PENDAHULUAN
- Latar
belakang
Istilah wacana berasal dari kata sansekerta yang bermakna ucapan
atau tuturan. Kata wacana adalah salah satu kata yang banyak disebut seperti
halnya demokrasi, hak asasi manusia, dan lingkungan hidup. Seperti halnya banyak
kata yang digunakan, kadang-kadang pemakai bahasa tidak mengetahui secara jelas
apa pengertian dari kata yang digunakan tersebut. Ada yang mengartikan wacana
sebagai unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Ada juga yang mengartikan
sebagai pembicaraan. Kata wacana juga banyak dipakai oleh banyak kalangan mulai
dari studi bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan
sebagainya. Pembahasan wacana berkaitan erat dengan pembahasan keterampilan
berbahasa terutama keterampilan berbahasa yang bersifat produktif, yaitu
berbicara dan menulis. Baik wacana maupun keterampilan berbahasa, sama-sama
menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi.
Wacana berkaitan dengan unsur intralinguistik (internal bahasa) dan
unsur ekstralinguistik yang berkaitan dengan proses komunikasi seperti
interaksi sosial (konversasi dan pertukaran) dan pengembangan tema (monolog dan
paragraf). Realitas wacana dalam hal ini adalah eksistensi wacana yang berupa
verbal dan nonverbal. Rangkaian kebahasaan verbal atau language exist
(kehadiran kebahasaan) dengan kelengkapan struktur bahasa, mengacu pada
struktur apa adanya; nonverbal atau language likes mengacu pada wacana sebagai
rangkaian nonbahasa (rangkaian isyarat atau tanda-tanda yang bermakna).
Wujud wacana sebagai media komunikasi berupa rangkaian ujaran lisan
dan tulis. Sebagai media komunikasi wacana lisan, wujudnya dapat berupa sebuah
percakapan atau dialog lengkap dan penggalan percakapan. Wacana dengan media
komunikasi tulis dapat berwujud sebuah teks, sebuah alinea, dan sebuah
wacana.Berdasarkan uraian di atas, betapa pentingnya apa itu wacana dan
memahaminya supaya tidak terjadinya kesalah pahaman dalam pengertian wacana,
maka dari itu kami menbahas topik wacana.
- Rumusan
Masalah
Untuk menghindari adanya kesimpangsiuran dalam makalah ini, maka
kami membatasi masalah-masalah yang akan dibahas diantaranya:
- Apakah pengertian wacana?
- Apasajakah ciri-ciri
wacana ?
- Apakah Pengertian kerangka
karangan ?
- Apakah pengertian
kutipan dan blibliografi ?
2. Tujuan
Penulisan
- Untuk mengetahui pengertian
wacana
- Untuk mengetahui apasaja ciri-ciri
wacana
- Untuk mengetahui Pengertian kerangka
karangan
- Untuk mengetahui pengertian kutipan
dan blibliografi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Wacana
Bahasa
bukan merupakan satu satuan yang terpisah-pisah. Morfem, kata, kelompok kata,
klausa, kalimat, kosa kata bukanlah suatu unsur bahasa yang terpisah-pisah atau
dengan kata lain dapat dipisah-pisahkan, merupakan satu kesatuan dari bahasa
yang sebagai sistem simbolik yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dalam
keseharian, pendidikan, lingkungan, maupun sosial.
Istilah
wacana berasal dari bahasa sansekerta yang berarti ucapan atau tuturan.
Menurut Alwi,dkk (2003:42), wacana merupakan rentetan kalimat yang berkaitan
sehingga membentuk makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. Menurut
Tarigan (dalam Djajasudarma, 1945:5) wacana adalah satuan bahasa yang
terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan
koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan, yang mempunyai awal dan
akhir yang nyata. Menurut Syamsuddin (1992:5) menjelaskan pengertian wacana
sebagai rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal
(subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis dalam suatu kesatuan yang
koheren, dibentuk dari unsur segmental maupun non segmental bahasa.
Berikut ini merupakan pengertian wacana menurut para ahli.
1.
Menurut
Harimurti Kridalaksana, wacana (discourse) adalah satuan bahasa
terlengkap dan merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar dalam
hierarki gramatikal. (1983:179 dalam Sumarlam, 2009:5).
2.
Henry Guntur Tarigan
(1987:27) mengemukakan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang paling lengkap,
lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki kohesi dan koherensi yang baik,
mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan, dan dapat disampaikan
secara lisan atau tertulis.
3.
James
Deese dalam karyanya Thought into Speech: the Psychology of a
Language (1984:72, sebagaimana dikutip ulang oleh Sumarlam, 2009:6)
menyatakan bahwa wacana adalah seperangkat proposisi yang saling berhubungan
untuk menghasilkan suatu rasa kepaduan atau rasa kohesi bagi penyimak atau
pembaca. Kohesi atau kepaduan itu sendiri harus muncul dari isi wacana, tetapi
banyak sekali rasa kepaduan yang dirasakan oleh penyimak atau pembaca harus
muncul dari cara pengutaraan, yaitu pengutaraan wacana itu.
4.
Fatimah
Djajasudarma (1994:1) mengemukakan bahwa wacana adalah rentetan kalimat yang
berkaitan, menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain,
membentuk satu kesatuan, proposisi sebagai isi konsep yang masih kasar yang
akan melahirkan pernyataan (statement) dalam bentuk kalimat atau wacana.
5.
Hasan
Alwi, dkk (2000:41) menjelaskan pengertian wacana sebagai rentetan
kalimat yang berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara
kalimat-kalimat itu. Dengan demikian sebuah rentetan kalimat tidak
dapat disebut wacana jika tidak ada keserasian makna. Sebaliknya,
rentetan kalimat membentuk wacana karena dari rentetan tersebut terbentuk makna
yang serasi.
6.
I.G.N.
Oka dan Suparno (1994:31) menyebutkan wacana adalah satuan bahasa yang membawa
amanat yang lengkap.
7.
Sumarlam,
dkk (2009:15) menyimpulkan dari beberapa pendapat bahwa wacana adalah satuan
bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti pidato, ceramah,
khotbah, dan dialog, atau secara tertulis seperti cerpen, novel, buku, surat,
dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari segi bentuk
bersifat kohesif, saling terkait dan dari struktur batinnya (dari segi makna)
bersifat koheren, terpadu.
Dari
pemaparan para ahli di atas dapat kita simpulkan bahwa wacana merupakan suatu
tatanan bahasa yang memiliki unsure gramatikal dan memiliki nilai kohensi dan
koheren yang dapat di tuangkan dengan cara pengucapan atau tulisan.
Secara umum pengertian wacana adalah rentetan kalimat yang
saling berkaitan dan menghubungkan proposisi yang
satu dengan proposisi lainnya di dalam kesatuan makna (semantis) antarbagian di
dalam suatu bangun bahasa. Wacanamerupakan satuan bahasa terlengkap dan utuh karena
setiap bagian di dalam wacana itu berhubungan secara padu.
A.1. Macam-macam
Wacana
Wacana
juga memiliki berbagai macam ataupun jenis karakteristik salah satunya adalah
macam wacana berdasarkan alat komunikasi, berdasarkan fungsi dan bentuknya, dan
jenis pemakaiannya.
a. Wacana Berdasarkan Alat Komunikasi
Wacana berdasarkan alat komunikasi terbagi menjadi dua yaitu:
1. Lisan
Wacana lisan merupakan sebuah wacana atau ungkapan yang di
ucapkan/dituangkan secara lisan (langsung) bisa dalam bentuk perbincangan,
pidato, dan lain sebagainya.
2. Tulisan
Kebalikan dari wacana lisan, wacana tulisan adalah suatu wacana
atau ungkapan yang di kemukakan dengan cara tulisan (tidak langsung) misalnya
dalam bentuk konteks/teks.
b. Wacana Berdasarkan Jenis Pemakaian
1. Monolog
Wacana monolog merupakan suatu jenis wacana yang dilakukan sendiri
(individual) dan tidak ada balikan atau tanggapan dari orang lain, maka
pembicara juga tidak dapat berperan sebagai pendengar.
2. Dialog
Apabila terjadi percakapan sebanyak dua orang dan terjadi pergantian
peran adanya seorang pembicara sebagai pendengar dan sebaliknya seorang
pendengar menjadi pembicara maka wacana tersebut merupakan wacana dialog.
3. Polilog
Jika komunikasi terjadi lebih dari dua orang dan terjadi pergantian
peran dari masing-masing pembicara dan pendengar, maka wacana disebut sebagai
polilog.
c. Wacana Berdasarkan Fungsi dan
Bentuknya
1. Wacana Narasi
Narasi merupakan karangan yang berisi peristiwa atau kejadian
sehingga pembaca seolah-olah mengalami kejadian ataupun peristiwa tersebut.
Karangan narasi biasa di dapati pada biografi tokoh karena pada umumnya
biografi berbentuk narasi.
Secara sederhana, paragrap narasi diartikan sebagai wacana yang
berupa cerita yang memiliki unsur urutan peristiwa, latar, dan tokoh.
Selain daripada itu, juka ditinjau dari perkembangannya wacana
narasi terbagi atas dua yaitu:
Ø Narasi fiksi (Sugestif)
Menceritakan peristiwa imajinatif (khayalan) seperti novel dan
cerpen.
Ø Narasi nonfiksi (kspositori)
Merupakan narasi yang menceritakan kejadian-kejadian yang factual atau
sesuatu yang benar-benar ada dan terjadi seperti biografi atau laporan
perjalanan.
2. Wacana Deskripsi
Wacana deskripsi merupakan sebuah wacana yang menggambarkan suatu
hal atau kejadian dengan kata-kata secara jelas dan terperinci. Biasanya wacana
deskripsi menceritakan tentang watak seseorang, keindahan alam, keadaan fisik
seseorang, atau bisa juga menceritakan perasaan seseorang.
Contoh:
Sabtu malam. Aku duduk sambil menyalakan TV. Hening, sepi
sudah menjadi makanan sehari-hari untukku, komedi yg biasa menghiburku tak
terasa seperti biasanya. Aku mengganti chanel TV, ku liat sebuah film, sesuai
dengan keadaanku saat itu, hening, sepi, haru bercampur menjadi satu sampai tak
bisa terdefenisi. Ayah mengapa aku berbeda,berceritakan seorang anak tunarungu
yg punya seorang ayah hebat di balik orang-orang yg mem-bully nya.
Ayah itu yg selalu melindungi baik fisik maupun batin. Sekilas aku berfikir
"beruntung sekali anak itu, di anugrahkan seorang ayah yg hebat".
Tapi di balik keberuntungan itu, tercipta suatu yg tak adil menurutnya yaitu ia
kehilangan ibu tercintanya saat masih kecil dan dia harus melewati hari-hari
dengan kekurangan yg tak semua orang bisa terima, sama seperti kekuranganku yg
tak semua orang bisa terima. Lalu aku bangun untuk mengambil secangkir susu
hangat. Ku tonton kembali film itu sambil fikiranku melayang-layang memikirkan
apa yg terjadi dengan dunia ini?
Aku memojokkan diriku sendiri dengan pertanyaan-pertanyaan aneh yg tak bisa kujawab. Kenapa di dunia ini harus ada kekurangan? Kenapa hampir keseluruhan dari dunia ini tak mau menerima kekurangan? Aku berfikir keras untuk menjawab pertanyaanku sendiri
Aku memojokkan diriku sendiri dengan pertanyaan-pertanyaan aneh yg tak bisa kujawab. Kenapa di dunia ini harus ada kekurangan? Kenapa hampir keseluruhan dari dunia ini tak mau menerima kekurangan? Aku berfikir keras untuk menjawab pertanyaanku sendiri
AKU MENGELUH. Tuhan, aku lelah berfikir apa yg terjadi. Aku lelah menahan sakitnya kekurangan yg ada di dalam diriku, aku lelah untuk menangis dan bingung untuk memikirkan kenpa? Kenapa? Dan kenapa?.
Tiba-tiba aku tersentak, fikiranku terbayang tentang sekilas jawaban dari pertanyaanku, tapi apa? Ku paksa fikiranku untuk bisa menjawab.
HATIKU BERBICARA "Tuhan sengaja menciptakan kekurangan dalam
diri seseorang". Aku tertegun, melongok seperti orang bingung. Jawaban apa
itu? Siapa yg menjawabnya? Kenapa kalimat itu berasal dari dalam hatiku
sendiri? Apakah ini yg dinamakan suara hati, atau malaikat?
HATIKU BERBICARA LAGI "Tuhan maha tau. IA tau apapun yg dilakukanNYA. Tuhan ingin tau siapa yg sabar dan selalu bersyukur terhadapNYA, itulah penyebab kekurangan di dalam diri seseorang tak akan pernah terlepas ataupun lenyap”
HATIKU BERBICARA LAGI "Tuhan maha tau. IA tau apapun yg dilakukanNYA. Tuhan ingin tau siapa yg sabar dan selalu bersyukur terhadapNYA, itulah penyebab kekurangan di dalam diri seseorang tak akan pernah terlepas ataupun lenyap”
HATIKU BERBICARA KEMBALI "bukan dunia yg tak menerima kekurangan, tapi manusia. Bukan karna modernisasi yg buat orang-orang tak mau menerima kekurangan, tapi karna hati. Tuhan ingin tau siapa yg ikhlas menerima kekurangan dan hati mana yg ikhlas menerima kekurangan orang lain. Mencintai Tuhan-NYA dengan cara bersyukur dan menerima kekurangan sendiri atau orang lain". Aku tersenyum lega mendapat jawaban itu. “Tuhan Hebat” fikirku.
HATIKU
BERBICARA SEKALI LAGI "ada kekurangan yg di ciptakan diri sendiri karna
setan, tapi Tuhan tetap menilai cinta kepadaNYA bagi orang-orang yg
ikhlas". Aku tersadar dari lamunanku,
ternyata filmnya sudah selesai dan malam semakin larut. Aku mematikan TV dan
merebahkan badanku di kasur.
AKU BERBICARA DALAM HATI "terima kasih Tuhan, aku ikhlas dengan kekuranganku agar aku tau siapa yg mencintaiku karnaMU" aku menutup mataku hingga tertidur.
AKU BERBICARA DALAM HATI "terima kasih Tuhan, aku ikhlas dengan kekuranganku agar aku tau siapa yg mencintaiku karnaMU" aku menutup mataku hingga tertidur.
3. Wacana Eksposisi
Wacana yang menerangkan atau memaparkan suatu hal atau objek
disebut sebagai wacana eksposisi, dan diharapkan para pembaca dapat memahaminya
dengan jelas. Biasanya wacana eksposisi sering menggunakan kutipan dari para
ahli guna untuk membuat si pembaca mempercayai wacana tersebut.
Contoh:
Sementara itu, Sri Hindaryati Dahana mengungkapkan, anggaran
pendidikan yang disiapkan Pemprov NAD dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) tahun 2002 tergolong besar, yaitu sebesar Rp.705,7 miliar atau
sekitar 44,9 persen dari total APBD NAD yang mencapai Rp.1,57 triliun. Di pihak
lain, ia menyoroti kecilnya anggaran yang disiapkan Pemprov NAD untuk masalah
ketenagakerjaan yang hanya 0,1 persen atau sebesar Rp.2,1 miliar.
4. Wacana Argumentasi
Kata argumen berarti atau bermakna “alasan” sedangkan argumentasi
“pemberian alasan yang kuat dan meyakinkan”. Dengan demikian, wacana
argumentasi merupakan wacana yang mengungkapkan alasan, contoh, dan bukti yang
kuat, yang bertujuan untuk meyakinkan orang lain (para pembaca) agar mereka
membenarkan pendapat, sikap dan perkataan kita.
Sebagai contoh kecil misalnya Anda ingin meyakinkan teman atau
oranglain bahwa Perguruan Tinggi yang Anda tempuh merupakan perguruan tinggi
yang baik, maka Anda dapat menulis pernyatan tersebut kedalam bentuk wacana
argumentasi.
Untuk lebih jelasnya lagi, bacalah contoh wacana argumentasi di
bawah ini!
Membudayakan kegemaran membaca bukanlah hal yang mudah. Banyak
tantangan yang melatari pembudyaan kegemaran membaca. Pertama kurangnya
pemahaman masyarakat sendiri terhadap pentingnya buku. Buku masih dianggap
kebutuhan nomor sekian. Kenyataan ini terlihat ketika kebutuhan pokok sudah
terpenuhi, orang jarang menyisihkan uangnya untuk membeli buku. Sulit sekali
menjadikan sebuah buku sebagai kebutuhan utama. Akan tetapi, unuk mendengarkan
sebuah kaset dan menonton film, banyak orang yang tak sungkan mengeluarkan
uang.
A.2.Ciri-ciri Wacana
Syamsuddin (1992:5) menjelaskan ciri dan sifat sebuah wacana
sebagai berikut.
1.
Wacana
dapat berupa rangkaian kalimat ujar secara lisan dan tulis atau rangkaian
tindak tutur
2.
Wacana
mengungkap suatu hal (subjek)
3.
Penyajian
teratur, sistematis, koheren, lengkap dengan semua situasi pendukungnya
4.
Memiliki
satu kesatuan misi dalam rangkaian itu
5.
Dibentuk
oleh unsur segmental dan nonsegmental
Secara umum ciri-ciri wacana adalah sebagai berikut:
1.
Satuan
gramatikal
2.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) gramatikal adalah tatabahasa. Jadi Satuan
Gramatikal adalah keutuhan atau kesatuan tatabahasa.
3.
Satuan
terbesar, tertinggi, atau terlengkap
4.
Untaian
kalimat-kalimat
5.
Memiliki
hubungan proposisi
6.
Memiliki
hubungan kontinuitas, berkesinambungan
7.
Memiliki
hubungan koherensi
8.
Memiliki
hubungan kohesi
9.
Rekaman
kebahasaan utuh dari peristiwa komunikasi
10.
Bisa
transaksional juga interaksional
11.
Medium
bisa lisan maupun tulis
12.
Sesuai
dengan konteks
Selain ciri-ciri diatas, berikut juga merupakan ciri-ciri yang kami
rangkum dari jenis-jenis wacana sebagai berikut:
1. Ciri
wacana lisan dan tulisan
a. Lisan
· Adanya
penutur dan mitra tutur
· Bahasa
yang dituturkan
· Adanya
giliran bicara (dialog, pialog)
b. Tulisan
· Adanya
penulis dan pembaca
· Bahasa
yang dituliskan
· Penerapan
system ejaan
2. Ciri
wacana monolog, dialog, dan polilog
a. Monolog
· Hanya
dilakukan oleh satu orang
· Memiliki
peran tunggal
· Tidak
memiliki peran balik
b. Dialog
· Dilakukan
oleh dua orang
· Memiliki
peran ganda
· Dapat
bertukaran tempat sebagai pembicara atau pendengar
c. Polilog
· Dilakukan
oleh lebih dari dua orang
· Terjadi
pergantian peran
3. Ciri
wacana narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi
a. Narasi
· Bersifat
fakta ataupun fiktif
· Mengisahkan
peristiwa secara berurutan
· Adanya
sudut pandang pengarang
b. Deskripsi
· Memiliki
objek
· Harus
jelas dan terperinci
· Kalimat
langsung pada sasaran
· Kata-kata
yang digunakan harus denotasi (sebenarnya)
· Runtut
dan sistematis
c. Eksposisi
· Adanya
kutipan para ahli
· Menjabarkan
defenisi
· Menjabarkan
metode melaksanakan suatu kegiatan
d. Argumentasi
· Memerlukan
fakta
· Menggali
sumber ide dari pengamatan
· Penelitian
dan pengalaman
B. Kerangka Karangan
B.1. Pengertian Kerangka Karangan
Mengarang adalah mengorganisasi ide. Pengorganisasian ide diawali
dengan menyusun kerangka karangan. Dengan kerangka karangan, rangkaian ide
dapat disususn secara sistemati,logis,jelas,ter stuktur, dan teratur.Kerangka
karangan disebut juga ragangan (outline). Pada dasarnya, penyusunan outline proses
penggolongan dan penataan berbagai fakta yang kadang-kadang berbeda jenis dan
sifatnya, menjadi kesatuan yang berpautan.
Menurut Nursisto kerangka karangan sebagai rencana kerja yang
memuat garis-garis besar atau susunan pokok pembicaraan sebuah karangan yang
akan ditulis. Kerangka karangan ditulis dalam rangka untuk menghindari adanya
tumpang tindih pada bagian-bagian tertentu. Selain itu, penyimpangan-penyimpangan
dari topik pun dapat dihindarkan, dan juga akan menjamin bahwa penulisan akan
bersifat konseptual, menyeluruh, terarah, dan bersasaran dari target
pembacanya.
Menurut
Gie seseorang yang akan mengarang tanpa membuat kerangka karangan maka ia akan
mudah terjerumus kearah keadaan yang anarkis. Pengarang
akan mudah kehilangan kontrol terhadap karangan yang ia tuju. Tanpa outline
acap kali masalah dan uraian yang disuguhkan menjadi kabur, kurang jelas,
banyak bahan yang terlupa, ada bagian yang sejajar, tetapi diuraikan tidak
seimbang. Dengan outline, karangan akan tanpak tubuh karangansecara utuh.
Outline merupakan miniatur karangan.
Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat contoh outline yang sudah
diurutkan. Kerangka karangan(outline) ini disadur dari laporan penelitian
individu Drs. A. Umar, M.A., IAIN Walisongo Semarang Tahun 1997.
Topik
:
kesehatan mental islami
Judul
:
Konsep kesehatan mental islami dan aktualisasinya di lingkungan sekolah
Tujuan Penulisan
:
Menjelaskan tentang predikat kesehatan mental islami dan aktualisasinya
dilingkungan sekolah.
Kerangka Karangan :
1. Kesehatan mental islami
lain didalam suatu wacana. Disamping itu, yang perlu diperhatiakan pula
adalah masalah diksi dan penggunaan ejaan yang disempurnakan dengan benar.
Mengarang bagi pengarang dalam menuangkan gagasan-gagasannya kedalam karangan.
Denag cara ini pula, seorang guru atau dosen dapat mengajari siswa atau
mahasiswanya dengan lebih efe ktif dan efesien.
B. 2. Fungsi
kerangka karangan
1.
Memudahkan
pengendalian variabel,
2.
Memperlihatkan
pokok bahasan, sub-subbahasan karangan dan memberi kemungkinan perluasan
bahasan tersebut sehingga memungkinkan penulis menciptakan suasana kreatif sesuai
dengan variasi yang diinginkan.
3.
Mencegah
pembahasan keluar dari sasaran yang sudah dirumuskan dalam topik, judul,
masalah, tujuan, dan kalimat tesis,
4.
Memudahkan
penulis menyusun karangan secara menyeluruh,
5.
Mencegah
ketidaklengkapkan bahasan,
6.
Mencegah
pengulangan pembahasaan ide,
B.3. Bentuk-bentuk
kerangka karangan
1. Kerangka karangan berdasarkan perumusan teksnya
a. Kerangka
kalimat
Kerangka
kalimat mempergunakan kalimat deklaratif ( berita)
yang lengkap untuk merumuskan setiap topik, sub topik, maupun sub-sub topik.
Manfaat kerangka kaimat meliputi:
1)
1). Ia memaksa penulis untuk merumuskan dengan
tepat topik yang akan diuraikan, serta perincian-rincian tentang topik itu.
2)
.Perumusan topik-topik dalam tiap unit akan
tetap jelas, walaupun telah lewat bertahun-tahun.Penulis masih sanggup
mengikuti rencana aslinya, walaupun baru digarap bertahun-tahu kemudian.
3)
3). Kalimat yang dirumuskan dengan baik dan
cermat akan jelas bagi siapapun, seperti bagi pengarangnya sendiri.
b. Kerangka topik
Kerangka
topik dimulai dengan perumusan tesis dalam sebuah kalimat yang
lengkap. Sesudah itu semua pokok,. baik pokok-pokok utama maupun pokok-pokok
bawahan, dirumuskan dengan mencantumkan topiknya saja, dengan tidak
mempergunakan kalimat yang lengkap. Kerangka topik dirumuskan dengan
mempergunakan kata atau frasa. Sebab itu kerangaka topik tidak begitu jelas dan
cermat seperti kerangka kalimat. Kerangka topik manfaatnya kurang bila
dibandingkan dangan kerangka kalimat, terutama jika tenggang waktu antara perencanaan
antara kerangka karangan itu dengan penggarapannya cukup lama.
c .Gabungan antara kerangka kalimat dan
kerangka topik
Kerangka karangan yang menggabungkan antara kerangka kalimat dan kerangka
topik. Kerangka karangan yang mencakup kalimat berita dan dan sub-sub bagian
maupun pokok-pokok utama dan pokok-pokok bawahan.
2. Kerangka karangan berdasarkan rinciannya
a. kerangka karangan sementara
kerangka karangan sementara atau non formal merupakan suatu alat bantu,
sebuah penuntun bagi suatu tulisan yang terarah. Sekaligus ia menjadi
dasar untuk penelitiaan kembali guna mengadakan perombakan-perombakan yang
dianggap perlu. Karena kerangka karangan ini bersifat sementara, maka
tidak perlu disusun secara terperinci. Tetapi karena ia juga merupakan
sebuah kerangka karangan maka ia harus memungkinkan pengarangnya untuk
menggarap persoalannya secara dinamis, sehingga perhatian harus
dicurahkan sepenuhnya pada penyusunn-penyusunan kalimat-kalimat, alenia-alenia,
atau bagian-bagian tanpa memepersoalkan lagi bagaimana susunan karangannya,
atau bagaimana susunan bagian-bagiannya.
Perencanaan kerangka karangan
sementara dilakukan sesuai dengan prosedur. Mula-mula penulis merumuskan tesis
berdsarkan topik dan maksud utama dari karangan itu. Kemudian dibawah tesis itu
dibuat perinciaan berupa pencatatan semua hal yang mungkin dijadikan
pokok-pokok utama atau pokok-pokok tambahan bagi tesis tadi.Pokok-pokok yang
mempunyai hubungan satu sama lain atua mempunyain hubungan logis di
hubung-hubungkan dengan tanda panah, atau pokok yang tidak mempunyai hubungan
dengan tesis dicoret. Pokok-pokok yang diterima sebagai perinciaan dari tesis
lalu diurutkan sesuai dengan pola susunan yang dipilih, dengan diberi nomor-nomor
urut sesuai dengan pola susunan.
Kerangka
karangan non-formal biasanya terdiri dari tesis dan pokok-pokok utama, paling
tinggi dua tingkat perincian. Alasan untuk menggarap sebuah kerangka karangan
sementara dapat berupa topik yang tidak kompleks atau karena penulis segera
menggarap karangan itu.
b. Kerangka karangan
formal
Kerangka
karangan formal biasanya timbul dari penimbanga bahwa topik yang akan digarap
bersifat sangat kompleks, atau suatu topik yang sederhana tetapi penulis tidak
bermaksud untuk segera menggarapnya.
Proses
perencanaan sebuah karangan formal mengikuti prosedur yang sama seperti
kerangka non-formal. Tesisnya dirumuskan dengan cermat dan tepat, kemudian
dipecah-pecah menjadi bagian-bagian bawahan (sub-ordinasi) yang dikembangkan
untuk menjelaskan gagasan sentralnya. Setiap sub-bagian dapat diperinci lebih
lanjut menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, sejauh diperlukan untuk
menguraikan persoalan itu sejelas-jelasnya. Dengan perincian yang sekian
banyak, sebuah kerangka karangan dapat mencapai lima atau enam tingkat
perincian. Suatu tesis yang diperinci minimal atas tiga tingkat perincian sudah
dapat disebut kerangka formal.
B.4. Kriteria karangka karangan
Untuk menyusun kerangka karangan
yang baik, penulis perlu memperhatikan kriteria berikut :
1.
Menggunakan
bentuk kerangka standar,
2.
Menggunakan
inden atau liurus secara konsisten, dan tidak mengombinasikan bentuk-bentuk
tersebut secara bersamaan dalam sebuah kerangka karangan,
3.
Menggunakan
pnomoran secara konsisten(angka desimal, angka romawi, kombinasi angka romawi,
huruf dan angka arab ),
4.
Setiap
judul bab diberi nomor secara konsisten,
5.
Setiap
subbab diberi nomor secara konsisten,
6.
Setiap
unsur subbab diberi nomor secara konsisten,
7.
Setiap
detail unsur diberi nomor secara konsisten,
8.
Penomoran
tidak melebihi empat angka(digit), dan
9.
Kerangka
karangan tidak sama dengan daftar isi.
B.5. Langkah-langkah
pembuatan kerangka karangan
Langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Menyusun
semua ide pokok yang berhubungan dengan topik karangan yang akan ditulis.
2.
Mencatat
semua ide pokok yang muncul baik dari data yang tertulis maupun data melalui
wawancara.
3.
Menyusun
dan menyeleksi ulang terhadap ide yang tidak penting. Ide yang berdaya dukung
terhadap penulisan dikoordinasikan menjadi satu, sedangkan ide yang tidak
pemnting dihilangkan.
4.
Memeriksa
ulang apakah masih terdapat ide yang tidak sesuai atau terdapat ide yang belum
dimasukan serta memeriksa kembali urutan semua ide.
1. Sekolah
sebagi pusat pembinaan kesehatan mental islami
a. Perkembangan psikis
anak usia sekolah
b. Prroblem dasar kesehatan
mental di sekolah
c. Peranan guru bimbingan
dan konseling dalam kesehatan mental islami
d. Efektifitas sekolah dalam
pembinaan kesehatan mental islami
2. Aktualisasi
nilai-nilai kesehatan mental islami dilingkungan sekolah
a. Prinsip
nazafah(kebersihan)
b. Prinsip
amanah
c. Prisip
ukhuwah
d. Prinsip
ilmiah
e. Prinsip
diniah
Setelah membuat kerangka karangan, selanjutnya adalah mengembangkan
kerangka karangan menjadi sebuah karangan. Pada tahap
ini kegiatan utamanya adalah merangkai kalimat demi kalimat dengan mengacu pada
kerangka karangan yang telah disusun menjadi sebuah karangan atau wacana.
Dari setiap kerangka karangan dapat dikembangkan menjadi satu paragraf atau
dua pragraf. Kerangka karangan yang telah disusun menjadi titik tolak
kalimat-kalimat yang dituangkan atau dijadikan sebagai pikiran utama atau
kalimat topik pada setiap paragraf yang dibuat. Dengan demikian, kecil
kemungkinannya terjadi kesalahan atau pengulangan ide didalam suatu karangan
bahkan kesalahan itu dapat dihindari.
Pola pengembangan paragraf sebagai mana telah dipaparkan pada bab
sebelumnya, bisa menggunakan pola penalaran deduktif atau induktif. Hal perlu
dingat pada saat menyusun kalimat adalah menghadirkan unsur-unsur kalimat
secara lengkap sehingga kerancuan kalimat dapat dihindari dan ketidakjelasan
kalimat dapat ditinggalkan. Dalam menyusun kalimat perlu diperhatikan pula
adanya oherensi antarkalimat dan antarparagraf.
Koherensi antarkalimat adalah suatu pertalian atau hubungan antara
suatu kalimat dengan kalimat lain didalam suatu paragraf, sedangkan koherensi
antar paragraf adalah pertalian atau hubungan antara satu paragraaf denagan
paragraf
karangan. Denag cara ini pula, seorang guru atau dosen dapat
mengajari siswa atau mahasiswanya dengan lebih efe ktif dan efesien.
B.6. Contoh -contoh
Kerangka Karangan
1. kerangka
sistem lekuk, dengan angka romawi, huruf kapital, dan angka arab.
Upaya
Meningkatkan Kreativitas Baru Mahasiswa dalam Kewirausahaan
I. Pendahuluaan
II. Potensi
Akademik Mahasiswa
A. Potensi
Kecerdasan
B. Keahlian
Bidang Studi
C. Tenaga
Kerja Intelektual
III. Paradigma
Kewirausahaan
A. Potensi
Kewirausahaan
B. Sumber
Kreativitas Baru
C. Budaya
Kewirausahaan
IV. Strategi
Berwirausahaan
A. Strtegi
Awal
1. Konsep
2. Modal
3. Produk
4. Pasar
B. Evaluasi
Perencanaan dan pengembangan
C. Perencanaan
Awal,
D. Pengembangan
Semester Pertama
E. Evaluasi
dan Pengembangan Semester Kedua
F. Evaluasi,
Perencanaan dan Pengembangan Tahun Kedua
2. Kerangka
Sistem Lekuk dengan Angka desimal
Upaya
Meningkatkan Kreativitas Baru Mahasiswa dalam Kewirausahaan
1. Pendahuluan
2. Potensi
Akademik Mahasiswa
2.1 Potensi
Kecerdasan
2.2 Keahlian
Bidang Studi
2.3 Tenaga
Kerja Intelektual
3. Paradigma
Kewirausahaan
3.1 Potensi
Kewirausahaan
3.2 Sumber
Kreatif Baru
3.3 Budaya
Kewirausahaan
4. Strategi
Berwirausaha
4.1 Strategi
Awal
4.1.1 Konsep
4.1.2 Modal
4.1.3 Produk
4.1.4 Pasar
4.2 Evaluasi
Strategi Awal,
4.3 Perencanaan
dan Pengembangan Tahun Pertama
4.4 Evaluasi,
Perencanaan, dan Pengembangan Tahun Kedua
5. Kesimpulan
3. Kerangka
Sistem Lurus dengan Angka Romawi dan Desimal
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
1.2 Masalah
1.3 Tujuan
Penelitian
1.4 Pembatasan
Masalah
1.5 Manfaat
Pnelitian
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Deskripsi Teori,
2.1.1 Deskripsi
teoetik variabel pertama (definisi, gambaran, konsep)
2.1.2 Deskripsi
teoritik variabel kedua (definisi, gambaran, konsep)
2.2 Kerangka
berfikir
2.3 Rumusan
Hipotesis
BAB III METODE PENELIIAN
a. Metode
penelitian
b. Populasi
dan sampel
c. Variabel
d. Instrumen
e. Prosedur
Pengukuran
f. Teknik
Analisis
BAB IV HASIL
PENELITIAN
4.1 Deskripsi
Data
4.2 Pengujian
data
4.3 Hasil
penguji
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
(interpretasi atas hasil penelitian)
5.2 Saran
4. Kerangka
Karangan dengan romawi lurus model kerangka penelitian kualitatif
BAB
I Pendahuluan
BAB
II Teori Acuan
BAB III
Metodologi Penelitian
BAB IV
Hasil Penelitian
BAB V
Pembahasan
BAB VI
Kesimpulan, Implikasi (saran)
5. Kerangka
karangan dengan kombinasi romawi desimal lurus model
kerangka penelitian kualitatif, contoh model kajian teoritik
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar
belakang
1.2 Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II
Kajian Pustaka
2.1 Deskripsi
teori
2.2 Analisis
2.3 Sintetis
BAB III
HASIL PENELITIAN
3.1
Interpretasi
3.2 Implikasi
BAB IV
KESIMPULAN
(Tindak lanjut)
6. Kerangka
karangan dengan romawi lurus model kerangka penelitiankualitatif, untuk
penulisan artikel
Pola penilaian:
Sari tema – kekuatan – kelemahan - intregitas
I Sari tema
II Deskripsi
umum
III Kekuatan /
keunggulan pertama
IV Kekuatan /
keunggulan kedua
V Kelemahan
pertama dan solusi
VI Kelemahan
kedua dan solusi
VII Intregitas
(induktif)
7. Kerangka
karangan dengan romawi dan desimal lurus model kerangka penelitian kualitatif
untuk penulisan makalah
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang dan masalah
1.2 Pentingnya
pembahasan masalah
1.3 Sudut
pandang dan pendekatan
1.4 Pembatasan
masalah
II
PEMBAHASAN
2.1 Masalah
yang dihadapi
2.2 Cara pemecahan
masalah
2.3 Dukungan
2.4 Hambatan
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
C. Kutipan Dan Blibliografi
C.1. Pengertian Kutipan
Kutipan
adalah gagasan, ide, pendapat yang diambil dari berbagai sumber. Proses
pengambilan gagasan itu disebut mengutip. Gagasan itu bisa diambil dari kamus,
ensiklopedi, artikel, laporan, buku, majalah, internet, dan lain sebagainya. (
Definisi Kutipan )
Penulisan
sumber kutipan ada yang menggunakan pola Harvard, ada pula yang menggunakan
pola konvensional atau catatan kaki (footnote). Sekarang Anda akan mempelajari
pencantuman kutipan dengan pola Harvard. ( Pola Penulisan Kutipan )
C.2.
Cara Menulis Kutipan Dengan Benar
Penulisan
dan pencantuman kutipan dengan pola Harvard ditandai dengan menuliskan nama
belakang pengarang, tahun terbit, dan halaman buku yang dikutip di awal atau di
akhir kutipan. Data lengkap sumber yang dikutip itu dicantumkan pada daftar
pustaka. Ada dua cara dalam mengutip, yakni langsung dan tidak langsung.
Kutipan langsung adalah mengutip sesuai dengan sumber aslinya, artinya
kalimat-kalimat tidak ada yang diubah. Disebut kutipan tidak langsung jika
mengutip dengan cara meringkas kalimat dari sumber aslinya, namun tidak
menghilangkan gagasan asli dari sumber tersebut.
C.3 Sistematika penulisan
Catatan
kaki harus dipisahkan oleh sebuah garis yang panjangnya empat belas karakter
dari margin kiri dan berjarak empat spasi dari teks.
Catatan kaki diketik berspasi satu.
Diberi nomor.
Nomor
catatan kaki diketik dengan jarak enam karakter dari margin kiri.Jika catatan
kakinya lebih dari satu baris maka baris kedua dan selanjutnya dimulai seperti
margin teks biasa (tepat pada margin kiri).
Jika
catatan kakinya lebih dari satu maka jarak antara satu catatan dengan catatan
yang lainnya adalah sama dengan jarak spasi teks. Jarak baris terakhir catatan
kaki tetap 3 cm dari pinggir kertas bagian bawah.
Keterangan
yang panjang tidak boleh dilangkaukan ke halaman berikutnya. Lebih baik potong
tulisan asli daripada memotong catatan kaki.
Jika
keterangan yang sama menjadi berurutan (misalnya keterangan nomor 2 sama dengan
nomor 3, cukup tuliskan kata ibid daripada mengulang-ulang keterangan catatan
kaki.
Jika
ada keterangan yang sama tapi tidak berurutan, berikan keterangan op.cit., lih
[x] [x] merupakan nomor keterangan sebelumnya.
Jika
keterangan seperti opcit tetapi isinya keterangan tentang artikel, gunakan
loc.cit.
Untuk
keterangan mengenai referensi artikel atau buku tertentu, penulisannya mirip
daftar pustaka, tetapi nama pengarang tidak dibalik.
C.4 Macam-macam kutipan
1.
Kutipan Langsung
Merupakan
kutipan yang ditulis secara persis dengan sumber aslinya, baik bahasa maupun
ejaannya. Cara penulisannya sebagai berikut:
a) Kutipan yang panjangnya kurang dari 4 baris dimasukan kedalam text
b) Diketik seperti ketikan text
c) Diawali dan diakhiri dengan tanda petik ( ‘ )
d) Sumber rujukan ditulis langsung sebelum atau sesudah text kutipan
e) Rujukan ditulis antara tanda kurung, dimulai dengan nama akhir sebagaimana
tercantum dalam daftar pustaka, tanda koma, tahun terbitan, titik dua, spasi
dan diakhiri dengan nomor halaman (Penulis, Tahun:Halaman).
Kutipan yang terdiri dari 4 baris atau lebih
a) Diketik satu spasi
b) Dimulai tujuh ketukan dari batas tepi kiri
c) Sumber rujukan ditulis langsung sebelum text kutipan
d) Apabila pengutip memandang perlu untuk menghilangkan beberapa bagian
kalimat, pada bagian itu diberi titik sebanyak tiga buah
e) Bila pengutip ingin menghilangkan satu kalimat atau lebih, maka pada bagian
yang dihilangkan tersebut diganti dengan titik-titik sepanjang satu baris
f) Apabila pengutip ingin memberi penjelasan atau menggarisbawahi bagian yang
dianggap penting, pengutip harus memberikan keterangan. Keterangan tersebut
berada diantara tanda kurung, misalnya: (garis bawah oleh pengutip)
g) Apabila penulis menganggap bahwa ada satu kesalahan dalam kutipan, dapat
dinyatakan dengan menuliskan symbol (sic!) langsung setelah kesalahan tersebut
Kutipan
langsung ditampilkan untuk mengemukakan konsep atau informasi sebagai data.
Titik-titik sepanjang satu baris menandai penghilangan sebuah kalimat,
titik-titik sebanyak tiga menandai penghilangan kata, dan (sic!) menandai
adanya kesalahan dalam kalimat
Contoh kutipan Langsung
Argumentasi
adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan
pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara (Keraf, 1983: 3). (
Contoh kutipan Langsung 1# )
Menurut
Gorys Keraf dalam bukunya Argumentasi dan Narasi (1983:3), argumentasi adalah
suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang
lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh penulis atau pembicara. ( Contoh kutipan Langsung 2# )
Argumentasi
adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan
pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara 1 ( Contoh kutipan
Langsung 3# )
2.
Kutipan tidak langsung
Kutipan
tidak lansung adalah kutipan yang tidak sama persis dengan aslinya. Pengutip
hanya mengambil pokok pikiran dari sumber yang dikutip untuk dinyatakan kembali
dengan kalimat yang disusun oleh pengutip.
Adapun cara peraturan dalam pembuatannya
adalah sebagai berikut
a) Kalimat-kalimat yang mengandung kutipan ide tersebut ditulis dengan spasi
rangkap sebagaimana teks biasa
b) Semua kutipan harus dirujuk
c) Sumber sumber rujukan dapat ditulis sebelum atau sesudah kalimat-kalimat
yang mengandung kutipan
d) Apabila ditulis sebelum teks kutipan, nama akhir sebagaimana tercantum
dalam daftar pustaka masuk ke dalam teks, diikuti dengan tahun terbitan
diantara tanda kurung
e) Apabila ditulis sesudah teks kutipan, rujukan ditulis di antara tanda
kurung, dimulai dengan nama akhir sebagaimana tercantum dalam daftar pustaka,
titik dua, dan diakhiri dengan tahun terbitan
Contoh kutipan Tidak Langsung
Seperti
dikatakan oleh Gorys Keraf (1983:3) bahwa argumentasi pada dasarnya tulisan
yang bertujuan mempengaruhi keyakinan pembaca agar yakin akan pendapat penulis
bahkan mau melakukan apa yang dikatakan penulis. ( Contoh kutipan Tidak
Langsung 1# )
Argumentasi
pada dasarnya tulisan yang bertujuan mempengaruhi keyakinan pembaca agar yakin
akan pendapat penulis bahkan mau melakukan apa yang dikatakan penulis (Keraf,
1983:3). ( Contoh kutipan Tidak Langsung 2# )
Argumentasi
pada dasarnya tulisan yang bertujuan mempengaruhi keyakinan pembaca agar yakin
akan pendapat penulis bahkan mau melakukan apa yang dikatakan penulis1). (
Contoh kutipan Tidak Langsung 3# )
Catatan Kaki
Catatan
kaki merupakan cara mengutip dimana sumber kutipan diletakkan di bagian bawah
dari halaman ketikan (kaki halaman)
Berikut contohnya:
Model-model
tentang penggunaan tenaga kerja dlam usaha tani telah banyak dikembangkan seperti
model tentang tenaga kerja upahan²dan tentang komponen-komponen tenaga kerja
luar keluarga.
Pada catatan kaki ditulis sebagai berikut :
2/ G.E, Schuch, An Econometric Investigation
of the Market for Hired Labour in Agriculture, Jour, Farm Econ. Vol 44, May,
1962,pp. 307-321.
3/ M.H. Yeh and L.K. Li, A regional Analysis
of Supply and Demand for Farm Labour in Canada. Can Jour. Agric. Econ. Vol 14,
1966, pp. 15-31.
C.5. Tujuan Kutipan
Tujuan
dari kutipan adalah untuk memperkuat argumentasi, bukti, fakta si penulis.
Mungkin hampir mirip dengan mengkopi atau menjiplak sebuah tulisan, tetapi
bedanya jika menjiplak maka tidak ada keterangan sumber dan pada kutipan akan
di sebutkan dari mana sumber tulisan yang si penulis kutip.
Dalam
tulisan ilmiah, baik berupa artikel, karya tulis, skripsi, tesis, dan disertasi
selalu terdapat kutipan. Kutipan adalah pengokohan argumentasi dalam sebuah
karangan. Seorang penulis tidak perlu membuang waktu untuk menyelidiki suatu
hal yang sudah dibuktikan kebenarannya oleh penulis lain, penulis cukup
mengutip karya orang lain tersebut.
Maka penulis harus memperhatikan hal-hal
seperti berikut :
a) Penulis mempertimbangkan bahwa kutipan itu perlu.
b) Penulis bertanggung jawab penuh terhadap ketepatan dan ketelitian kutipan.
c) Kutipan dapat terkait dengan penemuan teori.
d) Jangan terlalu banyak mempergunakan kutipan langsung.
e) Penulis mempertimbangkan jenis kutipan, kutipan langsung atau kutipan tak
langsung.
f) Perhatikan teknik penulisan kutipan dan kaitannya dengan sumber rujukan.
C.6 Fungsi Kutipan
Pemikiran yang mendasari penggunaan kutipan
yaitu sebagai berikut :
1. Menunjukan bobot ilmiah yang lebih tinggi Menunjukan kecermatan yang lebih
akurat.
2. Memudahkan penilaian penggunaan sumber data.
3. Mencegah pengulangan penulisan daftar pustaka.
4. Memudahkan membedakan data pustaka dan keterangan tambahan.
5. Memungkinkan ketelitian sumber data lebih akurat.
6. Meningkatkan estetika penulisan.
7. Menunjukan kualitas kecerdasan akademis penulisnya.
8. Memperluas makna informasi bahasan dalam naskah.
9. Penunjukan adanya bagian lain dalam naskah yang dapat ditelusuri kebenaran
faktanya.
10. Memudahkan peninjauan kembali sumber referensi.
11.
Membentuk variasi format penulisan.
D. 1. Pengertian Daftar Pustaka
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah daftar yang mencantumkan judul buku,
nama pengarang, penerbit, dan sebagainya yang ditempatkan pada bagian akhir
suatu karya tulis atau buku dan disusun berdasarkan abjad. Menurut Gorys Keraf
yang dimaksud dengan daftar pustaka atau bibliografi adalah sebuah daftar yang
berisi judul buku-buku, artikel- artikel, dan bahan-bahan penerbitan lainnya
yang mempunyai pertalian dengan sebuah karangan yang sedang digarap.
Melalui
daftar pustaka pembaca atau penulis dapat melihat kembali kepada sumber
aslinya. Mereka dapat menetapkan apakah sumber itu sesungguhnya mempunyai
keterkaitan dengan isi pembahasan itu, dan apakah bahan itu dikutip dengan
benar atau tidak. Dan sekaligus dengan cara itu pembaca dapat memperluas pula
pengetahuannya dengan bermacam-macam referensi itu.
D.2 Fungsi Daftar Pustaka
Dari
daftar pustaka banyak hal yang dapat kita peroleh, antara lain ;
1. Memberikan informasi bahwa pernyataan yang dibuat bukan hasil pemikiran
sendiri tapi juga ditambahkan dengan pemikiran orang lain.
2. Apabila pembaca menginginkan mendalami lebih jauh pernyataan yang dikutip,
dapat membaca sendiri referensi yang menjadi sumber kutipan.
3. Memberikan apresiasi atau penghargaan terhadap penulis buku yang telah
membantu kita dalam penulisan karya tulis yang kita selesaikan.
4. Menjaga profesionalitas penulis terhadap karya tulis yang telah dia buat.
D.3 Unsur-unsur Daftar Pustaka
Hal yang perlu diketahui dalam penulisan
daftar pustaka, yaitu :
1. Nama pengarang, yang dikutip secara lengkap.
2. Judul buku, termasuk judul tambahannya.
3. Data publikasi, nama penerbit, tempat terbit, tahun terbit, edisi buku
tersebut.
4. Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan, nama
majalah, jilid, nomor, dan tahun.
D.4 Jenis-jenis Daftar Pustaka
Kelompok Textbook
Penulis perorangan.
Kumpulan karangan beberapa penulis dengan
editor.
Buku yang ditulis / dibuat oleh lembaga.
Buku terjemahan.
Kelompok Jurnal
Artikel yang disusun oleh penulis.
Artikel yang disusun oleh lembaga.
Kelompok makalah yang diresentasikan dalam
seminar / konferensi / symposium.
Kelompok disertasi / tesis
Kelompok makalah / informasi dari Internet
D.5 Penyusunan Daftar Pustaka
Penyusunan daftar pustaka dan penunjukannya
pada naskah mengikuti salah satu
dari tiga sistem berikut :
a. Nama dan Tahun (Name and Year System). Daftar pustaka disusun secara
abjad berdasarkan nama akhir
penulis dan tidak dinomori.
Penunjukan pada naskah dengan nama akhir penulis diikuti tahun penerbitan.
b. Kombinasi Abjad dan Nomor (Alphabet-Number System). Pada sistem ini cara
penunjukannya dalam naskah adalah dengan memberikan nomor sesuai dengan nomor
pada daftar pustaka yang disusun sesuai abjad.
c. Sistem Nomor (Citation Number System). Kutipan pada naskah diberi
nomor berurutan dan susunan daftar
pustaka mengikuti urutan seperti tercantum pada naskah dan tidak menurut abjad.
D.6 Cara Penulisan Daftar Pustaka Textbook
- Buku yang ditulis/dibuat oleh lembaga : nama
lembaga, tahun terbit, judul buku (cetak miring atau garis bawahi), edisi dan
volume, nama penerbit, tempat penerbit (kota), halaman yang dibaca.
- Buku terjemahan : nama penulis (disusun
balik), tahun terbit, judul buku (cetak miring atau garisbawahi), penerjemah,
nama penerbit, tempat penerbit (kota), halaman yang dibaca.
- Peranginangin, Kasiman (2006). Aplikasi Web
dengan PHP dan MySql. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.
- Soekirno, Harimurti ( 2005). Cara Mudah
Menginstall Web Server Berbasis Windows Server 2003. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
D.7 Cara Penulisan Daftar Pustaka Jurnal dan
Disertasi/Tesis
Kelompok
makalah yang dipresentasikan dalam seminar/konferensi/simposium : nama penulis
(disusun balik), tahun penyajian, judul makalah, nama forum penyajian (cetak
miring atau garisbawahi), kota, bulan dan tanggal penyajian.
Kelompok
disertasi/tesis : nama penulis (disusun balik), tahun terbit, judul
disertasi/thesis (centang miring atau garisbawahi), tempat penerbitan (kota),
universitas, kata “disertasi” atau “tesis”.
Kuncoro,
T. 1996. Pengembangan Kurikulum Pelatihan Magang di STM Nasional Malang Jurusan
Bangunan, Program Studi Bangunan Gedung: Suatu Studi Berdasarkan Kebutuhan
Dunia Usaha Jasa Konstruksi . Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPS IKIP MALANG.
D.8 Cara Penulisan Daftar Pustaka dari
Internet
Kelompok
makalah / informasi dari Internet (apabila ada nama penulis) : nama penulis
(disusun balik), tahun penyajian, judul makalah / informasi, alamat Internet.
Kelompok
makalah / informasi dari Internet (apabila tidak ada nama penulis) : nama
lembaga yang menulis, tahun penyajian, judul makalah / informasi, alamat Internet.
Albarda (2004). Strategi Implementasi TI untuk
Tata Kelola Organisasi (IT Governance).
D.9 Penulisan daftar pustaka yang lebih dari
satu/dua orang penulis dalam buku yang sama.
Pertama tulis nama belakang dari penulis yang pertama
setelah nama belakang beri (tanda koma) lalu tulis nama depan jika nama depan
berupa singkatan tulis saja singkatan itu setelah nama pertama selesai beri
(tanda titik) lalu beri (tanda koma) untuk nama kedua / ketiga ditulis sama
seperti nama sali alis tidak ada perubahan, yang berubah penulisannya hanya
orang pertama sedangkan orang kedua dan ketiga tetap.
Suteja, B.R., Sarapung, J.A, & Handaya,
W.B.T. (2008). Memasuki Dunia E-Learning, Bandung: Penerbit Informatika.
Whitten, J.L.,Bentley, L.D., Dittman, K.C.
(2004). Systems Analysis and Design Methods. Indianapolis: McGraw-Hill
Education.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum pengertian wacana adalah rentetan kalimat yang
saling berkaitan dan menghubungkan proposisi yang
satu dengan proposisi lainnya di dalam kesatuan makna (semantis) antarbagian di
dalam suatu bangun bahasa. Wacanamerupakan satuan bahasa terlengkap dan utuh karena
setiap bagian di dalam wacana itu berhubungan secara padu.
Mengarang adalah mengorganisasi ide. Pengorganisasian ide diawali
dengan menyusun kerangka karangan. Dengan kerangka karangan, rangkaian ide
dapat disususn secara sistemati,logis,jelas,ter stuktur, dan teratur.Kerangka
karangan disebut juga ragangan (outline). Pada dasarnya, penyusunan outline proses
penggolongan dan penataan berbagai fakta yang kadang-kadang berbeda jenis dan
sifatnya, menjadi kesatuan yang berpautan.
Mengutip
adalah mengambil perkataan atau kalimat dari buku atau lainnya disertai sumber
kutipannya.fungsi kutipan yaitu sebagai catatan acuan dan sebagai catatan kaki.
Sumber kutipan juga ada kaitannya dengan daftar pustaka, karena
semua sumber kutipan yang terdapat pada cartatan acuan dan atatan kaki harus
dimasukkan dalam daftar pustaka. Akan tetapi daftar pustaka itu berbeda dengan
sumber kutipan. Perbedaannya yaitu:
1.
Penulisan
daftar pustaka berada pada lampiran terakhir sebuah tulisan.
2.
Semua
sumber kutipan harus dimasukkan pada daftar pustaka
3.
Pada
daftar pustak tidak mencantumkan nomor halaman.
4.
Pada
daftar pustaka nama pengarang dibalik dan tidak mencantumkan gelar pengarang.
B.
Saran
Demi
menghindari pelanggaran hak cipta dan dengan mempertimbamgkan etika dalam
penukisan karya ilmiah serta karya ilmiah itu menjadi bernilai dan berbobot,
sebaiknya para penulis mengethui kaidah-kaidah dalam penulisan yang disesuaikan
dengan teknik penulisan yang baku.
DAFTAR PUSTAKA
Budi Karyanto,umum.2009. Bahasa
Indonesia untuk perguruan tinggi Pekalongan: STAINPekalongan
Press.
Keraf, Gorys ke.1997. komposisi sebuah
pengantar kemahiran bahasa. jakarta: Nusa indah.
Rahardi, Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi.Jakarta:Erlangga.
Widjono. 2005. bahasa indonesia. jakarta: PT
Grasindo.
No comments:
Post a Comment