Breaking News
SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI
ASSALAMU'ALAIKUM Wr.Wb

my blog

enamberita.blogspot.com

Saturday 15 October 2016

PENGERTIAN WACANA, KERANGKA KARANGAN, DAN BLIBLIOGRAFI


BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar belakang
            Istilah wacana berasal dari kata sansekerta yang bermakna ucapan atau tuturan. Kata wacana adalah salah satu kata yang banyak disebut seperti halnya demokrasi, hak asasi manusia, dan lingkungan hidup. Seperti halnya banyak kata yang digunakan, kadang-kadang pemakai bahasa tidak mengetahui secara jelas apa pengertian dari kata yang digunakan tersebut. Ada yang mengartikan wacana sebagai unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Ada juga yang mengartikan sebagai pembicaraan. Kata wacana juga banyak dipakai oleh banyak kalangan mulai dari studi bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan sebagainya. Pembahasan wacana berkaitan erat dengan pembahasan keterampilan berbahasa terutama keterampilan berbahasa yang bersifat produktif, yaitu berbicara dan menulis. Baik wacana maupun keterampilan berbahasa, sama-sama menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi.
            Wacana berkaitan dengan unsur intralinguistik (internal bahasa) dan unsur ekstralinguistik yang berkaitan dengan proses komunikasi seperti interaksi sosial (konversasi dan pertukaran) dan pengembangan tema (monolog dan paragraf). Realitas wacana dalam hal ini adalah eksistensi wacana yang berupa verbal dan nonverbal. Rangkaian kebahasaan verbal atau language exist (kehadiran kebahasaan) dengan kelengkapan struktur bahasa, mengacu pada struktur apa adanya; nonverbal atau language likes mengacu pada wacana sebagai rangkaian nonbahasa (rangkaian isyarat atau tanda-tanda yang bermakna).
            Wujud wacana sebagai media komunikasi berupa rangkaian ujaran lisan dan tulis. Sebagai media komunikasi wacana lisan, wujudnya dapat berupa sebuah percakapan atau dialog lengkap dan penggalan percakapan. Wacana dengan media komunikasi tulis dapat berwujud sebuah teks, sebuah alinea, dan sebuah wacana.Berdasarkan uraian di atas, betapa pentingnya apa itu wacana dan memahaminya supaya tidak terjadinya kesalah pahaman dalam pengertian wacana, maka dari itu kami menbahas topik wacana.
  1. Rumusan Masalah
            Untuk menghindari adanya kesimpangsiuran dalam makalah ini, maka kami membatasi masalah-masalah yang akan dibahas diantaranya:
  1. Apakah pengertian wacana?
  2. Apasajakah ciri-ciri wacana ?
  3. Apakah Pengertian kerangka karangan ?
  4. Apakah pengertian kutipan dan blibliografi ?

2.   Tujuan Penulisan
  1. Untuk mengetahui  pengertian wacana
  2. Untuk mengetahui apasaja ciri-ciri wacana
  3. Untuk mengetahui Pengertian kerangka karangan
  4. Untuk mengetahui pengertian kutipan dan blibliografi













BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Wacana
            Bahasa bukan merupakan satu satuan yang terpisah-pisah. Morfem, kata, kelompok kata, klausa, kalimat, kosa kata bukanlah suatu unsur bahasa yang terpisah-pisah atau dengan kata lain dapat dipisah-pisahkan, merupakan satu kesatuan dari bahasa yang sebagai sistem simbolik yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dalam keseharian, pendidikan, lingkungan, maupun sosial.
            Istilah wacana berasal dari bahasa sansekerta yang berarti ucapan atau tuturan. Menurut Alwi,dkk (2003:42), wacana merupakan rentetan kalimat yang berkaitan sehingga membentuk makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. Menurut Tarigan (dalam Djajasudarma, 1945:5) wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan, yang mempunyai awal dan akhir yang nyata. Menurut Syamsuddin (1992:5) menjelaskan pengertian wacana sebagai rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis dalam suatu kesatuan yang koheren, dibentuk dari unsur segmental maupun non segmental bahasa.
Berikut ini merupakan pengertian wacana menurut para ahli.
1.      Menurut Harimurti Kridalaksana, wacana (discourse) adalah satuan bahasa terlengkap dan merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar dalam hierarki gramatikal. (1983:179 dalam Sumarlam, 2009:5).
2.      Henry Guntur Tarigan (1987:27) mengemukakan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki kohesi dan koherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan, dan dapat disampaikan secara lisan atau tertulis.
3.      James Deese dalam karyanya Thought into Speech: the Psychology of a Language (1984:72, sebagaimana dikutip ulang oleh Sumarlam, 2009:6) menyatakan bahwa wacana adalah seperangkat proposisi yang saling berhubungan untuk menghasilkan suatu rasa kepaduan atau rasa kohesi bagi penyimak atau pembaca. Kohesi atau kepaduan itu sendiri harus muncul dari isi wacana, tetapi banyak sekali rasa kepaduan yang dirasakan oleh penyimak atau pembaca harus muncul dari cara pengutaraan, yaitu pengutaraan wacana itu.
4.      Fatimah Djajasudarma (1994:1) mengemukakan bahwa wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan, menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain, membentuk satu kesatuan, proposisi sebagai isi konsep yang masih kasar yang akan melahirkan pernyataan (statement) dalam bentuk kalimat atau wacana.
5.      Hasan Alwi, dkk (2000:41) menjelaskan pengertian  wacana sebagai rentetan kalimat yang berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu.  Dengan demikian sebuah rentetan kalimat tidak dapat disebut  wacana jika tidak ada keserasian makna. Sebaliknya, rentetan kalimat membentuk wacana karena dari rentetan tersebut terbentuk makna yang serasi.
6.      I.G.N. Oka dan Suparno (1994:31) menyebutkan wacana adalah satuan bahasa yang membawa amanat yang lengkap.
7.      Sumarlam, dkk (2009:15) menyimpulkan dari beberapa pendapat bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti pidato, ceramah, khotbah, dan dialog, atau secara tertulis seperti cerpen, novel, buku, surat, dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari segi bentuk bersifat kohesif, saling terkait dan dari struktur batinnya (dari segi makna) bersifat koheren, terpadu.
            Dari pemaparan para ahli di atas dapat kita simpulkan bahwa wacana merupakan suatu tatanan bahasa yang memiliki unsure gramatikal dan memiliki nilai kohensi dan koheren yang dapat di tuangkan dengan cara pengucapan atau tulisan.
            Secara umum pengertian wacana adalah rentetan kalimat yang saling berkaitan dan menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi lainnya di dalam kesatuan makna (semantis) antarbagian di dalam suatu bangun bahasa. Wacanamerupakan satuan bahasa terlengkap dan utuh karena setiap bagian di dalam wacana itu berhubungan secara padu.

A.1. Macam-macam Wacana
            Wacana juga memiliki berbagai macam ataupun jenis karakteristik salah satunya adalah macam wacana berdasarkan alat komunikasi, berdasarkan fungsi dan bentuknya, dan jenis pemakaiannya.
a.     Wacana Berdasarkan Alat Komunikasi
Wacana berdasarkan alat komunikasi terbagi menjadi dua yaitu:
1.      Lisan
            Wacana lisan merupakan sebuah wacana atau ungkapan yang di ucapkan/dituangkan secara lisan (langsung) bisa dalam bentuk perbincangan, pidato, dan lain sebagainya.
2.      Tulisan
            Kebalikan dari wacana lisan, wacana tulisan adalah suatu wacana atau ungkapan yang di kemukakan dengan cara tulisan (tidak langsung) misalnya dalam bentuk konteks/teks.
b.    Wacana Berdasarkan Jenis Pemakaian
1.    Monolog
            Wacana monolog merupakan suatu jenis wacana yang dilakukan sendiri (individual) dan tidak ada balikan atau tanggapan dari orang lain, maka pembicara juga tidak dapat berperan sebagai pendengar.



2.    Dialog
            Apabila terjadi percakapan sebanyak dua orang dan terjadi pergantian peran adanya seorang pembicara sebagai pendengar dan sebaliknya seorang pendengar menjadi pembicara maka wacana tersebut merupakan wacana dialog.
3.      Polilog
            Jika komunikasi terjadi lebih dari dua orang dan terjadi pergantian peran dari masing-masing pembicara dan pendengar, maka wacana disebut sebagai polilog.
c.     Wacana Berdasarkan Fungsi dan Bentuknya
1.      Wacana Narasi
            Narasi merupakan karangan yang berisi peristiwa atau kejadian sehingga pembaca seolah-olah mengalami kejadian ataupun peristiwa tersebut. Karangan narasi biasa di dapati pada biografi tokoh karena pada umumnya biografi berbentuk narasi.
            Secara sederhana, paragrap narasi diartikan sebagai wacana yang berupa cerita yang memiliki unsur urutan peristiwa, latar, dan tokoh.
            Selain daripada itu, juka ditinjau dari perkembangannya wacana narasi terbagi atas dua yaitu:
Ø Narasi fiksi (Sugestif)
            Menceritakan peristiwa imajinatif (khayalan) seperti novel dan cerpen.
Ø Narasi nonfiksi (kspositori)
            Merupakan narasi yang menceritakan kejadian-kejadian yang factual atau sesuatu yang benar-benar ada dan terjadi seperti biografi atau laporan perjalanan.
2.      Wacana Deskripsi
            Wacana deskripsi merupakan sebuah wacana yang menggambarkan suatu hal atau kejadian dengan kata-kata secara jelas dan terperinci. Biasanya wacana deskripsi menceritakan tentang watak seseorang, keindahan alam, keadaan fisik seseorang, atau bisa juga menceritakan perasaan seseorang.
Contoh:
            Sabtu malam. Aku duduk sambil menyalakan TV. Hening, sepi sudah menjadi makanan sehari-hari untukku, komedi yg biasa menghiburku tak terasa seperti biasanya. Aku mengganti chanel TV, ku liat sebuah film, sesuai dengan keadaanku saat itu, hening, sepi, haru bercampur menjadi satu sampai tak bisa terdefenisi. Ayah mengapa aku berbeda,berceritakan seorang anak tunarungu yg punya seorang ayah hebat di balik orang-orang yg mem-bully nya. Ayah itu yg selalu melindungi baik fisik maupun batin. Sekilas aku berfikir "beruntung sekali anak itu, di anugrahkan seorang ayah yg hebat". Tapi di balik keberuntungan itu, tercipta suatu yg tak adil menurutnya yaitu ia kehilangan ibu tercintanya saat masih kecil dan dia harus melewati hari-hari dengan kekurangan yg tak semua orang bisa terima, sama seperti kekuranganku yg tak semua orang bisa terima. Lalu aku bangun untuk mengambil secangkir susu hangat. Ku tonton kembali film itu sambil fikiranku melayang-layang memikirkan apa yg terjadi dengan dunia ini?

            Aku memojokkan diriku sendiri dengan pertanyaan-pertanyaan aneh yg tak bisa kujawab. Kenapa di dunia ini harus ada kekurangan? Kenapa hampir keseluruhan dari dunia ini tak mau menerima kekurangan? Aku berfikir keras untuk menjawab pertanyaanku sendiri

            AKU MENGELUH. Tuhan, aku lelah berfikir apa yg terjadi. Aku lelah menahan sakitnya kekurangan yg ada di dalam diriku, aku lelah untuk menangis dan bingung untuk memikirkan kenpa? Kenapa? Dan kenapa?.
Tiba-tiba aku tersentak, fikiranku terbayang tentang sekilas jawaban dari pertanyaanku, tapi apa? Ku paksa fikiranku untuk bisa menjawab.
           
            HATIKU BERBICARA "Tuhan sengaja menciptakan kekurangan dalam diri seseorang". Aku tertegun, melongok seperti orang bingung. Jawaban apa itu? Siapa yg menjawabnya? Kenapa kalimat itu berasal dari dalam hatiku sendiri? Apakah ini yg dinamakan suara hati, atau malaikat?

            HATIKU BERBICARA LAGI "Tuhan maha tau. IA tau apapun yg dilakukanNYA. Tuhan ingin tau siapa yg sabar dan selalu bersyukur terhadapNYA, itulah penyebab kekurangan di dalam diri seseorang tak akan pernah terlepas ataupun lenyap”

            HATIKU BERBICARA KEMBALI "bukan dunia yg tak menerima kekurangan, tapi manusia. Bukan karna modernisasi yg buat orang-orang tak mau menerima kekurangan, tapi karna hati. Tuhan ingin tau siapa yg ikhlas menerima kekurangan dan hati mana yg ikhlas menerima kekurangan orang lain. Mencintai Tuhan-NYA dengan cara bersyukur dan menerima kekurangan sendiri atau orang lain". Aku tersenyum lega mendapat jawaban itu. “Tuhan Hebat” fikirku.
            HATIKU BERBICARA SEKALI LAGI "ada kekurangan yg di ciptakan diri sendiri karna setan, tapi Tuhan tetap menilai cinta kepadaNYA bagi orang-orang yg ikhlas". Aku tersadar dari lamunanku, ternyata filmnya sudah selesai dan malam semakin larut. Aku mematikan TV dan merebahkan badanku di kasur.
            AKU BERBICARA DALAM HATI "terima kasih Tuhan, aku ikhlas dengan kekuranganku agar aku tau siapa yg mencintaiku karnaMU" aku menutup mataku hingga tertidur.
3.      Wacana Eksposisi
            Wacana yang menerangkan atau memaparkan suatu hal atau objek disebut sebagai wacana eksposisi, dan diharapkan para pembaca dapat memahaminya dengan jelas. Biasanya wacana eksposisi sering menggunakan kutipan dari para ahli guna untuk membuat si pembaca mempercayai wacana tersebut.
Contoh:
Sementara itu, Sri Hindaryati Dahana mengungkapkan, anggaran pendidikan yang disiapkan Pemprov NAD dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2002 tergolong besar, yaitu sebesar Rp.705,7 miliar atau sekitar 44,9 persen dari total APBD NAD yang mencapai Rp.1,57 triliun. Di pihak lain, ia menyoroti kecilnya anggaran yang disiapkan Pemprov NAD untuk masalah ketenagakerjaan yang hanya 0,1 persen atau sebesar Rp.2,1 miliar.
4.      Wacana Argumentasi
            Kata argumen berarti atau bermakna “alasan” sedangkan argumentasi “pemberian alasan yang kuat dan meyakinkan”. Dengan demikian, wacana argumentasi merupakan wacana yang mengungkapkan alasan, contoh, dan bukti yang kuat, yang bertujuan untuk meyakinkan orang lain (para pembaca) agar mereka membenarkan pendapat, sikap dan perkataan kita.
            Sebagai contoh kecil misalnya Anda ingin meyakinkan teman atau oranglain bahwa Perguruan Tinggi yang Anda tempuh merupakan perguruan tinggi yang baik, maka Anda dapat menulis pernyatan tersebut kedalam bentuk wacana argumentasi.
Untuk lebih jelasnya lagi, bacalah contoh wacana argumentasi di bawah ini!
            Membudayakan kegemaran membaca bukanlah hal yang mudah. Banyak tantangan yang melatari pembudyaan kegemaran membaca. Pertama kurangnya pemahaman masyarakat sendiri terhadap pentingnya buku. Buku masih dianggap kebutuhan nomor sekian. Kenyataan ini terlihat ketika kebutuhan pokok sudah terpenuhi, orang jarang menyisihkan uangnya untuk membeli buku. Sulit sekali menjadikan sebuah buku sebagai kebutuhan utama. Akan tetapi, unuk mendengarkan sebuah kaset dan menonton film, banyak orang yang tak sungkan mengeluarkan uang.
            A.2.Ciri-ciri Wacana
Syamsuddin (1992:5) menjelaskan ciri dan sifat sebuah wacana sebagai berikut.
1.      Wacana dapat berupa rangkaian kalimat ujar secara lisan dan tulis atau rangkaian tindak tutur
2.      Wacana mengungkap suatu hal (subjek)
3.      Penyajian teratur, sistematis, koheren, lengkap dengan semua situasi pendukungnya
4.      Memiliki satu kesatuan misi dalam rangkaian itu
5.      Dibentuk oleh unsur segmental dan nonsegmental
Secara umum ciri-ciri wacana adalah sebagai berikut:
1.      Satuan gramatikal
2.      Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) gramatikal adalah tatabahasa. Jadi Satuan Gramatikal adalah keutuhan atau kesatuan tatabahasa.
3.      Satuan terbesar, tertinggi, atau terlengkap
4.      Untaian kalimat-kalimat
5.      Memiliki hubungan proposisi
6.      Memiliki hubungan kontinuitas, berkesinambungan
7.      Memiliki hubungan koherensi
8.      Memiliki hubungan kohesi
9.      Rekaman kebahasaan utuh dari peristiwa komunikasi
10.  Bisa transaksional juga interaksional
11.  Medium bisa lisan maupun tulis
12.  Sesuai dengan konteks
            Selain ciri-ciri diatas, berikut juga merupakan ciri-ciri yang kami rangkum dari jenis-jenis wacana sebagai berikut:
1.        Ciri wacana lisan dan tulisan
a.    Lisan
·         Adanya penutur dan mitra tutur
·         Bahasa yang dituturkan
·         Adanya giliran bicara (dialog, pialog)
b.    Tulisan
·         Adanya penulis dan pembaca
·         Bahasa yang dituliskan
·         Penerapan system ejaan
2.      Ciri wacana monolog, dialog, dan polilog
a.       Monolog
·         Hanya dilakukan oleh satu orang
·         Memiliki peran tunggal
·         Tidak memiliki peran balik
b.      Dialog
·         Dilakukan oleh dua orang
·         Memiliki peran ganda
·         Dapat bertukaran tempat sebagai pembicara atau pendengar
c.       Polilog
·         Dilakukan oleh lebih dari dua orang
·         Terjadi pergantian peran
3.      Ciri wacana narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi
a.       Narasi
·         Bersifat fakta ataupun fiktif
·         Mengisahkan peristiwa secara berurutan
·         Adanya sudut pandang pengarang
b.      Deskripsi
·         Memiliki objek
·         Harus jelas dan terperinci
·         Kalimat langsung pada sasaran
·         Kata-kata yang digunakan harus denotasi (sebenarnya)
·         Runtut dan sistematis

c.       Eksposisi
·         Adanya kutipan para ahli
·         Menjabarkan defenisi
·         Menjabarkan metode melaksanakan suatu kegiatan
d.      Argumentasi
·         Memerlukan fakta
·         Menggali sumber ide dari pengamatan
·         Penelitian dan pengalaman
B.     Kerangka Karangan
B.1. Pengertian Kerangka Karangan
            Mengarang adalah mengorganisasi ide. Pengorganisasian ide diawali dengan menyusun kerangka karangan. Dengan kerangka karangan, rangkaian ide dapat disususn secara sistemati,logis,jelas,ter stuktur, dan teratur.Kerangka karangan disebut juga ragangan (outline). Pada dasarnya, penyusunan outline proses penggolongan dan penataan berbagai fakta yang kadang-kadang berbeda jenis dan sifatnya, menjadi kesatuan yang berpautan.
            Menurut Nursisto kerangka karangan sebagai rencana kerja yang memuat garis-garis besar atau susunan pokok pembicaraan sebuah karangan yang akan ditulis. Kerangka karangan ditulis dalam rangka untuk menghindari adanya tumpang tindih pada bagian-bagian tertentu. Selain itu, penyimpangan-penyimpangan dari topik pun dapat dihindarkan, dan juga akan menjamin bahwa penulisan akan bersifat konseptual, menyeluruh, terarah, dan bersasaran dari target pembacanya.
            Menurut Gie seseorang yang akan mengarang tanpa membuat kerangka karangan maka ia akan mudah terjerumus kearah keadaan yang anarkis. Pengarang akan mudah kehilangan kontrol terhadap karangan yang ia tuju. Tanpa outline acap kali masalah dan uraian yang disuguhkan menjadi kabur, kurang jelas, banyak bahan yang terlupa, ada bagian yang sejajar, tetapi diuraikan tidak seimbang. Dengan outline, karangan akan tanpak tubuh karangansecara utuh. Outline merupakan miniatur karangan.
            Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat contoh outline yang sudah diurutkan. Kerangka karangan(outline) ini disadur dari laporan penelitian individu Drs.  A. Umar, M.A., IAIN Walisongo Semarang Tahun 1997.
Topik :                               kesehatan mental islami
Judul :                               Konsep kesehatan mental islami dan aktualisasinya di lingkungan sekolah
Tujuan Penulisan :             Menjelaskan tentang predikat kesehatan mental islami dan aktualisasinya dilingkungan sekolah.
Kerangka Karangan :
1.      Kesehatan mental islami
            lain didalam suatu wacana. Disamping itu, yang perlu diperhatiakan pula adalah masalah diksi dan penggunaan ejaan yang disempurnakan dengan benar. Mengarang bagi pengarang dalam menuangkan gagasan-gagasannya kedalam karangan. Denag cara ini pula, seorang guru atau dosen dapat mengajari siswa atau mahasiswanya dengan lebih efe ktif dan efesien.
B. 2.    Fungsi kerangka karangan
1.      Memudahkan pengendalian variabel,
2.      Memperlihatkan pokok bahasan, sub-subbahasan karangan dan memberi kemungkinan perluasan bahasan tersebut sehingga memungkinkan penulis menciptakan suasana kreatif sesuai dengan variasi yang diinginkan.
3.      Mencegah pembahasan keluar dari sasaran yang sudah dirumuskan dalam topik, judul, masalah, tujuan, dan kalimat tesis,
4.      Memudahkan  penulis menyusun karangan secara menyeluruh,
5.      Mencegah ketidaklengkapkan bahasan,
6.      Mencegah pengulangan pembahasaan ide,
B.3.    Bentuk-bentuk kerangka karangan
1.      Kerangka karangan berdasarkan perumusan teksnya
a.      Kerangka kalimat
            Kerangka kalimat mempergunakan kalimat deklaratif ( berita) yang lengkap untuk merumuskan setiap topik, sub topik, maupun sub-sub topik.
Manfaat kerangka kaimat meliputi:
1)      1). Ia memaksa penulis untuk merumuskan dengan tepat topik yang akan diuraikan, serta perincian-rincian tentang topik itu.
2)      .Perumusan topik-topik dalam tiap unit akan tetap jelas, walaupun telah lewat bertahun-tahun.Penulis masih sanggup mengikuti rencana aslinya, walaupun baru digarap bertahun-tahu kemudian.
3)      3). Kalimat yang dirumuskan dengan baik dan cermat akan jelas bagi siapapun, seperti bagi pengarangnya sendiri.
b. Kerangka topik
            Kerangka topik  dimulai dengan perumusan tesis dalam sebuah kalimat yang lengkap. Sesudah itu semua pokok,. baik pokok-pokok utama maupun pokok-pokok bawahan, dirumuskan dengan mencantumkan topiknya saja, dengan tidak mempergunakan kalimat yang lengkap. Kerangka topik dirumuskan dengan mempergunakan kata atau frasa. Sebab itu kerangaka topik tidak begitu jelas dan cermat seperti kerangka kalimat. Kerangka topik manfaatnya kurang bila dibandingkan dangan kerangka kalimat, terutama jika tenggang waktu antara perencanaan antara kerangka karangan itu dengan penggarapannya cukup lama.
c .Gabungan antara kerangka kalimat dan kerangka topik
            Kerangka karangan yang menggabungkan antara kerangka kalimat dan kerangka topik. Kerangka karangan yang mencakup kalimat berita dan dan sub-sub bagian maupun pokok-pokok utama dan pokok-pokok bawahan.
2. Kerangka karangan berdasarkan rinciannya
           a. kerangka karangan sementara
                  kerangka karangan sementara atau non formal merupakan suatu alat bantu, sebuah  penuntun bagi suatu tulisan yang terarah. Sekaligus ia menjadi dasar untuk penelitiaan kembali guna mengadakan perombakan-perombakan yang dianggap perlu. Karena kerangka karangan ini bersifat sementara, maka tidak  perlu disusun secara terperinci. Tetapi karena ia juga merupakan sebuah kerangka karangan maka ia harus memungkinkan pengarangnya untuk menggarap persoalannya secara dinamis, sehingga perhatian  harus dicurahkan sepenuhnya pada penyusunn-penyusunan kalimat-kalimat, alenia-alenia, atau bagian-bagian tanpa memepersoalkan lagi bagaimana susunan karangannya, atau bagaimana susunan bagian-bagiannya.
                   Perencanaan kerangka karangan sementara dilakukan sesuai dengan prosedur. Mula-mula penulis merumuskan tesis berdsarkan topik dan maksud utama dari karangan itu. Kemudian dibawah tesis itu dibuat perinciaan berupa pencatatan semua hal yang mungkin dijadikan pokok-pokok utama atau pokok-pokok tambahan bagi tesis tadi.Pokok-pokok yang mempunyai hubungan satu sama lain atua mempunyain hubungan logis di hubung-hubungkan dengan tanda panah, atau pokok yang tidak mempunyai hubungan dengan tesis dicoret. Pokok-pokok yang diterima sebagai perinciaan dari tesis lalu diurutkan sesuai dengan pola susunan yang dipilih, dengan diberi nomor-nomor urut sesuai dengan pola susunan.
            Kerangka karangan non-formal biasanya terdiri dari tesis dan pokok-pokok utama, paling tinggi dua tingkat perincian. Alasan untuk menggarap sebuah kerangka karangan sementara dapat berupa topik yang tidak kompleks atau karena penulis segera menggarap karangan itu.
b.    Kerangka karangan formal
            Kerangka karangan formal biasanya timbul dari penimbanga bahwa topik yang akan digarap bersifat sangat kompleks, atau suatu topik yang sederhana tetapi penulis tidak bermaksud untuk segera menggarapnya.
            Proses perencanaan sebuah karangan formal mengikuti prosedur yang sama seperti kerangka non-formal. Tesisnya dirumuskan dengan cermat dan tepat, kemudian dipecah-pecah menjadi bagian-bagian bawahan (sub-ordinasi) yang dikembangkan untuk menjelaskan gagasan sentralnya. Setiap sub-bagian dapat diperinci lebih lanjut menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, sejauh diperlukan untuk menguraikan persoalan itu sejelas-jelasnya. Dengan perincian yang sekian banyak, sebuah kerangka karangan dapat mencapai lima atau enam tingkat perincian. Suatu tesis yang diperinci minimal atas tiga tingkat perincian sudah dapat disebut kerangka formal.
B.4.    Kriteria karangka karangan
            Untuk menyusun kerangka karangan yang baik, penulis perlu memperhatikan kriteria berikut :
1.      Menggunakan bentuk kerangka standar,
2.      Menggunakan inden atau liurus secara konsisten, dan tidak mengombinasikan bentuk-bentuk tersebut secara bersamaan dalam sebuah kerangka karangan,
3.      Menggunakan pnomoran secara konsisten(angka desimal, angka romawi, kombinasi angka romawi, huruf dan angka arab ),
4.      Setiap judul bab diberi nomor secara konsisten,
5.      Setiap subbab diberi nomor secara konsisten,
6.      Setiap unsur subbab diberi nomor secara konsisten,
7.      Setiap detail unsur diberi nomor secara konsisten,
8.      Penomoran tidak melebihi empat angka(digit), dan
9.      Kerangka karangan tidak sama dengan daftar isi.

B.5.     Langkah-langkah pembuatan kerangka karangan
Langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Menyusun semua ide pokok yang berhubungan dengan topik karangan yang akan ditulis.
2.      Mencatat semua ide pokok yang muncul baik dari data yang tertulis maupun data melalui wawancara.
3.      Menyusun dan menyeleksi ulang terhadap ide yang tidak penting. Ide yang berdaya dukung terhadap penulisan dikoordinasikan menjadi satu, sedangkan ide yang tidak pemnting dihilangkan.
4.      Memeriksa  ulang apakah masih terdapat ide yang tidak sesuai atau terdapat ide yang belum dimasukan serta memeriksa kembali urutan semua ide.
1.      Sekolah sebagi pusat pembinaan kesehatan mental islami
a.       Perkembangan psikis anak usia sekolah
b.      Prroblem dasar kesehatan mental di sekolah
c.       Peranan guru bimbingan dan konseling dalam kesehatan mental islami
d.      Efektifitas sekolah dalam pembinaan kesehatan mental islami
2.      Aktualisasi nilai-nilai kesehatan mental islami dilingkungan sekolah
a.       Prinsip nazafah(kebersihan)
b.      Prinsip amanah
c.       Prisip ukhuwah
d.      Prinsip ilmiah
e.       Prinsip diniah
            Setelah membuat kerangka karangan, selanjutnya adalah mengembangkan kerangka karangan menjadi sebuah karangan. Pada tahap ini kegiatan utamanya adalah merangkai kalimat demi kalimat dengan mengacu pada kerangka karangan yang telah disusun menjadi sebuah karangan atau wacana.
            Dari setiap kerangka karangan dapat dikembangkan menjadi satu paragraf atau dua pragraf. Kerangka karangan yang telah disusun menjadi titik tolak kalimat-kalimat yang dituangkan atau dijadikan sebagai pikiran utama atau kalimat topik pada setiap paragraf yang dibuat. Dengan demikian, kecil kemungkinannya terjadi kesalahan atau pengulangan ide didalam suatu karangan bahkan kesalahan itu dapat dihindari.
            Pola pengembangan paragraf sebagai mana telah dipaparkan pada bab sebelumnya, bisa menggunakan pola penalaran deduktif atau induktif. Hal perlu dingat pada saat menyusun kalimat adalah menghadirkan unsur-unsur kalimat secara lengkap sehingga kerancuan kalimat dapat dihindari dan ketidakjelasan kalimat dapat ditinggalkan. Dalam menyusun kalimat perlu diperhatikan pula adanya oherensi antarkalimat dan antarparagraf.
            Koherensi antarkalimat adalah suatu pertalian atau hubungan antara suatu kalimat dengan kalimat lain didalam suatu paragraf, sedangkan koherensi antar paragraf adalah pertalian atau hubungan antara satu paragraaf denagan paragraf
karangan. Denag cara ini pula, seorang guru atau dosen dapat mengajari siswa atau mahasiswanya dengan lebih efe ktif dan efesien.
B.6. Contoh -contoh Kerangka Karangan
1. kerangka sistem lekuk, dengan angka romawi, huruf kapital, dan angka arab.
Upaya Meningkatkan Kreativitas Baru Mahasiswa dalam Kewirausahaan
I.        Pendahuluaan
II.     Potensi Akademik Mahasiswa
A.    Potensi Kecerdasan
B.     Keahlian Bidang Studi
C.     Tenaga Kerja Intelektual
III.  Paradigma Kewirausahaan
A.    Potensi Kewirausahaan
B.     Sumber Kreativitas Baru
C.     Budaya Kewirausahaan
IV.    Strategi Berwirausahaan
A.    Strtegi Awal
1.      Konsep
2.      Modal
3.      Produk
4.      Pasar
B.     Evaluasi Perencanaan dan pengembangan
C.     Perencanaan Awal,
D.    Pengembangan Semester Pertama
E.     Evaluasi dan Pengembangan Semester Kedua
F.      Evaluasi, Perencanaan dan Pengembangan Tahun Kedua

2. Kerangka Sistem Lekuk dengan Angka desimal
Upaya Meningkatkan Kreativitas Baru Mahasiswa dalam Kewirausahaan
1.         Pendahuluan
2.         Potensi Akademik Mahasiswa
2.1     Potensi Kecerdasan
2.2     Keahlian Bidang Studi
2.3     Tenaga Kerja Intelektual
3.         Paradigma Kewirausahaan
3.1     Potensi Kewirausahaan
3.2     Sumber Kreatif Baru
3.3     Budaya Kewirausahaan
4.      Strategi Berwirausaha
4.1     Strategi Awal
4.1.1     Konsep
4.1.2     Modal
4.1.3     Produk
4.1.4     Pasar
4.2  Evaluasi Strategi Awal,
4.3  Perencanaan dan Pengembangan Tahun Pertama
4.4  Evaluasi, Perencanaan, dan Pengembangan Tahun Kedua
5.      Kesimpulan

3. Kerangka Sistem Lurus dengan Angka Romawi dan Desimal
BAB I    PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
1.2   Masalah
1.3  Tujuan Penelitian
1.4  Pembatasan Masalah
1.5  Manfaat Pnelitian
BAB II  KERANGKA TEORI
2.1 Deskripsi Teori,
2.1.1 Deskripsi teoetik variabel pertama (definisi, gambaran, konsep)
2.1.2 Deskripsi teoritik variabel kedua (definisi, gambaran, konsep)
2.2 Kerangka berfikir
2.3 Rumusan Hipotesis
      BAB III METODE PENELIIAN
a.       Metode penelitian
b.      Populasi dan sampel
c.       Variabel
d.      Instrumen
e.       Prosedur Pengukuran
f.       Teknik Analisis

BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1  Deskripsi Data
4.2  Pengujian data
4.3  Hasil penguji
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1  Kesimpulan (interpretasi atas hasil penelitian)
5.2  Saran
4. Kerangka Karangan dengan romawi lurus model kerangka penelitian kualitatif
BAB I    Pendahuluan
BAB II   Teori Acuan
BAB III  Metodologi Penelitian
BAB IV  Hasil Penelitian
BAB V  Pembahasan
BAB VI  Kesimpulan, Implikasi (saran)
5. Kerangka karangan dengan kombinasi romawi desimal lurus model kerangka  penelitian kualitatif, contoh model kajian teoritik
BAB I  Pendahuluan
1.1  Latar belakang
1.2  Masalah
1.3  Tujuan
1.4  Manfaat
BAB II  Kajian Pustaka
2.1 Deskripsi teori
2.2 Analisis
2.3 Sintetis
BAB III  HASIL PENELITIAN
3.1 Interpretasi
3.2 Implikasi
BAB IV  KESIMPULAN
(Tindak lanjut)
6. Kerangka karangan dengan romawi lurus model kerangka penelitiankualitatif, untuk penulisan artikel
Pola penilaian: Sari tema – kekuatan – kelemahan - intregitas
I Sari tema
II Deskripsi umum
III Kekuatan / keunggulan pertama
IV Kekuatan / keunggulan kedua
V Kelemahan pertama dan solusi
VI Kelemahan kedua dan solusi
VII Intregitas (induktif)

7. Kerangka karangan dengan romawi dan desimal lurus model kerangka penelitian kualitatif untuk penulisan makalah
I  PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang dan masalah
1.2 Pentingnya pembahasan masalah
1.3 Sudut pandang dan pendekatan
1.4 Pembatasan masalah
II  PEMBAHASAN
2.1 Masalah yang dihadapi
2.2 Cara pemecahan masalah
2.3 Dukungan
2.4 Hambatan
III  PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran 


C.    Kutipan Dan Blibliografi
C.1. Pengertian Kutipan
            Kutipan adalah gagasan, ide, pendapat yang diambil dari berbagai sumber. Proses pengambilan gagasan itu disebut mengutip. Gagasan itu bisa diambil dari kamus, ensiklopedi, artikel, laporan, buku, majalah, internet, dan lain sebagainya. ( Definisi Kutipan )
            Penulisan sumber kutipan ada yang menggunakan pola Harvard, ada pula yang menggunakan pola konvensional atau catatan kaki (footnote). Sekarang Anda akan mempelajari pencantuman kutipan dengan pola Harvard. ( Pola Penulisan Kutipan )
C.2.  Cara Menulis Kutipan Dengan Benar
            Penulisan dan pencantuman kutipan dengan pola Harvard ditandai dengan menuliskan nama belakang pengarang, tahun terbit, dan halaman buku yang dikutip di awal atau di akhir kutipan. Data lengkap sumber yang dikutip itu dicantumkan pada daftar pustaka. Ada dua cara dalam mengutip, yakni langsung dan tidak langsung. Kutipan langsung adalah mengutip sesuai dengan sumber aslinya, artinya kalimat-kalimat tidak ada yang diubah. Disebut kutipan tidak langsung jika mengutip dengan cara meringkas kalimat dari sumber aslinya, namun tidak menghilangkan gagasan asli dari sumber tersebut.
C.3 Sistematika penulisan
            Catatan kaki harus dipisahkan oleh sebuah garis yang panjangnya empat belas karakter dari margin kiri dan berjarak empat spasi dari teks.
Catatan kaki diketik berspasi satu.
Diberi nomor.
            Nomor catatan kaki diketik dengan jarak enam karakter dari margin kiri.Jika catatan kakinya lebih dari satu baris maka baris kedua dan selanjutnya dimulai seperti margin teks biasa (tepat pada margin kiri).
            Jika catatan kakinya lebih dari satu maka jarak antara satu catatan dengan catatan yang lainnya adalah sama dengan jarak spasi teks. Jarak baris terakhir catatan kaki tetap 3 cm dari pinggir kertas bagian bawah.
            Keterangan yang panjang tidak boleh dilangkaukan ke halaman berikutnya. Lebih baik potong tulisan asli daripada memotong catatan kaki.
            Jika keterangan yang sama menjadi berurutan (misalnya keterangan nomor 2 sama dengan nomor 3, cukup tuliskan kata ibid daripada mengulang-ulang keterangan catatan kaki.
            Jika ada keterangan yang sama tapi tidak berurutan, berikan keterangan op.cit., lih [x] [x] merupakan nomor keterangan sebelumnya.
            Jika keterangan seperti opcit tetapi isinya keterangan tentang artikel, gunakan loc.cit.
            Untuk keterangan mengenai referensi artikel atau buku tertentu, penulisannya mirip daftar pustaka, tetapi nama pengarang tidak dibalik.
C.4 Macam-macam kutipan
1.      Kutipan Langsung
            Merupakan kutipan yang ditulis secara persis dengan sumber aslinya, baik bahasa maupun ejaannya. Cara penulisannya sebagai berikut:
a)      Kutipan yang panjangnya kurang dari 4 baris dimasukan kedalam text
b)      Diketik seperti ketikan text
c)      Diawali dan diakhiri dengan tanda petik ( ‘ )
d)     Sumber rujukan ditulis langsung sebelum atau sesudah text kutipan
e)      Rujukan ditulis antara tanda kurung, dimulai dengan nama akhir sebagaimana tercantum dalam daftar pustaka, tanda koma, tahun terbitan, titik dua, spasi dan diakhiri dengan nomor halaman (Penulis, Tahun:Halaman).
Kutipan yang terdiri dari 4 baris atau lebih
a)      Diketik satu spasi
b)      Dimulai tujuh ketukan dari batas tepi kiri
c)      Sumber rujukan ditulis langsung sebelum text kutipan
d)     Apabila pengutip memandang perlu untuk menghilangkan beberapa bagian kalimat, pada bagian itu diberi titik sebanyak tiga buah
e)      Bila pengutip ingin menghilangkan satu kalimat atau lebih, maka pada bagian yang dihilangkan tersebut diganti dengan titik-titik sepanjang satu baris
f)       Apabila pengutip ingin memberi penjelasan atau menggarisbawahi bagian yang dianggap penting, pengutip harus memberikan keterangan. Keterangan tersebut berada diantara tanda kurung, misalnya: (garis bawah oleh pengutip)
g)      Apabila penulis menganggap bahwa ada satu kesalahan dalam kutipan, dapat dinyatakan dengan menuliskan symbol (sic!) langsung setelah kesalahan tersebut
            Kutipan langsung ditampilkan untuk mengemukakan konsep atau informasi sebagai data. Titik-titik sepanjang satu baris menandai penghilangan sebuah kalimat, titik-titik sebanyak tiga menandai penghilangan kata, dan (sic!) menandai adanya kesalahan dalam kalimat
Contoh kutipan Langsung
            Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara (Keraf, 1983: 3). ( Contoh kutipan Langsung 1# )
            Menurut Gorys Keraf dalam bukunya Argumentasi dan Narasi (1983:3), argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara. ( Contoh kutipan Langsung 2# )
            Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara 1 ( Contoh kutipan Langsung 3# )
2.      Kutipan tidak langsung
            Kutipan tidak lansung adalah kutipan yang tidak sama persis dengan aslinya. Pengutip hanya mengambil pokok pikiran dari sumber yang dikutip untuk dinyatakan kembali dengan kalimat yang disusun oleh pengutip.
Adapun cara peraturan dalam pembuatannya adalah sebagai berikut
a)      Kalimat-kalimat yang mengandung kutipan ide tersebut ditulis dengan spasi rangkap sebagaimana teks biasa
b)      Semua kutipan harus dirujuk
c)      Sumber sumber rujukan dapat ditulis sebelum atau sesudah kalimat-kalimat yang mengandung kutipan
d)     Apabila ditulis sebelum teks kutipan, nama akhir sebagaimana tercantum dalam daftar pustaka masuk ke dalam teks, diikuti dengan tahun terbitan diantara tanda kurung
e)      Apabila ditulis sesudah teks kutipan, rujukan ditulis di antara tanda kurung, dimulai dengan nama akhir sebagaimana tercantum dalam daftar pustaka, titik dua, dan diakhiri dengan tahun terbitan
Contoh kutipan Tidak Langsung
            Seperti dikatakan oleh Gorys Keraf (1983:3) bahwa argumentasi pada dasarnya tulisan yang bertujuan mempengaruhi keyakinan pembaca agar yakin akan pendapat penulis bahkan mau melakukan apa yang dikatakan penulis. ( Contoh kutipan Tidak Langsung 1# )
            Argumentasi pada dasarnya tulisan yang bertujuan mempengaruhi keyakinan pembaca agar yakin akan pendapat penulis bahkan mau melakukan apa yang dikatakan penulis (Keraf, 1983:3). ( Contoh kutipan Tidak Langsung 2# )
            Argumentasi pada dasarnya tulisan yang bertujuan mempengaruhi keyakinan pembaca agar yakin akan pendapat penulis bahkan mau melakukan apa yang dikatakan penulis1). ( Contoh kutipan  Tidak Langsung 3# )
Catatan Kaki
            Catatan kaki merupakan cara mengutip dimana sumber kutipan diletakkan di bagian bawah dari halaman ketikan (kaki halaman)
Berikut contohnya:
            Model-model tentang penggunaan tenaga kerja dlam usaha tani telah banyak dikembangkan seperti model tentang tenaga kerja upahan²dan tentang komponen-komponen tenaga kerja luar keluarga.
Pada catatan kaki ditulis sebagai berikut :
2/ G.E, Schuch, An Econometric Investigation of the Market for Hired Labour in Agriculture, Jour, Farm Econ. Vol 44, May, 1962,pp. 307-321.
3/ M.H. Yeh and L.K. Li, A regional Analysis of Supply and Demand for Farm Labour in Canada. Can Jour. Agric. Econ. Vol 14, 1966, pp. 15-31.
C.5. Tujuan Kutipan
            Tujuan dari kutipan adalah untuk memperkuat argumentasi, bukti, fakta si penulis. Mungkin hampir mirip dengan mengkopi atau menjiplak sebuah tulisan, tetapi bedanya jika menjiplak maka tidak ada keterangan sumber dan pada kutipan akan di sebutkan dari mana sumber tulisan yang si penulis kutip.
            Dalam tulisan ilmiah, baik berupa artikel, karya tulis, skripsi, tesis, dan disertasi selalu terdapat kutipan. Kutipan adalah pengokohan argumentasi dalam sebuah karangan. Seorang penulis tidak perlu membuang waktu untuk menyelidiki suatu hal yang sudah dibuktikan kebenarannya oleh penulis lain, penulis cukup mengutip karya orang lain tersebut.
Maka penulis harus memperhatikan hal-hal seperti berikut :
a)      Penulis mempertimbangkan bahwa kutipan itu perlu.
b)      Penulis bertanggung jawab penuh terhadap ketepatan dan ketelitian kutipan.
c)      Kutipan dapat terkait dengan penemuan teori.
d)     Jangan terlalu banyak mempergunakan kutipan langsung.
e)      Penulis mempertimbangkan jenis kutipan, kutipan langsung atau kutipan tak langsung.
f)       Perhatikan teknik penulisan kutipan dan kaitannya dengan sumber rujukan.
C.6 Fungsi Kutipan
Pemikiran yang mendasari penggunaan kutipan yaitu sebagai berikut :
1.      Menunjukan bobot ilmiah yang lebih tinggi Menunjukan kecermatan yang lebih akurat.
2.      Memudahkan penilaian penggunaan sumber data.
3.      Mencegah pengulangan penulisan daftar pustaka.
4.      Memudahkan membedakan data pustaka dan keterangan tambahan.
5.      Memungkinkan ketelitian sumber data lebih akurat.
6.      Meningkatkan estetika penulisan.
7.      Menunjukan kualitas kecerdasan akademis penulisnya.
8.      Memperluas makna informasi bahasan dalam naskah.
9.      Penunjukan adanya bagian lain dalam naskah yang dapat ditelusuri kebenaran faktanya.
10.  Memudahkan peninjauan kembali sumber referensi.
11.  Membentuk variasi format penulisan.
D.    1. Pengertian Daftar Pustaka
            Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah daftar yang mencantumkan judul buku, nama pengarang, penerbit, dan sebagainya yang ditempatkan pada bagian akhir suatu karya tulis atau buku dan disusun berdasarkan abjad. Menurut Gorys Keraf yang dimaksud dengan daftar pustaka atau bibliografi adalah sebuah daftar yang berisi judul buku-buku, artikel- artikel, dan bahan-bahan penerbitan lainnya yang mempunyai pertalian dengan sebuah karangan yang sedang digarap.
            Melalui daftar pustaka pembaca atau penulis dapat melihat kembali kepada sumber aslinya. Mereka dapat menetapkan apakah sumber itu sesungguhnya mempunyai keterkaitan dengan isi pembahasan itu, dan apakah bahan itu dikutip dengan benar atau tidak. Dan sekaligus dengan cara itu pembaca dapat memperluas pula pengetahuannya dengan bermacam-macam referensi itu.
D.2 Fungsi Daftar Pustaka
            Dari daftar pustaka banyak hal yang dapat kita peroleh, antara lain ;
1.      Memberikan informasi bahwa pernyataan yang dibuat bukan hasil pemikiran sendiri tapi juga ditambahkan dengan pemikiran orang lain.
2.      Apabila pembaca menginginkan mendalami lebih jauh pernyataan yang dikutip, dapat membaca sendiri referensi yang menjadi sumber kutipan.
3.      Memberikan apresiasi atau penghargaan terhadap penulis buku yang telah membantu kita dalam penulisan karya tulis yang kita selesaikan.
4.      Menjaga profesionalitas penulis terhadap karya tulis yang telah dia buat.
D.3 Unsur-unsur Daftar Pustaka
Hal yang perlu diketahui dalam penulisan daftar pustaka, yaitu :
1.      Nama pengarang, yang dikutip secara lengkap.
2.      Judul buku, termasuk judul tambahannya.
3.      Data publikasi, nama penerbit, tempat terbit, tahun terbit, edisi buku tersebut.
4.      Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan, nama majalah, jilid, nomor, dan tahun.
D.4 Jenis-jenis Daftar Pustaka
Kelompok Textbook
Penulis perorangan.
Kumpulan karangan beberapa penulis dengan editor.
Buku yang ditulis / dibuat oleh lembaga.
Buku terjemahan.
Kelompok Jurnal
Artikel yang disusun oleh penulis.
Artikel yang disusun oleh lembaga.
Kelompok makalah yang diresentasikan dalam seminar / konferensi / symposium.
Kelompok disertasi / tesis
Kelompok makalah / informasi dari Internet
D.5 Penyusunan Daftar Pustaka
Penyusunan daftar pustaka dan penunjukannya pada naskah mengikuti salah satu
dari tiga sistem berikut :
a.       Nama dan Tahun (Name and Year System). Daftar pustaka disusun secara abjad  berdasarkan nama akhir penulis      dan tidak dinomori. Penunjukan pada naskah dengan nama akhir penulis diikuti tahun penerbitan.
b.      Kombinasi Abjad dan Nomor (Alphabet-Number System). Pada sistem ini cara penunjukannya dalam naskah adalah dengan memberikan nomor sesuai dengan nomor pada daftar pustaka yang disusun sesuai abjad.
c.       Sistem Nomor (Citation Number System). Kutipan pada naskah diberi nomor  berurutan dan susunan daftar pustaka mengikuti urutan seperti tercantum pada naskah dan tidak menurut abjad.
D.6 Cara Penulisan Daftar Pustaka Textbook
- Buku yang ditulis/dibuat oleh lembaga : nama lembaga, tahun terbit, judul buku (cetak miring atau garis bawahi), edisi dan volume, nama penerbit, tempat penerbit (kota), halaman yang dibaca.
- Buku terjemahan : nama penulis (disusun balik), tahun terbit, judul buku (cetak miring atau garisbawahi), penerjemah, nama penerbit, tempat penerbit (kota), halaman yang dibaca.
- Peranginangin, Kasiman (2006). Aplikasi Web dengan PHP dan MySql. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.
- Soekirno, Harimurti ( 2005). Cara Mudah Menginstall Web Server Berbasis Windows Server 2003. Jakarta: Elex Media Komputindo.
D.7 Cara Penulisan Daftar Pustaka Jurnal dan Disertasi/Tesis
            Kelompok makalah yang dipresentasikan dalam seminar/konferensi/simposium : nama penulis (disusun balik), tahun penyajian, judul makalah, nama forum penyajian (cetak miring atau garisbawahi), kota, bulan dan tanggal penyajian.
            Kelompok disertasi/tesis : nama penulis (disusun balik), tahun terbit, judul disertasi/thesis (centang miring atau garisbawahi), tempat penerbitan (kota), universitas, kata “disertasi” atau “tesis”.
            Kuncoro, T. 1996. Pengembangan Kurikulum Pelatihan Magang di STM Nasional Malang Jurusan Bangunan, Program Studi Bangunan Gedung: Suatu Studi Berdasarkan Kebutuhan Dunia Usaha Jasa Konstruksi . Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPS IKIP MALANG.
D.8 Cara Penulisan Daftar Pustaka dari Internet
            Kelompok makalah / informasi dari Internet (apabila ada nama penulis) : nama penulis (disusun balik), tahun penyajian, judul makalah / informasi, alamat Internet.
            Kelompok makalah / informasi dari Internet (apabila tidak ada nama penulis) : nama lembaga yang menulis, tahun penyajian, judul makalah / informasi, alamat Internet.
Albarda (2004). Strategi Implementasi TI untuk Tata Kelola Organisasi (IT Governance).
D.9 Penulisan daftar pustaka yang lebih dari satu/dua orang penulis dalam buku yang sama.
            Pertama  tulis nama belakang dari penulis yang pertama setelah nama belakang beri (tanda koma) lalu tulis nama depan jika nama depan berupa singkatan tulis saja singkatan itu setelah nama pertama selesai beri (tanda titik) lalu beri (tanda koma) untuk nama kedua / ketiga ditulis sama seperti nama sali alis tidak ada perubahan, yang berubah penulisannya hanya orang pertama sedangkan orang kedua dan ketiga tetap.
Suteja, B.R., Sarapung, J.A, & Handaya, W.B.T. (2008). Memasuki Dunia E-Learning, Bandung: Penerbit Informatika.
Whitten, J.L.,Bentley, L.D., Dittman, K.C. (2004). Systems Analysis and Design Methods. Indianapolis: McGraw-Hill Education.











BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Secara umum pengertian wacana adalah rentetan kalimat yang saling berkaitan dan menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi lainnya di dalam kesatuan makna (semantis) antarbagian di dalam suatu bangun bahasa. Wacanamerupakan satuan bahasa terlengkap dan utuh karena setiap bagian di dalam wacana itu berhubungan secara padu.
            Mengarang adalah mengorganisasi ide. Pengorganisasian ide diawali dengan menyusun kerangka karangan. Dengan kerangka karangan, rangkaian ide dapat disususn secara sistemati,logis,jelas,ter stuktur, dan teratur.Kerangka karangan disebut juga ragangan (outline). Pada dasarnya, penyusunan outline proses penggolongan dan penataan berbagai fakta yang kadang-kadang berbeda jenis dan sifatnya, menjadi kesatuan yang berpautan.
            Mengutip adalah mengambil perkataan atau kalimat dari buku atau lainnya disertai sumber kutipannya.fungsi kutipan yaitu sebagai catatan acuan dan sebagai catatan kaki. Sumber kutipan juga ada kaitannya dengan daftar pustaka, karena semua sumber kutipan yang terdapat pada cartatan acuan dan atatan kaki harus dimasukkan dalam daftar pustaka. Akan tetapi daftar pustaka itu berbeda dengan sumber kutipan. Perbedaannya yaitu:
1.      Penulisan daftar pustaka berada pada lampiran terakhir sebuah tulisan.
2.      Semua sumber kutipan harus dimasukkan pada daftar pustaka
3.      Pada daftar pustak tidak mencantumkan nomor halaman.
4.      Pada daftar pustaka nama pengarang dibalik dan tidak mencantumkan gelar pengarang.
B.     Saran
            Demi menghindari pelanggaran hak cipta dan dengan mempertimbamgkan etika dalam penukisan karya ilmiah serta karya ilmiah itu menjadi bernilai dan berbobot, sebaiknya para penulis mengethui kaidah-kaidah dalam penulisan yang disesuaikan dengan teknik penulisan yang baku.




















DAFTAR PUSTAKA

Budi Karyanto,umum.2009. Bahasa Indonesia untuk perguruan tinggi Pekalongan: STAINPekalongan Press.
Keraf, Gorys ke.1997.  komposisi sebuah pengantar kemahiran bahasa. jakarta: Nusa indah.
Rahardi, Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.Jakarta:Erlangga.
Widjono. 2005. bahasa indonesia. jakarta: PT Grasindo.











No comments:

Post a Comment

Designed By