidikan Khusus
       Pada tahun 1989, baik di Jerman Timur maupun Jerman Barat, kira-kira 4% siswa tercatat pada lembaga-lembaga yang khusus melayani anak-anak cacat. Di samping itu, Jerman Timur menjalankan sistem sekolah khusus (Spezialschulen) bagi anak-anak yang punya bakat istimewa dalam bidang seni atau olahraga yang jumlahnya kira-kira 1% dari kelompok umur.
       Biasanya anak-anak cacat diklasifikasikan berdasarkan cacat alami yang menimpanya, seperti buta, cacat fisik, gangguan mental.
d.    Pendidikan Vokasional, Teknik, dan Bisnis
       Sistem penandidikan yang menawarkan kualifikasi terdiri dari bermacam-macam jenis dan mempunyai struktur yang agak kompleks, paralel dengan pendidikan vokasional, teknik dan bisnis. Pendidikan vokasional diselenggarakan oleh sekolah-sekolah negeri,  sedangkan ijazah diberikan oleh Kamar Dagang, Industri atau keuangan, program ini sering disebut “sistem ganda”. Sertifikat atau ijazah ini adalah resmi dan diakui oleh negara. Satu sekolah yaitu Fachgymnasium, secara resmi sekolah ini termasuk sekolah umum pada tingkat menengah keatas. Program kurikulumnya diarahkan pada bidang ekonomi, sosial dan teknik.
       Secara keseluruhan sistem pendidikan vokasional, teknik dan bisnis ini diselenggarakan dengan seperangkat peraturan yang mencakup persyaratan masuk, transisi, dan kualifikasi lulusan.[9]
       Di antara sekolah perdagangan dan industri yang telah berkembang adalahGewerchulen. Kemudian jenis pendidikan kejuruan yang lebih teoritis tersedia padaFachschulen, yaitu sekolah teknik yang memberikan persiapan dasar untuk satu bidang atau Fach seperti pertanian, arsitektur, kehutanan, pertambangan atau dinas pos.[10]
e.    Pendidikan Orang Dewasa dan Pendidikan Nonformal
       Pendidikan bagi orang dewasa (Adult Education) di Jerman dikelompokkan dalam tiga kategori umum, vokasional (termasuk teknik dan keuangan), dan politik. Program pendidikan orang dewasa ini didominasi penyelenggaraannya oleh volchochschulen, biyasanya didukung oleh masyarakat setempat. Walaupun sekolah ini mungkin terdaftar sebagai organisasi nirlaba. Mata pelajaran yang diajarkan mencakup yaitu:
a.       Bahasa
b.      Ekonomi, matematika, dan ilmu pengetahuan alam
c.       Kesehatan
d.      Kerajinan tangan
e.       Sekolah persamaan
f.       Politik dan ilmu-ilmu sosial
g.      Pendidikan, psikologi, dan teologi
h.      Kesusastraan dan seni.
       Mata pelajaran yang diberikan pada volkshochschulen dapat dianggap sebagai pendidikan vokasional orang dewasa, maka institusi ini menjadi sangat penting sebagai penyelenggara program itu.
       Pendidikan politik bagi orang dewasa diartikan terutama sebagai kegiatan yang erat hubungannya dengan partai politik, dan juga berhubungan dengan pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh serikat-serikat kerja.[11]
2.      Kebijakan di Bidang Agama
       Populasi muslim di Jerman tercatat sejumlah 3.2 juta jiwa (2001), sekitar 75% muslim Jerman berasal dari keturunan Turki, sisaya dari belahan negara Islam lainnya. Umumnya muslim di Jerman berafiliasi pada Madzhab Sunni aliran Imam Abu Hanifah.
       Pada tahun 1980-an  muncul dua payung organisasi muslim di Jerman. Pertama didirikan pada tahun 1986, yang disebut dewan bagi republik federal Jerman ( the Islamic Counsil for the Federal Republik of Germany) sedangkan yang kedua, didirikan setahun kemudian, berupa Pusat Dewan Muslim Jerman ( the Central Council of Muslim in Germany ). Selama bertahun-tahun kemudian, sejumlah asosiasi Islam lokal bergabung membentuk koalisi dan sekarang Dewan Islam ini memiliki 38 anggota asosiasi.[12]
       Upaya berbagai organisasi muslim di Jerman dan kajian masalah ketimuran membawa pembaharuan terhadap pembelajaran Islam di Jerman dilaksanakan secara mandiri, mendapat tempat dalam hukum dan pengakuan pemerintah sehingga dapat diharapkan bahwa kondisi itu akan terus berkembang, bahkan di negara Eropa lainnya.[13]
3.       Kebijakan di Bidang Manajemen Pendidikan Formal
       Konstitusi Federal menetapkan kewenangan Lander atas pendidikan, maka beberapa Lander membuat berbagai ketentuan dalam konstitusi mereka masing-masing mengenai pengaturan masalah-masalah pendidikan, dan seluruhnya melalui proses Legislatif. Pengaturan ini mencakup penetapan tujuan pendidikan, struktur, isi pengajaran, dan prosedur dalam sistem daerah mereka masing-masing. Dalam negara bagian, tanggung jawab pendidikan terletak pada level kementerian kabinet yang sering disebut kementerian kebudayaan (kultusministerium). Pada negara-negara bagian yang luas daerahnya, sekolah tidak dikontrol secara langsung oleh kementerian negara bagian, tetapi melalui badan eksekutif tanpa pasangan atau counterpart langsung dari pihak legislatif atau DPR. Masyarakat setempat biasanya juga punya tanggung jawab menyediakan infrastruktur yang diperlukan dan adakalanya juga terlibat dalam pengangkatan staf.
       Supervisi atau inspeksi terhadap sekolah merupakan tugas kementerian negara bagian, secara langsung atau tidak. Dengan beberapa pengecualian, gereja-gereja negara bagian tidak lagi melakukan fungsi supervisi sekolah.

4.       Dinamika dalam Pengembangan Kurikulum
       Menteri-menteri pendidikan negara bagian menentukan kurikulum mereka sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan mereka melakukan melalui tiga jenis instrumen: a) tabel yang menguraikan jumlah jam belajar per minggu, serta mata pelajaran sesuai dengan “grade” dan jeis sekolah; b) pedoman kurikulum; dan c) pemberian wewenang penulisan dan pengadaan buku teks.
       Tujuan umum kurikulum ditentukan oleh peraturan sekolah, sedangkan tujuan khusus diterbitkan dalam kaitannya dengan pedoman kurikulum. Ini diputuskan oleh kementerian negara bagian dan mencakup silabus, rekomendasi metode mengajar (keputusan untuk memakai metode mengajar tertentu sepenuhnya diserahkan kepada guru), dan kadang-kadang juga model rencana pelajaran.
       Mengenai buku teks, tidak ada yang dapat dipakai di sekolah-sekolah Jerman tanpa mendapat peretujuan dari kementerian negara bagian. Sekolah dan guru-guru kemudian dapat bebas memilih dari buku-buku yang sudah ada dalam daftar yang sudah di syahkan.[14]
5.      Pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
       Pada umumnya, pendidikan bidang studi mencakup dua disiplin ilmu yang dapat diambil pada universitas atau fakultas. Untuk beberapa spesialisasi, bidang pendidikan umum dilengkapi dengan mata kuliah khusus seperti bidang membaca bagi calon guru pendidikan dasar atau diagnosis terapan bagi yang bermaksud mengajar pada lembaga pendidikan khusus.
       Bagi staf pengajar, sertifikasi adalah urusan negara bagian.pendidikan di universitas (atau fakultas keguruan), diakhiri dengan ujian yang diawasi negara dan staf universitas sebagai penguji.[15]
6.      Pembiayaan Pendidikan
       Dengan pengecualian pendidikan tinggi, keuangan pendidikan sepenuhnya berada  di tangan Lander dan masyarakat setempat. Secara umum, seluruh biaya personil ditanggung oleh pemerintah negara bagian, da infrastruktur oleh masyarakat. Tanggung jawab pemerintah Federal untuk pendidikan tinggi terutama yang berhubungan dengan pembangunan fisik dan perluasan institusi pendidikan tinggi, pengadaan penelitian serta peralatan pengajaran, dan secara umum memberi dukungan terhadap panalitian. Sementara hampir semua program pendidikan (termasuk pembebasan uang kuliah pada pendidikan tinggi) bersifat gratis. Pemerintah Federal juga memberikan bantuan uang kepada sebagian siswa sekolah menengah dan mahasiswa perguruan tinggi.
       Pengeluaran  pemerintah untuk pendidikan mencapai 3,7% (Jerman Barat) dariGNP (Gross National Product) dalam tahun 1990, dan ditambah 1,7%untukpenelitian.Investasi swasta untukpenelitian dan pembangunan berjumlah 3,9%, sehingga pengeluaran tahun 1990 mencapai 9,3% dari GNP. Tetapi semenjak 1975sebagai pertanda berakhirnya perluasan sistem secara menyeluruh. Dalam tahun1989, unit biaya pendidikan per siswa untuk sekolah-sekolah adalah DM 6,2000 (Us$3,650) dan DM 17,100 (US$10,060) per siswa pada pendidikan tinggi.[16]



C. PENDIDIKAN ISLAM DI NEGARA JERMAN
1. Komunitas Muslim di Jerman
       Keberadaaan orang-orang Islam pertama sekali di negeri Jerman tidak terlepas dari masuknya bangsa Turki ke wilayah tersebut di akhir abad ke 17 yang merupakan respons perlawanan terhadap kolonialisme Barat. Mereka menetap dan berketurunan di wilayah tersebut. Ketika bangkitnya industri-industri di Eropah, banyak warga Muslim dari Turki dan Timur Tengah melakukan migrasi untuk mencari pekerjaan ke Eropa termasuk Jerman. Tahun 1961, 1963, dan 1965 orang-orang keturunan Turki, Maroko, dan Tunisia direkrut sebagai pekerja di Jerman atas persetujuan antara pemerintah Jerman dengan negara-negara bersangkutan. Belakangan warga Muslim dari Libanon, Palestina, Afganistan, Aljazair, Iran, Iran dan Bosnia juga datang ke Jerman mengungsi karena negara mereka dilanda perang. Karena merupakan negara maju, Jerman juga menjadi target bisnis dan pendidikan. Banyak para profesional, pebisnis, pekerja dan mahasiswa Muslim dari India, Pakistan, dan Asia Tenggara datang dan sebagian menetap di sana.
       Jumlah penduduk Muslim di Jerman saat ini berkisar 3,7 juta jiwa. Mayoritas adalah keturunan Turki dengan jumlah lebih dari 2 juta orang. Menurut statistik tahun 1999, komposisi kaum Muslim di negeri ini adalah sbb: Turki 2.053.564, Bosnia 167.690, Iran 116.446, Marokko 81.450, Afghanistan 71.955, Libanon 54.063, Pakistan 36.924, Tunisia 26.396, Syiria 19.055, Aljazair 17.705, Irak 16.745, Mesir 13.455, Yordania 12.249, Albania 10.528,  Indonesia 9.470, Somalia 8.248, Banglades 7.156, Sudan 4.615, Malaysia 3.084, Senegal, 2.509, Gambia 2.371, Libya 1.898, Kirgistan 1.662, Azerbaijan 1.399, Guinea 1.287, Usbekistan 1.249, Yaman 1.083. Tidak jelas berapa jumlah Muslim yang berasal dari Jerman sendiri. Satu laporan dari Lembaga Statistik Khusus umat Islam di Jerman menyebutkan sedikitnya 18.000-an orang, namun ada dugaan menyebutkan sekitar 40.000 orang.
2. Konversi Agama ke Islam
       Satu fenomena yang menarik belakangan bahwa tingkat konversi orang-orang Jerman ke Islam cukup tinggi. Majalah ternama Jerman Der Spiegel pernah menyebutkan bahwa antara Juli 2004 dan Juni 2005 saja terdapat sekitar 4000 orang di JermanmasukIslam(lihatjugalaporanRTL: http://www.youtube.com/watch?v=mhMdTjLXo). Kebanyakan para muallaf berasal dari kalangan terpelajar. Menariknya, fenomena ini terjadi justru disaat media-media Barat gencar mengaitkan Islam dengan terorisme.
       Apa motivasi masuknya orang-orang Jerman ke Islam? Monika Wohlrab-Sahr dari Institut für Kulturwissenschaften Universitas Leipzig dalam studinya menyatakan “viele auf der Suche nach dem “Andersartigen” (banyak yang sedang mencari “bentuk lain”). Dalam banyak kasus, katanya. “..die Konvertiten meist aus einer vorangegangenen Lebenskrise heraus den Islam entdeckten und nicht, wie oft im Nachhinein geschildert werde, ein tatsächlicher Vergleich mit anderen Religionen stattgefunden habe. (Banyak pelaku konversi tersebut mengalami problematika kehidupan dan menemukan solusi dalam Islam, bukan karena membanding-bandingkannya dengan agama lain, sebagaimana yang kerap digambarkan). Monika menyebutkan bahwa penekanan terhadap kedisiplinan dan kepatuhan dalam Islam lebih kuat. Salah seorang muallaf menyebutkan tertarik pada Islam karena ajaran ini paling jelas merinci tuntunan hidup bagi umatnya. Ada juga yang mengakui meski Islam saat mundur dari peradaban Barat, namun ajarannya tetap relevan hingga saat ini.
3. Kebebasan Beragama
       Di Jerman, kebebasan beragama dijamin oleh Undang-Undang. Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Dasar Jerman (Grundgesetz) menyebutkan Die Freiheit des Glaubens, des Gewissens und die Freiheit des religiösen und weltanschaulichen Bekenntnisses sind unverletzlich. (Kebebasan beragama dan memiliki pandangan filosofis hidup tidak boleh diganggu). Memang belakangan terdapat beberapa kasus dimana warga Muslim mendapat diskriminasi di Jerman misalnya dalam masalah jilbab. Namun hal ini bukanlah kasus yang fenomenal dan tidak merubah kebijakan pemerintah Jerman terhadap umat Islam. Secara umum, masyarakat Jerman sangat menghargai kebebasan beragama.
       Sebuah survey yang pernah dilakukan Stiftung Konrad Adenauer menunjukkan bahwa dua pertiga peserta polling percaya bahwa umat Islam harus diberikan kebebasan untuk melaksanakan ajaran agama mereka.
       Organisasi-organisasi Islam di Jerman umumnya berafilisasi kepada kelompok-kelompok kultural seperti tersebut diatas. Namun belakangan ada upaya-upaya penyatuan dengan membuat lembaga yang berfungsi sebagai mediator dan pemersatu berbagai organisasi yang ada.
4. Pendidikan Islam Formal
       Berbeda dengan kebanyakan negara-negara lain di Eropa, Jerman dalam perkembangan terakhir, mulai memperbolehkan pelajaran agama Islam bagi para pelajar Muslim di sekolah-sekolah umum. Biasanya pelajaran agama dilakukan orang-orang Islam secara non-formal di mesjid-mesjid atau kelompok-kelompok masyarakat. Kebijakan baru yang merupakan hasil dari penggodokan bersama antara pemerintah Jerman dan komunitas Muslim di Jerman ini adalah salah satu upaya mendukung proses integrasi sosial Muslim di Jerman. Menurut Wolfgang Schrauber, Menteri Dalam Negeri Jerman, kebijakan tersebut dapat menjembatani perbedaan yang kerap timbul.
       Tidak hanya di level sekolah, pendidikan Islam juga mulai diperkenalkan pada tingkat akademik dengan membuka Jurusan Teologi Islam di perguruan tinggi di Jerman. Pendidikan pada tingkat akademik ini dianggap dapat memberi solusi terhadap masalah kehidupan Muslim dalam keragaman dan juga dapat mengangkat isu partisipasi mereka dalam diskursus politik di negara tersebut.
5. Mesjid Sebagai Pusat Pembinaan
       Karena tidak adanya infrastruktur keagamaan formal, mesjid-mesjid di Jerman memiliki peran yang sangat penting dalam pembinaan komunitas Muslim. Mesjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tapi juga sebagai tempat pendidikan/pengajaran, pertemuan sosial keagamaan, acara perkawinan, dan pusat bisnis. Karenanya tidak sedikit mesjid yang memiliki toko, restoran, perpustakaan, dan ruang pertemuan. Saat ini jumlah mesjid di Jerman berkisar 2000, namun sebagian besar tidak dalam bentuknya yang umum, melainkan ruko-ruko yang berada dekat pusat bisnis dan perumahan kaum Muslim. Tuntutan kaum Muslimin untuk membangun mesjid dalam bentuknya yang umum selalu kandas di tingkat parlemen setempat. Namun sejak tahun 1990-an, banyak mesjid yang utuh dan megah di bangun. Satu laporan menyebut sekitar 200 telah terbangun dan lebih dari 30 dalam proses pembangunan.
       Sebagai catatan akhir, dapat dikatakan bahwa perkembangan Islam dan komunitas Muslim di Jerman tampak memberi dampak yang positif bagi kehidupan masyarakat Jerman. Penerimaan Islam oleh masyarakat Jerman sendiri menunjukkan agama ini memberikan alternatif bagi pemecahan masalah kehidupan mereka. Islam tidak lagi diidentikkan sebagai agama para imigran melainkan agama yang terintegral dari kehidupan mereka sendiri. Integrasi Islam dan kultur mereka inilah yang akan membangun apa yang dikenal sebagai “Euro Islam”.( Dr. Phil. H. Zainul Fuad, M.A.)






BAB III

 ANALISI PERBANDINGAN PENDIDIKAN
DI JERMAN DAN PENDIDIKAN DI INDONESIA

NO
PERMASALAHAN PENDIDIKAN
PERBANDINGAN
ANALISIS
JERMAN
INDONESIA
1.

Tujuan
Ø  Untuk membentuk pribadi sosialis.
Ø  Mengembangkan individualitas dan partisipasi dalam kehidupan masyarakat.
Ø  Menyiapkan lulusan yang berkualitas.
Ø  Undang-undang tentang Sekolah khusus dan Universitas ditetapkan tujuan umum pendidikan dengan tekanan pada pengembangan individualitas dan partisipasi dalam kehidupan.
Ø  Mencerdaskan kehidupan bangsa serta pembentukan manusia seutuhnya berdasarkan pancasila dan UUD 1945 bahwa setiap warga negara berhak menerima pengajaran.
Ø  Untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Setiap negara memiliki tujuan pendidikan masing-masing yang tujuannya untuk memperbaiki taraf hidup menjadi lebih baik, suatu bangsa dapat dikatakan maju yaitu dapat dinilai dari kualitas pendidikan yang ada di negara terse







2
Sistem
Sistem pendidikan Jerman Barat adalah desentralisasi sedangkan Jerman Timur adalah sentralisasi.
Sistem pendidikan di Indonesia adalah sentralisasi, namun dalam penyelengaraannya satuan dan kegiatan pendidikan dilaksanakan secara desentralisasi.
Kedua negara tersebut memiliki sistem pendidikan yang sama, yang dalam pelaksanaannyapun dapat berjalan dengan baik.
3
Dasar

Jerman Timun dalam dasar pendidikannya lebih condong ke arah pengembangan nilai-nilai sosialis-komunisme, sedangkan Jerman Barat bertitik tOlak dari nilai-nilai Demokrasi yang lebih liberal, yang membiarkan kompetisi individual berkembang secara alamiah.
Indonesia mendasari pendidikan dengan falsafah pancasila.
Kedua negara ini memiliki dasar yang berbeda, namun perbedaan Dasar tersebut tidak menjadi penghambat untuk setiap negara dalam mewujudkan pendidikan, selagi dasar yang di anut itu tidak menyimpang aturan pendidikan, maka dapat dikatakan sah-sah saja, demi mewujudkan pendidikan yang semakin lebih baik.
4
Kurikulum

Menteri-menteri pendidikan negara bagian menentukan kurikulum mereka sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan mereka melakukan itu melalui tiga jenis instrumen yaitu,  pertama, tabel yang menguraikan jumlah jam belajar per minggu, serta mata pelajaran sesuai dengan “grade” dan jenis sekolah.
 kedua, pedoman kurikulum.
ketiga, pemberian wewenang penulisan dan pengadaan buku teks.

Berdasarkan standar nasional disesuaikan dengan perkembangan peserta didik dengan kebutuhan lingkungan pendidikan nasional.
Kurikulum yang digunakan di indinesia menurut kami baik karena dalam kurikulum tersebut diterapkan cara penyesuaian terhadap perkembangan peserta didik dengan lingkungan hal ini dapat memudahkan pendidik dalam memahami karakter dan kemampuan anak didik.
Kemudian kurikulum yang digunakan di negara Jerman juga baik, selagi tidak menyimpang dengan pendidikan.
5
Proses
Keputusan untuk metode mengajar tertentu sepenuhnya diserahkan kepada guru. konsep “pengajaran terbuka” atau “open instruction” yang menekankan pada “murid belajar atas dorongan sendiri”.
1. pendidikan formal,
2. nonformal, dan
3. informal.

Proses pendidikan yang diterapkan di jerman cukup menarik, tak ada salahnya indonesia dapat mengadopsi tehnik yang digunakan di Jerman agar dapat membangun pendidikan di indonesia lebih baik lagi. Tehnik tersebut nantinya dapat di terapkan pada pendidikan di indonesia baik dalam pendidikan  formal, non formal dan informal. Tak ada salahnya hal ini dicoba.
6
Evaluasi
Tidak ada evaluasi nasional yang dilakukan secara teratur mengenai hasil pendidikan.
Apabila di bandingkan dengan negara lain, Jerman belum banyak melakukan penelitian empiris dalam bidang pendidikan.
Evaluasi Pasal 58
1.      Evaluasi hasi belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan
dalam kegiatan Evaluasi pendidikan ternyata indonesia dapat dikatakan lebih baik di bandingkan dengan Negara Jerman.
7
Pembiayaan
Dengan pengecualian pendidikan tinggi, keuangan pendidikan sepenuhnya berada di tangan Lender dan masyarakat setempat. Secara umum, seluruh biaya personil ditanggung oleh pemerintah negara bagian, dan infra struktur olehmasyarakat
Sumber pendanaan pendidikan di Indonesia berasal dari APBN, APBD ditanggung bersama antar pusat, daerah dan masyarakat
Dalam masalah administrasi pendidikan, kedua negara ini memiliki peran yang baik dalam bidang pendidikan, dan masyarakat juga ikut berpartisipasi dalam masalah administrasi pendidikan.















   
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pendidikan di Indonesia dan di Jerman walaupun memiliki perbedaan yang signifikan, tapi terdapat juga persamaan dengan istilah yang berbeda. Baik di luar maupun di dalam negri terdapat ilmu yang positif tergantung kita yang menjalankan untuk kedepannya.
Dari berita diatas, Jerman termasuk Negara favorit untuk mahasiswa Indonesia yang kuliah disana. Karena pendidikan yang lebih luas dan lebih besar dengan biaya kehidupan yang tidak terlalu mahal dibandingkan dengan Negara lain di Eropa.
Sistem pendidikan Jerman yang sangat terintegrasi dan baik, apabila dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya, biaya pendidikan tinggi di Jerman dapat dikatakan jauh lebih murah dan bahkan gratis. 90% dari seluruh universitas di Jerman adalah universitas negeri yang dibiayai oleh pajak Warga Negara Jerman dan sisanya sebanyak 10% adalah universitas swasta yang tidak mendapatkan bantuan dana dari pemerintah.
Hanya saja, kemampuan ekonomi Indonesia yang saat ini masih dikategorikan sebagai negara berkembang, tentu saja menyebabkan banyak penghalang bagi siswa atau pun mahasiswa yang berkeinginan untuk meneruskan pendidikannya ke Jerman karena permasalahan biaya. Sebagai jawaban atas tantangan itu dan sebagai bentuk kerja sama bilateral Jerman terhadap perkembangan pendidikan Indonesia, Jerman membentuk suatu lembaga khusus yang bertugas untuk menyalurkan bantuan beasiswa pendidikan kepada siswa-siswa dan mahasiswa-mahasiswa berprestasi di Indonesia untuk meneruskan pendidikannya di Jerman. Lembaga ini dinamakan Deutsher Akademischer Austauschdienst (DAAD).
Walaupun kita kuliah di luar seperti di Jerman, bukan berarti kita meremehkan pendidikan di Indonesia, hanya saja pendidikan di luar negri lebih besar dengan orang orang disekitarnya yang berasal dari penjuru dunia. Kita dapat mengambil ilmu lebih banyak dari orang orang tersebut, dan ilmu yang kita dapatkan bisa dikembangkan dinegara kita sendiri.



B. SARAN DAN HARAPAN
1. Saran
Tidak dapat kita pungkiri bahwa pendidikan di Indonesia jika di bandingkan dengan negara Jerman memang masih tertinggal tentang masalah kualitas, baik dari segi mutu pendidikannya maupun menejemen pendidikannya.Berdasarkan uraian di atas kami dapat menyarankan kepada pihak yang terkait masalah pendidikan yang ada di Indonesia agar dapat berkaca bahkan dapat mengadopsi tentang sistem menejemen pendidikan yang ada di negara Jerman lebih-lebih tentang masalah pembiayaan pendidikan. Karena kita tau bahwa biaya pendidikan di Indonesia dirasa masih teramat mahal jika di bandingakan dengan negara sekelas Jerman yang jauh lebih unggul kualitas pendidikan nya.
2. Harapan
Harapan kami kedepannya dan mungkin ini juga menjadi harapan seluruh masyarakat Indonesia yang masih perduli tentang pendidikan, yaitu terciptanya kualitas pendidikan yang unggul dan segala hal yang berkaitan dengan pendidikan di Indonesia sehingga bukan tidak mungkin pendidikan di Indonesia dapat disejajarkan dengan negara maju sekelas Jerman misalnya.

C.PENUTUP
Alhamdulillah , makalah kami dapat kami selesaikan dengan baik, ucapan terima kasih untuk semua pihak yang ikut membantu dalam penyelesaian makalah kami, namun kami sadar masih banyak kekurangan baik itu mengenai isi maupun tata cara penulisan yang baik dan benar.Maka dari itu kami menunggu saran kritik dari pembaca dalam hal pembenahan makalah kami.Dan semoga makalah kami dapat bermanfaat bagi semua khususnya bagi orang-orang yang masih perduli dengan pendidikan di Indonesia.




[1] Arif Rohman, Pendidikan Komparatif, (Yogyakarta: Laksbang Mediatama, 2010)., hlm 124-125

[2] Agustiar Syah Nur, Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara, ( Bandung: Penerbit Lubuk Agung Bandung, 2001)., hlm. 155-156
[3] Ibid., hlm. 156
[4] Agustiar Syah Nur, Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara, (Bandung: Penerbit Lubuk Agung Bandung, 2001)., hlm. 156
[5] Ibid, hlm. 158
[6] Abd Rachman Asegaf, Internasionalisaasi Pendidikan Sketsa Perbandingan di Negara-negara Islam dan Barat, (Yogyakarta: Gama Media, 2003)., hlm. 198
[7] Agustiar Syah Nur, Op.Cit., hlm. 159
[8] Abd Rachman Asegaf, Op.Cit., hlm. 195-198
[9] Agustiar Syah Nur, Op.Cit., hlm. 162-163
[10]  I.N Thut dan Don Adams, Pola-pola Pendidikan dalam Masyarakat Kontemporer Seri Perbandinga Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005)., hlm. 144
[11] Agustiar Syah Nur, Op.Cit., hlm. 163-164
[12] Abd Rachman Assegaf, , Internasionalisaasi Pendidikan Sketsa Perbandingan di Negara-negara Islam dan Barat, (Yogyakarta: Gama Media, 2003)., hlm. 209-210 
[13] Ibid., hlm. 211-212

[14] Agustiar Syah Nur, Op.Cit., hlm. 167
[15] Ibid., hlm. 166
[16] Ibid, hlm. 166 

No comments:

Post a Comment

Designed By